Belajar dari program reforestasi China yang berhasil membuat hutan luas. Namun, ada dampak tak terduga! Simak bagaimana dampak tanam pohon mengubah distribusi air di sana.
TechnonesiaID - Dalam beberapa dekade terakhir, China dikenal dunia sebagai negara yang paling agresif dalam upaya penghijauan dan perluasan area hutan. Program ambisius ini dilakukan sebagai respons terhadap degradasi lahan parah, erosi, dan tantangan perubahan iklim yang makin mendesak.
Namun, di balik kesuksesan yang diakui secara global ini, studi terbaru menunjukkan adanya konsekuensi yang belum pernah diperkirakan sebelumnya. Upaya besar-besaran untuk menanam pohon dan memulihkan padang rumput ternyata telah menggeser distribusi air tawar di seluruh wilayah China.
Baca Juga
Advertisement
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Earth’s Future ini membuka mata kita. Studi tersebut mengukur dampak antara tahun 2001 hingga 2020, dan hasilnya mengungkapkan bahwa perubahan tutupan vegetasi telah mengurangi ketersediaan air di wilayah monsun tertentu.
Mengapa China Melakukan Penghijauan Besar-besaran?
Langkah China melakukan penghijauan bukan tanpa alasan. Sejak akhir tahun 1990-an, pemerintah China meluncurkan serangkaian inisiatif konservasi lahan skala besar, yang paling terkenal adalah Program Pengembalian Lahan Pertanian ke Hutan (Grain for Green Program/GGP).
Tujuan utama dari GGP adalah memperlambat degradasi lahan, mengendalikan erosi tanah, dan memerangi masalah badai debu yang sering melanda wilayah utara. Dengan investasi triliunan, China berhasil menciptakan hamparan hutan yang luas, menjadikannya salah satu kontributor utama perluasan area hijau global.
Baca Juga
Advertisement
Program reforestasi China ini berhasil mencapai target peningkatan tutupan hutan. Citra satelit menunjukkan peningkatan signifikan biomassa dan Indeks Vegetasi Normalisasi (NDVI) di banyak provinsi. Ini adalah kabar baik untuk penyimpanan karbon dan kesehatan ekosistem secara umum.
Keberhasilan Program Reforestasi China dan Peningkatan Tutupan Vegetasi
Keberhasilan ini patut diacungi jempol. Selama periode studi 20 tahun tersebut, sebagian besar wilayah China, terutama di bagian utara dan barat, menunjukkan peningkatan tutupan vegetasi yang substansial. Ini berarti lebih banyak daun, lebih banyak pohon, dan lebih banyak padang rumput yang pulih.
Peningkatan vegetasi ini berfungsi seperti spons raksasa. Tumbuhan menyerap CO2 dari atmosfer, yang membantu mitigasi perubahan iklim. Selain itu, akar pohon membantu menstabilkan tanah dan mencegah erosi yang sangat merusak.
Baca Juga
Advertisement
Namun, peran pohon dalam siklus air adalah pedang bermata dua. Sementara mereka menjaga tanah, mereka juga ‘haus’. Proses biologis yang disebut evapotranspirasi adalah kunci untuk memahami dampak tanam pohon yang tak terduga ini.
5 Dampak Tanam Pohon yang Tak Terduga: Mengubah Peta Air Nasional
Evapotranspirasi adalah gabungan dari penguapan air dari permukaan tanah dan transpirasi (pelepasan uap air oleh tumbuhan melalui daunnya). Semakin banyak dan besar vegetasinya, semakin besar pula laju evapotranspirasinya. Studi terbaru menggarisbawahi lima fakta mengejutkan mengenai dampak program penghijauan masif ini terhadap air tawar di China:
- Peningkatan Konsumsi Air: Tutupan vegetasi yang meningkat menyebabkan peningkatan konsumsi air yang besar melalui evapotranspirasi.
- Pengurangan Aliran Sungai: Di beberapa daerah, peningkatan konsumsi air oleh hutan baru secara langsung berkorelasi dengan pengurangan aliran air tawar di sungai dan ketersediaan air tanah.
- Pergeseran Distribusi Air: Dampak ini tidak merata. Wilayah semi-kering melihat peningkatan ketersediaan air karena pohon baru menahan air hujan, tetapi wilayah monsun justru mengalami defisit.
- Penurunan Air Tanah: Khususnya di wilayah yang padat penduduk dan pertanian, penurunan ketersediaan air tawar mengancam sumber daya air tanah yang sudah rentan.
- Potensi Ancaman Kekeringan: Meskipun niatnya baik untuk melawan iklim, penanaman pohon yang tidak tepat (memilih spesies yang terlalu haus air atau menanam di area yang sudah kering) dapat memperparah kondisi kekeringan regional.
Studi Kasus: Wilayah Monsun dan Pengurangan Ketersediaan Air
Salah satu temuan paling kritis dari penelitian ini adalah dampaknya terhadap wilayah monsun di China, terutama di bagian selatan dan timur yang memiliki curah hujan tinggi. Di wilayah ini, program penanaman pohon yang intensif, meskipun berhasil meningkatkan biomassa, justru mengakibatkan penurunan ketersediaan air.
Baca Juga
Advertisement
Penyebabnya sederhana: pohon-pohon yang tumbuh besar membutuhkan air yang sangat banyak untuk proses transpirasi harian mereka. Di wilayah yang sudah memiliki siklus air yang cepat (seperti daerah monsun), penambahan ‘pompa air’ alami dalam jumlah besar ini mengganggu keseimbangan hidrologi yang ada.
Para peneliti menemukan bahwa penurunan ketersediaan air ini dapat mencapai skala yang signifikan, memengaruhi jutaan orang yang bergantung pada pasokan air tawar dari sungai dan sumber daya permukaan lainnya di wilayah tersebut.
Ini menunjukkan bahwa meskipun dampak tanam pohon secara global positif untuk iklim, implementasinya harus sangat spesifik terhadap kondisi hidrologi lokal. Strategi “satu ukuran untuk semua” dalam reforestasi dapat menimbulkan masalah baru di tingkat regional.
Baca Juga
Advertisement
Pelajaran Penting untuk Indonesia dan Dunia
Kisah sukses China, yang diikuti oleh konsekuensi tak terduga dalam manajemen air, menawarkan pelajaran berharga bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Indonesia, yang juga gencar melakukan program reforestasi dan rehabilitasi lahan, perlu mempertimbangkan faktor hidrologi secara mendalam.
Reforestasi yang Tepat dan Berkelanjutan
Menanam pohon harus dipandang bukan hanya sebagai upaya menaikkan tutupan hijau, tetapi sebagai bagian integral dari pengelolaan siklus air. Kuncinya adalah memilih spesies pohon yang tepat (right tree) dan menanamnya di lokasi yang sesuai (right place).
Baca Juga
Advertisement
- Pertimbangan Spesiess: Penting untuk memprioritaskan spesies pohon asli (endemik) yang secara alami sudah beradaptasi dengan regimen air lokal dan tidak memerlukan terlalu banyak air.
- Analisis Hidrologi: Sebelum memulai proyek reforestasi skala besar, evaluasi menyeluruh terhadap ketersediaan air dan dampak evapotranspirasi di wilayah tersebut mutlak diperlukan.
- Fokus pada Padang Rumput: Di beberapa wilayah kering, pemulihan padang rumput atau vegetasi semak mungkin lebih efektif dan memiliki kebutuhan air yang jauh lebih rendah daripada hutan pohon yang lebat.
Mengintegrasikan Data Sains dalam Kebijakan Lingkungan
Pemerintah dan pembuat kebijakan harus selalu mengintegrasikan data ilmiah terbaru dalam perencanaan lingkungan. Penelitian seperti yang dilakukan di China ini memberikan bukti bahwa optimasi lingkungan harus mencakup pertimbangan ekologi yang kompleks, bukan hanya metrik tutupan lahan yang sederhana.
Keberhasilan program reforestasi China dalam memperluas hutan memang sebuah pencapaian iklim yang besar. Namun, tantangan yang muncul—berkaitan dengan distribusi air—mengingatkan kita bahwa intervensi lingkungan skala besar selalu memiliki konsekuensi multidimensi.
Baca Juga
Advertisement
Pada akhirnya, strategi terbaik adalah mencapai keseimbangan. Kita harus terus menanam pohon untuk memerangi krisis iklim, tetapi melakukannya dengan bijak. Ketersediaan air tawar adalah sumber daya yang tak kalah penting, dan perencanaan harus memastikan bahwa upaya penghijauan kita tidak secara tidak sengaja mengorbankan pasokan air untuk masyarakat dan pertanian.
Studi ini memberikan pesan kuat: untuk mencapai keberlanjutan sejati, kita harus memperlakukan hutan dan air sebagai dua sistem yang saling terkait erat.
Baca Juga
Advertisement
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA