WhatsApp cs disebut sarang hoaks. Pemerintah didesak membuat regulasi platform digital. Temukan 3 fakta penting di balik desakan ini!
TechnonesiaID - Hampir setiap hari kita membuka WhatsApp, Facebook, atau TikTok. Platform-platform ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari cara kita berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Namun, di balik kemudahannya, ada sisi gelap yang semakin meresahkan: penyebaran informasi palsu atau hoaks yang masif.
3 Fakta Penting WhatsApp Cs Disebut Sarang Hoaks
Kekhawatiran ini bukan lagi sekadar obrolan warung kopi. Kalangan ahli dan organisasi masyarakat sipil, seperti Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), secara terbuka mendesak pemerintah untuk segera bertindak.
Baca Juga
Advertisement
Mereka menyoroti betapa rentannya ruang digital kita terhadap gelombang misinformasi dan disinformasi. Lantas, seberapa gawat situasinya dan apa saja poin krusial di balik desakan ini? Mari kita bedah bersama.
Fakta 1: Darurat Misinformasi Berdasarkan Data yang Mengkhawatirkan
Desakan untuk membuat regulasi bukan tanpa alasan. Data yang ada menunjukkan situasi yang bisa dibilang sudah masuk level darurat. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat temuan yang sangat serius.
Sepanjang tahun 2023 saja, terdeteksi lebih dari 11.000 konten disinformasi yang beredar di ruang digital Indonesia. Angka ini adalah puncak gunung es dari masalah yang jauh lebih besar. Konten-konten palsu ini bukan sekadar lelucon, melainkan menyasar isu-isu sensitif yang dapat memecah belah masyarakat.
Advertisement
Isu yang paling dominan dieksploitasi untuk hoaks antara lain:
- Politik: Terutama selama periode pemilu, hoaks digunakan untuk menjatuhkan lawan, memfitnah, dan menciptakan polarisasi di masyarakat.
- Kesehatan: Informasi palsu seputar penyakit, vaksin, dan metode pengobatan abal-abal yang bisa membahayakan nyawa.
- SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan): Konten provokatif yang bertujuan mengadu domba dan merusak kerukunan bangsa.
Data ini diperkuat oleh survei dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), yang secara spesifik menunjuk platform mana yang menjadi “sarang” utama penyebaran informasi palsu.
WhatsApp, Facebook, dan TikTok: Trio Penyebar Hoaks Tercepat?
Menurut Mafindo, tiga platform digital menjadi saluran utama penyebaran hoaks di Indonesia. Ketiganya memiliki karakteristik unik yang membuat informasi palsu menyebar secepat kilat.
Baca Juga
Advertisement
- WhatsApp: Sifatnya yang privat dan terenkripsi membuatnya sulit dilacak. Hoaks sering kali menyebar di grup keluarga atau pertemanan, di mana tingkat kepercayaan lebih tinggi dan sikap kritis lebih rendah. Pesan “diteruskan berkali-kali” atau forwarded many times menjadi ciri khasnya.
- Facebook: Algoritmanya yang cenderung menciptakan echo chamber atau ruang gema membuat pengguna terus-menerus disuguhi konten yang sesuai dengan keyakinannya, termasuk informasi yang salah. Interaksi seperti like, comment, dan share mempercepat jangkauannya.
- TikTok: Format video pendek yang emosional sangat efektif untuk menarik perhatian dan mematikan nalar kritis. Sebuah video hoaks berdurasi 30 detik bisa lebih viral dan dipercaya daripada artikel klarifikasi yang panjang.