Perkembangan pesat teknologi generatif AI seperti ChatGPT membawa dampak lingkungan serius, terutama terkait emisi karbon dan konsumsi air. Meski memberikan manfaat besar, penggunaan AI harus diimbangi dengan kesadaran akan jejak ekologisnya.
TechnonesiaID - Teknologi generatif AI, terutama ChatGPT, mengalami kemajuan sangat cepat dan menjadi bagian penting dalam kehidupan digital saat ini. Namun, pertumbuhan ini memunculkan kekhawatiran terkait dampak lingkungan yang ditimbulkannya, khususnya dari konsumsi energi dan air.
Menurut laporan Earth.org tahun 2023, ChatGPT diperkirakan menghasilkan emisi karbon dioksida tahunan sekitar 8,4 ton. Angka ini lebih dari dua kali lipat emisi rata-rata yang dihasilkan oleh satu individu dalam setahun, yakni sekitar 4 ton.
Baca Juga
Advertisement
Sumber utama emisi ini bergantung pada energi yang digunakan pusat data untuk menjalankan AI tersebut. Jika energi berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil seperti batu bara atau gas alam, maka dampak karbonnya jauh lebih besar.
Sebuah penelitian dari University of California, Riverside menyebutkan bahwa melakukan percakapan dengan ChatGPT sebanyak 20-50 pertanyaan bisa mengonsumsi air dalam jumlah yang setara dengan satu botol air 500ml. Ini menunjukkan bahwa selain energi, konsumsi air juga menjadi aspek penting dari dampak lingkungan AI.
CEO OpenAI, Sam Altman, menanggapi isu ini dengan menjelaskan bahwa satu permintaan di ChatGPT menggunakan listrik sekitar 0,34 watt-jam, setara dengan pemakaian bohlam hemat energi selama dua menit. Ia percaya teknologi AI akan semakin efisien dan biaya penggunaannya akan semakin murah, meski tantangan lingkungan tetap ada.
Baca Juga
Advertisement
Altman juga mengungkap konsumsi air per kueri ChatGPT hanya sekitar 0,000085 galon, setara dengan seperlima belas sendok teh. Meskipun terlihat kecil, efek kumulatif dari miliaran kueri tiap hari berpotensi meningkatkan tekanan terhadap sumber daya air.
Laporan dari The Washington Post menambahkan bahwa beberapa layanan AI lainnya seperti GPT-4 bisa menggunakan air lebih banyak lagi. Misalnya, menulis email 100 kata dengan GPT-4 dapat menyerap air yang cukup untuk mengisi lebih dari satu botol air minum.
Para peneliti juga memperingatkan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, konsumsi energi AI mungkin akan melebihi penambangan Bitcoin, yang saat ini dikenal sangat boros energi. Proyeksi ini menandai perlunya perhatian serius terhadap efisiensi dan keberlanjutan penggunaan teknologi AI secara global.
Baca Juga
Advertisement
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA