Kenapa kita suka Belanja online saat stres? Ternyata otak melepaskan dopamin yang membuat ketagihan. Simak 5 alasan ilmiah belanja impulsif dan cara mengatasinya.
TechnonesiaID - Di era digital ini, layar ponsel atau laptop bukan hanya jendela menuju informasi, tetapi seringkali menjadi pintu pelarian instan dari tekanan hidup. Ketika tumpukan pekerjaan, masalah keuangan, atau ketidakpastian menghampiri, banyak dari kita menemukan kenyamanan temporer dalam keranjang belanja digital.
Fenomena menjadikan Belanja online saat stres sebagai mekanisme koping ini bukan sekadar kebiasaan buruk, melainkan memiliki akar yang kuat dalam ilmu psikologi dan neurologi. Ada alasan ilmiah mengapa mengklik tombol “Checkout” terasa sangat memuaskan, bahkan jika kita tahu itu mungkin bukan keputusan finansial terbaik.
Baca Juga
Advertisement
Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa otak kita terprogram untuk mencari pelampiasan ini dan bagaimana kita dapat mengendalikan dorongan tersebut sebelum berubah menjadi penyesalan finansial.
Mengapa Belanja Online Bikin Bahagia? Reaksi Otak di Balik Kebiasaan Ini
Dalam situasi stres, tubuh melepaskan hormon kortisol. Tubuh kita secara naluriah mencari cara untuk menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan hormon perasaan senang. Di sinilah belanja, khususnya belanja online, berperan sebagai “obat” tercepat.
Para psikolog menyebut kebiasaan belanja impulsif akibat emosi ini sebagai Retail Therapy. Berikut adalah 5 alasan utama mengapa ini terjadi.
Baca Juga
Advertisement
1. Dopamin: ‘Mood Booster’ Instan
Alasan paling mendasar di balik kenikmatan belanja adalah pelepasan dopamin. Dopamin adalah neurotransmitter yang dikenal sebagai “molekul penghargaan” atau reward chemical.
Proses ini tidak terjadi saat barang sudah sampai di tangan Anda, tetapi justru pada saat proses antisipasi. Ketika Anda melihat barang yang diinginkan, menambahkannya ke keranjang, dan membayangkan bagaimana rasanya memiliki barang tersebut, otak melepaskan dopamin yang menghasilkan rasa senang dan gairah yang instan.
Karena stres memicu perasaan negatif, otak mencari cara termudah untuk mendapatkan dosis dopamin cepat, dan proses belanja online saat stres menyediakan jalur tercepat dan termudah.
Baca Juga
Advertisement
2. Ilusi Kontrol di Tengah Ketidakpastian
Stres sering kali muncul karena kita merasa kehilangan kontrol atas situasi besar dalam hidup, seperti pekerjaan atau kesehatan. Ketika dunia terasa kacau, tindakan memilih, membandingkan harga, dan akhirnya memutuskan untuk membeli memberikan kita rasa kendali yang sangat dibutuhkan.
Dalam lingkungan e-commerce yang terstruktur, kita adalah pengambil keputusan penuh. Tindakan sederhana ini menciptakan ilusi bahwa kita masih memegang kendali atas setidaknya satu aspek kecil dalam hidup kita, yaitu keputusan konsumsi.
3. Peran Desain E-Commerce Memicu Belanja Impulsif
Para pengembang platform e-commerce telah menyempurnakan strategi untuk memicu Alasan ilmiah belanja impulsif. Desain dan fitur digital modern dirancang untuk meminimalkan waktu antara keinginan dan pembelian, seringkali dengan menghilangkan hambatan berpikir logis.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa pemicu utamanya meliputi:
- Tombol ‘Beli Sekarang’ (One-Click Purchase): Mempercepat proses transaksi sehingga pembeli tidak punya waktu untuk mempertimbangkan kembali.
- Timer Diskon dan Stok Terbatas (Scarcity Principle): Memicu rasa urgensi dan takut kehilangan (FOMO), mendorong pembelian cepat sebelum kesempatan hilang.
- Rekomendasi Pintar: Algoritma menampilkan produk yang secara psikologis relevan, membuat kita merasa ‘perlu’ membelinya.
Ini adalah rekayasa psikologis digital yang sangat efektif, terutama bagi individu yang sedang rentan secara emosional.
4. Pengalihan Fokus dari Masalah Utama
Ketika pikiran dipenuhi kecemasan atau masalah, belanja online berfungsi sebagai bentuk distraksi kognitif yang intensif. Proses menjelajahi katalog, membaca ulasan, dan membandingkan spesifikasi memerlukan fokus, yang secara efektif mengalihkan perhatian dari sumber stres yang sebenarnya.
