Close Menu
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

7 Alasan QCY H3S Jadi Headphone ANC Flagship Termurah Rp700 Ribuan

25 Oktober 2025 | 15:38

5 Peringatan Penting Bos Google untuk Keamanan HP Android Anda

25 Oktober 2025 | 13:38

7 Hal Penting Pendaftaran Program Magang Nasional Batch 2 Kemenaker

25 Oktober 2025 | 11:38
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • 7 Alasan QCY H3S Jadi Headphone ANC Flagship Termurah Rp700 Ribuan
  • 5 Peringatan Penting Bos Google untuk Keamanan HP Android Anda
  • 7 Hal Penting Pendaftaran Program Magang Nasional Batch 2 Kemenaker
  • 5 Pelajaran Penting dari Kisah Octopus, Startup Daur Ulang Hamish Daud
  • 3 Fakta Mencengangkan Penemuan Yunxian 2 China Ubah Sejarah Manusia
  • 5 Fakta Mencengangkan Fenomena Rotasi Inti Bumi yang Berhenti
  • Terungkap! 7 Fakta Sumber Air Mineral Aqua: Sumur Bor atau Mata Air?
  • Terungkap! 3 Hasil Tak Terduga Menanam Semangka di Kutub Selatan
Sabtu, Oktober 25
Facebook Instagram YouTube TikTok WhatsApp X (Twitter) LinkedIn
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • OtoTekno
    • Elektronik
    • Gadget
    • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
Beranda » Tech » 5 Pelajaran Penting dari Kisah Octopus, Startup Daur Ulang Hamish Daud
Tech

5 Pelajaran Penting dari Kisah Octopus, Startup Daur Ulang Hamish Daud

Olin SianturiOlin Sianturi25 Oktober 2025 | 09:38
Bagikan Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Tumblr Email Telegram Pinterest
Hamish Daud startup daur ulang, kisah Octopus Hamish Daud
Bagikan
Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Penasaran kenapa Hamish Daud hengkang dari startup daur ulang Octopus? Simak 5 pelajaran penting tentang risiko dan masalah operasional yang menjerat kisah Octopus Hamish Daud.

TechnonesiaID - Nama Hamish Daud seringkali kita kenal sebagai seorang aktor, presenter, dan aktivis lingkungan. Namun, di balik kariernya di dunia hiburan, Hamish juga pernah menjadi bagian penting dari ekosistem teknologi Indonesia, khususnya dalam bidang keberlanjutan. Ia adalah salah satu pendiri startup yang bergerak di sektor daur ulang, bernama Octopus.

Sayangnya, perjalanan Hamish Daud startup daur ulang ini harus diwarnai dengan segudang masalah. Dari isu operasional hingga gonjang-ganjing internal, Octopus kini berada di ambang ketidakjelasan. Kisah ini menjadi studi kasus menarik tentang betapa rentannya perjalanan sebuah startup, meskipun memiliki visi yang mulia dan dukungan dana yang besar.

Baca Juga

  • 5 Peringatan Penting Bos Google untuk Keamanan HP Android Anda
  • 3 Fakta Mencengangkan Penemuan Yunxian 2 China Ubah Sejarah Manusia

Advertisement

Mari kita selami lebih dalam, bagaimana Octopus didirikan, kejayaan pendanaan yang sempat diraih, hingga masalah-masalah krusial yang akhirnya membuat Hamish Daud memilih hengkang.

Awal Mula dan Visi Mulia Startup Daur Ulang Hamish Daud

Octopus didirikan dengan tujuan yang sangat ambisius: merevolusi industri daur ulang di Indonesia. Mereka berfokus pada pengumpulan sampah pascakonsumsi (post-consumer waste) melalui jaringan pengumpul yang terdigitalisasi.

Startup ini didirikan oleh lima orang, termasuk aktor kondang tersebut. Pendiri lainnya adalah Mohammad Ichsan, Niko Adi Nugroho, Rizki Mardian, dan Dimas Ario. Mereka ingin menciptakan solusi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan dampak sosial positif bagi para pengumpul sampah tradisional (pemulung).

Baca Juga

  • 5 Fakta Mencengangkan Fenomena Rotasi Inti Bumi yang Berhenti
  • Terungkap! 3 Hasil Tak Terduga Menanam Semangka di Kutub Selatan

Advertisement

Pada dasarnya, model bisnis Octopus cukup menarik. Mereka menggunakan teknologi aplikasi untuk menghubungkan rumah tangga atau bisnis yang ingin mendaur ulang, dengan petugas pengumpul yang terverifikasi. Hal ini dianggap sebagai langkah maju dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok daur ulang.

Janji Manis Pendanaan US$5 Juta yang Menguap

Puncak kejayaan finansial Octopus terjadi pada pertengahan tahun 2022. Saat itu, startup ini berhasil mengumumkan perolehan dana segar dalam jumlah fantastis, yaitu sebesar US$5 juta, atau setara dengan sekitar Rp 78 miliar (kurs saat ini).

Pendanaan tersebut dipimpin oleh investor besar, Openspace dan SOSV. Kepercayaan dari investor kelas kakap ini menunjukkan betapa besarnya potensi yang dilihat pada model bisnis “hijau” yang diusung Octopus.

Baca Juga

  • 5 Tantangan Infrastruktur Digital Indonesia di Babak Baru Ekonomi RI
  • 3 Sinyal Utama Bumi Makin Gelap: Mengapa Albedo Bumi Menurun Drastis?

Advertisement

Pada saat pengumuman pendanaan, Octopus menyatakan rencana penggunaan dana tersebut secara rinci. Mereka berjanji akan membangun lima fasilitas pemilahan sampah baru dan mendirikan 1.700 pos pemeriksa (collection point) untuk memperluas jangkauan operasional mereka di seluruh Indonesia.

Namun, janji ekspansi masif ini kini menjadi pertanyaan besar, seiring dengan munculnya laporan tentang kesulitan internal dan operasional yang menimpa perusahaan.

5 Masalah Krusial yang Menggoyahkan Kisah Octopus Hamish Daud

Meskipun memiliki visi besar dan suntikan modal yang signifikan, kisah Octopus Hamish Daud harus berakhir pahit. Ada beberapa masalah fundamental yang dilaporkan menjadi penyebab utama terhentinya operasional startup ini:

Baca Juga

  • 3 Bocoran Kunci Peluncuran Samsung Galaxy S26, Siap Rilis Maret 2026
  • iPhone Air Gagal di Pasaran: 3 Alasan Apple Pangkas Produksi Drastis

Advertisement

1. Isu Pengelolaan Dana dan Transparansi Operasional

Salah satu isu yang paling sensitif adalah mengenai pengelolaan dana hasil investasi. Laporan-laporan menyebutkan adanya masalah transparansi dalam penggunaan modal ventura. Dalam dunia startup, terutama yang bergerak di bidang sustainability, audit dan akuntabilitas adalah kunci, namun hal ini diduga menjadi titik lemah Octopus.

Technonesia Ad Banner

Kurangnya transparansi dapat dengan cepat merusak kepercayaan investor, yang merupakan nyawa bagi setiap perusahaan rintisan.

2. Konflik Internal dan Perpecahan Pendiri

Setiap startup rentan terhadap konflik antar pendiri, dan Octopus tidak terkecuali. Perbedaan visi, gaya manajemen, atau bahkan ketidaksepakatan dalam strategi bisnis dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat.

Baca Juga

  • Program Internet Murah 100 Mbps Resmi Dibuka: 3 Fakta Harga Dinanti
  • 4 Fakta Canggih Teknologi Starlink Direct-to-Device: Internet Satelit ke HP Wajib Tahu

Advertisement

Perpecahan ini menjadi semakin parah hingga akhirnya berujung pada keputusan salah satu pendiri utama, yaitu Hamish Daud, untuk mundur dari jajaran manajemen.

3. Nasib Karyawan dan Mitigasi Dampak Sosial

Ketika operasional perusahaan mulai meredup, dampaknya langsung terasa pada karyawan dan mitra pengumpul. Banyak karyawan dan mitra yang dilaporkan tidak mendapatkan kejelasan mengenai gaji atau insentif mereka. Startup daur ulang ini seharusnya memberikan solusi sosial; ironisnya, ia justru menciptakan masalah sosial baru bagi para pekerjanya.

4. Kegagalan Memenuhi Target Investor

Modal ventura diberikan dengan ekspektasi pertumbuhan yang sangat cepat (hyper-growth). Ketika target operasional, seperti pembangunan fasilitas atau perluasan titik pengumpulan, tidak terpenuhi sesuai jadwal, investor akan menarik dukungan. Ini adalah tantangan umum bagi startup yang berekspansi terlalu cepat tanpa fondasi manajemen yang kuat.

Baca Juga

  • Top 5 Pelajaran dari 600 PHK Meta Usai Bajak Karyawan Gaji Selangit
  • 3 Alasan Kenapa Autentikasi Biometrik Transaksi Lebih Aman

Advertisement

5. Krisis Kepercayaan Publik dan Pasar

Dengan munculnya berita-berita negatif di media massa, Octopus kehilangan kepercayaan dari publik dan pasar. Ini sangat merugikan, terutama bagi perusahaan yang bergantung pada partisipasi masyarakat (pengumpulan sampah) dan dukungan pemerintah/regulator.

Pelajaran Besar dari Kegagalan “Startup Hijau”

Kegagalan Octopus memberikan lima pelajaran berharga bagi ekosistem startup di Indonesia. Pelajaran ini bukan hanya relevan bagi pendiri, tetapi juga bagi para investor dan masyarakat yang tertarik pada teknologi berkelanjutan:

  • Visi Saja Tidak Cukup: Meskipun memiliki visi lingkungan yang mulia dan menarik, eksekusi operasional dan manajemen keuangan adalah faktor penentu kelangsungan hidup.
  • Pentingnya Founders’ Alignment: Sebelum menerima investasi besar, para pendiri harus memiliki kesepakatan yang solid (founder’s agreement) mengenai pembagian peran, pengambilan keputusan, dan jalan keluar.
  • Transparansi Adalah Kunci Investor: Investor tidak hanya melihat potensi pendapatan, tetapi juga bagaimana dana mereka dikelola. Transparansi keuangan yang buruk adalah alarm merah terbesar.
  • Skalabilitas yang Bertanggung Jawab: Ekspansi besar harus didukung oleh infrastruktur manajemen yang matang, bukan hanya janji di atas kertas. Terlalu cepat besar seringkali berarti terlalu cepat jatuh.
  • Risiko Reputasi Founder: Keterlibatan figur publik seperti Hamish Daud membawa keuntungan besar dalam hal popularitas, tetapi juga risiko reputasi yang besar jika terjadi kegagalan.

Hamish Daud startup daur ulang ini mungkin gagal mencapai potensi maksimalnya, namun dampak lingkungan yang ingin dicapai melalui inovasi digital di sektor daur ulang tetap menjadi tujuan yang harus dikejar oleh startup-startup generasi berikutnya.

Baca Juga

  • 5 Fakta Gelombang Raksasa Bima Sakti: Mengapa Ilmuwan Bingung?
  • 3 Fakta Mengejutkan Mikroba Batu Purba 2 Miliar Tahun, Ubah Evolusi Makhluk Hidup

Advertisement

Masa Depan Industri Daur Ulang Digital

Meskipun kisah Octopus Hamish Daud berakhir dengan catatan yang kurang memuaskan, hal ini tidak serta merta menandakan kegagalan industri daur ulang berbasis teknologi. Justru, kejadian ini menjadi pengingat bahwa sektor green tech membutuhkan fondasi bisnis yang jauh lebih solid dan audit yang ketat.

Peran selebriti sebagai pendiri memang dapat menarik perhatian, tetapi keberlanjutan perusahaan sepenuhnya tergantung pada ketangguhan model bisnis dan profesionalitas manajemen. Diharapkan, pengalaman Octopus ini dapat menjadi cerminan berharga agar startup lain di masa depan dapat menghindari jebakan yang sama, demi mencapai visi Indonesia yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Baca Juga

  • 5 Strategi Jitu Emiten Agen Pulsa Indonesia Manfaatkan Ledakan AI
  • 5 Rahasia Dapat Internet 100 Mbps Cuma Rp100 Ribu Sebulan!

Advertisement


Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
  • Instagram : @technonesia_id
  • Facebook : Technonesia ID
  • X (Twitter) : @technonesia_id
  • Whatsapp Channel : Technonesia.ID
  • Google News : TECHNONESIA

daur ulang Hamish Daud investasi startup Octopus startup Indonesia
Share. Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Telegram Email Pinterest
Previous Article3 Fakta Mencengangkan Penemuan Yunxian 2 China Ubah Sejarah Manusia
Next Article 7 Hal Penting Pendaftaran Program Magang Nasional Batch 2 Kemenaker
Olin Sianturi
  • Website

Olin Sianturi adalah seorang Content Writer di Media TechnoNesia dan GadgetVIVA, berpengalaman dalam menulis artikel informatif dan SEO-friendly. Spesialisasinya mencakup teknologi, gadget, elektronik, game. Dengan gaya penulisan yang menarik dan mudah dipahami, Olin mampu menghadirkan konten berkualitas yang relevan dan bernilai bagi pembaca.

Artikel Terkait

5 Peringatan Penting Bos Google untuk Keamanan HP Android Anda

Olin Sianturi25 Oktober 2025 | 13:38

3 Fakta Mencengangkan Penemuan Yunxian 2 China Ubah Sejarah Manusia

Olin Sianturi25 Oktober 2025 | 07:38

5 Fakta Mencengangkan Fenomena Rotasi Inti Bumi yang Berhenti

Olin Sianturi25 Oktober 2025 | 05:38

Terungkap! 3 Hasil Tak Terduga Menanam Semangka di Kutub Selatan

Olin Sianturi25 Oktober 2025 | 01:38

5 Tantangan Infrastruktur Digital Indonesia di Babak Baru Ekonomi RI

Olin Sianturi24 Oktober 2025 | 23:38

3 Sinyal Utama Bumi Makin Gelap: Mengapa Albedo Bumi Menurun Drastis?

Olin Sianturi24 Oktober 2025 | 21:38
Pilihan Redaksi
Gadget

Peran Gemilang Galaxy AI dan Gemini di Galaxy Z Series, Efisiensi Bisnis Melonjak 30%

Olin Sianturi23 Oktober 2025 | 17:56

Dengan Galaxy AI dan Gemini di Galaxy Z Series, efisiensi bisnis naik 30% berkat riset…

Galaxy Z Series: Galaxy AI dan Google Gemini Tingkatkan Produktivitas Semua Generasi

21 Oktober 2025 | 17:46

Waspada! Ini 5 Bahaya Jarang Update Software HP di iPhone & Android

30 September 2025 | 20:04

4 Fakta Menarik The Blackman Family Sebelum Berpisah, Keluarga Viral yang Bikin Heboh!

25 Februari 2025 | 07:50

Jepang vs OpenAI: 3 Kontroversi Sora 2 Ancam Perlindungan Hak Cipta Anime

16 Oktober 2025 | 08:08
Terbaru

5 Peringatan Penting Bos Google untuk Keamanan HP Android Anda

Olin Sianturi25 Oktober 2025 | 13:38

3 Fakta Mencengangkan Penemuan Yunxian 2 China Ubah Sejarah Manusia

Olin Sianturi25 Oktober 2025 | 07:38

5 Fakta Mencengangkan Fenomena Rotasi Inti Bumi yang Berhenti

Olin Sianturi25 Oktober 2025 | 05:38

Terungkap! 3 Hasil Tak Terduga Menanam Semangka di Kutub Selatan

Olin Sianturi25 Oktober 2025 | 01:38

5 Tantangan Infrastruktur Digital Indonesia di Babak Baru Ekonomi RI

Olin Sianturi24 Oktober 2025 | 23:38
technonesia-ads
TechnoNesia.ID Logo
Member Of : Media Publica Logo
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp LinkedIn
© TechnoNesia.ID 2025 | All Rights Reserved

Media Publica Networks :

UpToDai Logo Media Bekasi Logo GadgetDiva Logo Ronde Aktual Logo

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Advertisement