Baca Juga
Advertisement
Aktivitas mental ini memberikan jeda sejenak dari kekhawatiran yang menekan. Namun, karena ini hanya pengalihan sementara, rasa senang itu cepat mereda, yang sering kali memicu siklus kompulsif untuk berbelanja lagi.
5. Pengaruh Sosial Media dan Tekanan Digital
Media sosial memainkan peran besar dalam memperburuk dorongan untuk belanja. Paparan terus-menerus terhadap gaya hidup ideal, produk baru yang di-endorse oleh influencer, dan iklan yang sangat personal menciptakan standar perbandingan sosial yang tinggi.
Saat kita stres, harga diri mungkin menurun. Pembelian produk yang diasosiasikan dengan kesuksesan atau kebahagiaan (seperti yang ditunjukkan di media sosial) dapat terasa seperti upaya untuk mengisi kekosongan emosional atau meningkatkan citra diri, meskipun sifatnya hanya sementara.
Baca Juga
Advertisement
Mengelola Kebiasaan Belanja Online Saat Stres: 5 Tips Praktis
Meskipun kita tidak bisa sepenuhnya menghilangkan mekanisme dopamin yang terjadi saat Belanja online saat stres, kita dapat belajar mengelolanya agar tidak merusak kesehatan finansial.
Kunci utamanya adalah menyadari bahwa belanja adalah pelarian, bukan solusi. Jika Anda sering terjebak dalam siklus ini, terapkan strategi yang dikembangkan oleh para ahli psikologi keuangan berikut:
1. Terapkan ‘Aturan 24 Jam’ untuk Pembelian Non-Esensial
Jika Anda menemukan sesuatu yang sangat menarik, jangan langsung membelinya. Tambahkan ke keranjang dan beri jeda waktu 24 jam. Jeda ini memberikan waktu bagi kortisol dan dorongan dopamin awal untuk mereda, memungkinkan Anda membuat keputusan yang lebih rasional keesokan harinya.
Baca Juga
Advertisement
Ini adalah cara efektif untuk memutus rantai Alasan ilmiah belanja impulsif yang dipicu oleh emosi sesaat.
2. Nonaktifkan Semua Notifikasi Promo
Notifikasi diskon dan flash sale dirancang untuk memicu rasa urgensi. Nonaktifkan pemberitahuan dari semua aplikasi e-commerce dan email promosi. Hal ini meminimalkan paparan pemicu dan mengurangi godaan tak terduga.
Jika Anda harus berbelanja, Anda yang harus secara aktif membuka aplikasinya, bukan sebaliknya.
Baca Juga
Advertisement
3. Gunakan Pengalihan Emosi yang Lebih Sehat
Ketika merasa stres, segera ganti aktivitas belanja dengan kegiatan yang juga melepaskan dopamin tetapi tanpa biaya finansial. Aktivitas tersebut bisa berupa:
- Berolahraga ringan (berjalan kaki atau yoga).
- Menulis jurnal tentang perasaan yang dialami.
- Melakukan meditasi singkat atau teknik pernapasan untuk menurunkan kadar kortisol.
- Menghubungi teman atau keluarga.
4. Atur Anggaran Belanja ‘Emosional’
Jika Anda tahu Anda pasti akan berbelanja saat stres, alokasikan sejumlah kecil uang di luar anggaran wajib (misalnya Rp100.000) yang memang diperuntukkan untuk belanja yang tidak esensial. Ini memungkinkan Anda mendapatkan dosis dopamin tanpa melanggar anggaran utama.
Dengan membatasi jumlah ini, Anda tetap mendapatkan kesenangan berbelanja, tetapi dalam batas yang aman.
Baca Juga
Advertisement
5. Sadari Pemicu Emosi Anda
Langkah paling penting adalah mengidentifikasi apa yang sebenarnya Anda rasakan sebelum mulai berbelanja. Apakah Anda kesepian, bosan, marah, atau cemas? Sadarilah bahwa barang yang Anda beli tidak akan menyelesaikan masalah emosional tersebut.
Belanja online saat stres hanyalah perban sementara. Dengan kesadaran diri ini, Anda dapat mencari solusi yang lebih mendalam dan berkelanjutan untuk mengatasi stres.
Kesimpulan
Daya tarik belanja online saat kita stres adalah mekanisme psikologis yang kuat, didorong oleh pelepasan dopamin yang menjanjikan penghargaan instan. Desain e-commerce yang cerdas semakin memperkuat siklus ini, membuat kita rentan terhadap pembelian impulsif.
Baca Juga
Advertisement
Namun, dengan memahami alasan ilmiah belanja impulsif dan menerapkan strategi pengendalian diri, kita dapat mengubah kebiasaan belanja emosional menjadi tindakan yang lebih sadar dan terencana. Ingat, kebahagiaan sejati bukanlah berada di keranjang belanja, tetapi pada kemampuan kita mengelola emosi secara sehat.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA