Close Menu
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

7 Fakta Proyek Tembok Hijau China: Kontroversi Pohon Xi Jinping

19 Desember 2025 | 08:27

5 Jenis Aplikasi Wajib Dihapus: Solusi HP Lemot Memori Penuh

19 Desember 2025 | 06:27

5 Fakta Menarik: Orang Dekat Presiden AS Jadi Bos Petinggi Intel

19 Desember 2025 | 04:27
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • 7 Fakta Proyek Tembok Hijau China: Kontroversi Pohon Xi Jinping
  • 5 Jenis Aplikasi Wajib Dihapus: Solusi HP Lemot Memori Penuh
  • 5 Fakta Menarik: Orang Dekat Presiden AS Jadi Bos Petinggi Intel
  • 5 Alasan Samsung Galaxy S25 Ultra Jadi Raja Perekam Momen
  • 5 Fakta Mengejutkan Kebijakan Chip Trump Terbaru: China Siap Borong
  • 1 dari 10 Karyawan Dirumahkan: PHK Massal Amazon Merambah Eropa
  • 5 Aksi Nyata MyRepublic Kuatkan Literasi Digital & Program CSR Medan
  • 3 Alasan Ilmiah Protes Proyek Tembok Hijau China
Jumat, Desember 19
Facebook Instagram YouTube TikTok WhatsApp X (Twitter) LinkedIn
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • OtoTekno
    • Elektronik
    • Gadget
    • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
Beranda » Tech » 7 Fakta Proyek Tembok Hijau China: Kontroversi Pohon Xi Jinping
Tech

7 Fakta Proyek Tembok Hijau China: Kontroversi Pohon Xi Jinping

Olin SianturiOlin Sianturi19 Desember 2025 | 08:27
Bagikan Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Tumblr Email Telegram Pinterest
Proyek Tembok Hijau China, Kontroversi Pohon Xi Jinping
Bagikan
Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Mengapa Proyek Tembok Hijau China menuai protes ilmuwan? Simak skala Tembok Hijau Raksasa (Great Green Wall) yang menanam 66 miliar pohon dan Kontroversi Pohon Xi Jinping.

TechnonesiaID - China saat ini sedang mengerjakan salah satu program rekayasa ekologi terbesar dalam sejarah manusia. Dikenal dengan sebutan “Great Green Wall” atau Tembok Hijau Raksasa, proyek ini bertujuan untuk menahan laju ekspansi Gurun Gobi dan Taklamakan yang mengancam wilayah utara China.

Secara resmi, proyek ambisius ini bernama Three-North Shelter Forest Program. Dimulai sejak tahun 1978, inisiatif ini telah berhasil menanam lebih dari 66 miliar pohon di sepanjang perbatasan China dengan Mongolia, Kazakhstan, dan Kirgizstan. Pemerintah China bahkan berencana menambah 34 miliar pohon lagi dalam 25 tahun ke depan.

Baca Juga

  • 5 Fakta Menarik: Orang Dekat Presiden AS Jadi Bos Petinggi Intel
  • 5 Alasan Samsung Galaxy S25 Ultra Jadi Raja Perekam Momen

Advertisement

Namun, di balik angka fantastis yang mencerminkan komitmen China terhadap lingkungan, muncul suara keras dari komunitas ilmiah global. Para ilmuwan berpendapat bahwa metode yang digunakan dalam Proyek Tembok Hijau China ini berpotensi menyebabkan bencana ekologi, bukan solusi.

Memahami Skala Proyek Tembok Hijau China (Great Green Wall)

Proyek Tembok Hijau China bukan sekadar penanaman pohon biasa. Ini adalah usaha masif yang dirancang untuk menciptakan sabuk hijau sepanjang 4.500 kilometer (sekitar 2.800 mil), menjadikannya struktur buatan manusia terbesar dan terpanjang yang bertujuan memerangi desertifikasi (penggurunan).

Tujuan utama dari Tembok Hijau Raksasa adalah menciptakan perisai vegetasi yang mampu mengurangi badai pasir yang menyapu Beijing dan wilayah padat penduduk lainnya, sekaligus menghentikan erosi tanah pertanian.

Baca Juga

  • 5 Fakta Mengejutkan Kebijakan Chip Trump Terbaru: China Siap Borong
  • 1 dari 10 Karyawan Dirumahkan: PHK Massal Amazon Merambah Eropa

Advertisement

Dengan total target 100 miliar pohon, proyek ini diharapkan selesai pada tahun 2050. Jika berhasil, luasan tutupan hutan China akan meningkat secara drastis, memberikan ilusi keberhasilan mitigasi krisis iklim.

Kontroversi Pohon Xi Jinping: Kritik Para Ilmuwan

Meskipun niat China untuk memerangi desertifikasi sangat dipuji, implementasi teknis program ini menimbulkan kritik tajam. Inti dari Kontroversi Pohon Xi Jinping adalah penggunaan metode monokultur yang dianggap tidak berkelanjutan di lingkungan yang keras dan kering.

Monokultur berarti menanam satu jenis pohon secara berulang-ulang di area yang luas. Dalam kasus Tembok Hijau, jenis pohon yang paling banyak digunakan adalah spesies pertumbuhan cepat seperti poplar dan willow.

Baca Juga

  • 3 Alasan Ilmiah Protes Proyek Tembok Hijau China
  • 7 Fitur Revolusioner iPhone 18 Pro: Bocoran Desain Total Berubah!

Advertisement

Berikut adalah poin-poin utama protes dari para ahli ekologi:

  • Kebutuhan Air yang Tinggi: Pohon-pohon monokultur yang cepat tumbuh seperti poplar memerlukan air dalam jumlah besar. Menanam miliaran pohon haus air di wilayah yang sudah sangat kering (semi-arid) dapat menguras sumber daya air tanah secara ekstrem, memperburuk kekeringan lokal.
  • Ancaman Monokultur: Jika satu penyakit menyerang, seluruh hutan monokultur dapat musnah dalam waktu singkat, seperti yang terjadi pada program penanaman pohon poplar di wilayah Ningxia pada 2000-an. Hal ini membalikkan seluruh upaya penanaman yang telah dilakukan.
  • Kurangnya Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas): Hutan buatan yang homogen ini tidak mendukung ekosistem yang kompleks. Pohon yang ditanam tidak sesuai dengan flora asli wilayah tersebut, yang seharusnya berupa semak-semak atau rumput, bukan hutan tinggi.
  • “Green Desert”: Beberapa ilmuwan menyebut hasil proyek ini sebagai “Gurun Hijau” (Green Desert). Area memang terlihat hijau dari luar, tetapi secara ekologis mati karena minimnya keanekaragaman dan ketidakmampuan untuk menopang kehidupan liar lokal.

Memilih Pohon yang Tepat di Wilayah Kering

Masalah utama yang dihadapi China adalah bahwa Gurun Gobi memiliki curah hujan tahunan yang sangat rendah. Dalam kondisi seperti ini, pohon asli yang mampu bertahan adalah yang berakar dalam dan memiliki daun kecil (xerofitik), bukan pohon berdaun lebar yang rentan terhadap transpirasi air cepat.

Peneliti menyarankan agar strategi penanaman bergeser dari fokus pada kuantitas pohon ke fokus pada kualitas dan ketahanan ekosistem. Ini berarti menanam kombinasi rumput, semak, dan pohon asli yang mampu beradaptasi dengan kondisi air yang langka.

Baca Juga

  • 5 Bahaya Modus Penipuan Catphishing Terbaru, Ini Cara Hindari
  • Top 4 Fakta Kenapa Indonesia Sumber Serangan DDoS Nomor 1 Dunia

Advertisement

Perbandingan Global: Proyek Tembok Hijau China vs. Tembok Hijau Afrika

Untuk memahami mengapa Proyek Tembok Hijau China menuai kritik, ada baiknya melihat inisiatif serupa di Afrika, yang dikenal sebagai Great Green Wall of Africa.

Meskipun tujuannya sama—melawan perluasan Gurun Sahara—pendekatan Afrika jauh berbeda. Proyek di Afrika berfokus pada pendekatan terpadu (integrated approach) yang meliputi:

  • Pengelolaan Lahan Berkelanjutan (SLM): Menggunakan teknik pertanian yang mempertahankan kelembaban tanah.
  • Restorasi Tanah: Fokus pada spesies tanaman lokal dan semak-semak yang secara alami berada di wilayah Sahel.
  • Keterlibatan Komunitas: Memberikan insentif kepada petani lokal untuk mengelola lahan mereka sendiri, alih-alih proyek rekayasa dari pemerintah pusat.

Kontrasnya, model China bersifat top-down (dari atas ke bawah), fokus pada rekayasa cepat, dan sering kali mengabaikan dinamika ekologi lokal demi mencapai target penanaman yang tinggi.

Baca Juga

  • 5 Bocoran Produk Apple 2026 dan Chipset M4/A19 Baru yang Menggemparkan
  • 5 Fakta DeepSeek-V3.2: Model AI DeepSeek China Tantang Google Gemini

Advertisement

Masa Depan dan Adaptasi Strategi Penghijauan

Menyadari adanya kegagalan pada tahap awal, Pemerintah China mulai menunjukkan indikasi adanya penyesuaian strategi. Presiden Xi Jinping telah menekankan pentingnya penghijauan berbasis sains, yang berarti fokus harus beralih dari kecepatan ke kelangsungan hidup pohon.

Para ahli berharap China akan memprioritaskan spesies pohon yang lebih tahan kekeringan dan mengadopsi model agroforestri campuran, yang menggabungkan berbagai spesies untuk meningkatkan ketahanan terhadap hama dan perubahan iklim.

Keberhasilan jangka panjang Kontroversi Pohon Xi Jinping ini akan sangat bergantung pada kemauan China untuk mengintegrasikan masukan dari ilmuwan ekologi independen, bukan hanya insinyur kehutanan yang fokus pada target jumlah.

Baca Juga

  • 5 Dampak Konektivitas Digital Perbatasan: Ekonomi Entikong Naik Kelas Drastis
  • 5 Keterampilan AI Mahasiswa Baru Wajib Kuasai Agar Sukses Cari Kerja

Advertisement

7 Fakta Penting Proyek Tembok Hijau Raksasa

Berikut adalah tujuh fakta kunci yang perlu Anda ketahui mengenai Proyek Tembok Hijau China (Great Green Wall):

  1. Nama Resmi: Three-North Shelter Forest Program (TNSFP).
  2. Durasi Proyek: Dimulai tahun 1978 dan ditargetkan selesai pada tahun 2050, menjadikannya proyek lingkungan berskala abad.
  3. Total Pohon Ditanam (Hingga Saat Ini): Lebih dari 66 miliar pohon.
  4. Tujuan Utama: Menahan Gurun Gobi dan mengurangi badai pasir yang mencapai Beijing.
  5. Spesies Kontroversial: Pohon Poplar dan Willow yang haus air, ditanam sebagai monokultur.
  6. Panjang Target: Sabuk hijau yang membentang lebih dari 4.500 kilometer.
  7. Kritik Ekologi: Menguras air tanah secara berlebihan dan menciptakan ekosistem artifisial yang rentan penyakit, dikenal sebagai “Green Desert”.

Kesimpulan

Proyek Tembok Hijau China adalah simbol komitmen raksasa China untuk mengatasi masalah lingkungan yang disebabkan oleh perubahan iklim dan degradasi lahan. Ini menunjukkan bagaimana rekayasa ekologi dapat dilakukan pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun, ambisi tersebut harus diseimbangkan dengan kehati-hatian ekologis. Kontroversi Pohon Xi Jinping berfungsi sebagai pengingat penting bahwa dalam upaya restorasi alam, kuantitas tidak akan pernah bisa menggantikan kualitas ekosistem. Jika China gagal beradaptasi, miliaran pohon yang ditanam saat ini berisiko mati, meninggalkan gurun yang lebih kering dari sebelumnya.

Baca Juga

  • 5 Tipe Aplikasi Harus Dihapus agar Memori HP Tidak Penuh
  • Awas! 3 Taktik Penipuan Nomor Telepon Palsu di Google, Rekening Ludes

Advertisement

Pada akhirnya, solusi efektif untuk krisis iklim memerlukan kolaborasi erat antara ambisi politik dan kearifan ilmiah, memastikan bahwa setiap pohon yang ditanam adalah bagian dari solusi jangka panjang, bukan sekadar statistik sementara.


Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
  • Instagram : @technonesia_id
  • Facebook : Technonesia ID
  • X (Twitter) : @technonesia_id
  • Whatsapp Channel : Technonesia.ID
  • Google News : TECHNONESIA
Great Green Wall Gurun Gobi Rekayasa Ekologi Tembok Hijau Raksasa Xi Jinping
Share. Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Telegram Email Pinterest
Previous Article5 Jenis Aplikasi Wajib Dihapus: Solusi HP Lemot Memori Penuh
Olin Sianturi
  • Website

Olin Sianturi adalah seorang Content Writer di Media TechnoNesia dan GadgetVIVA, berpengalaman dalam menulis artikel informatif dan SEO-friendly. Spesialisasinya mencakup teknologi, gadget, elektronik, game. Dengan gaya penulisan yang menarik dan mudah dipahami, Olin mampu menghadirkan konten berkualitas yang relevan dan bernilai bagi pembaca.

Artikel Terkait

5 Fakta Menarik: Orang Dekat Presiden AS Jadi Bos Petinggi Intel

Olin Sianturi19 Desember 2025 | 04:27

5 Alasan Samsung Galaxy S25 Ultra Jadi Raja Perekam Momen

Olin Sianturi19 Desember 2025 | 02:27

5 Fakta Mengejutkan Kebijakan Chip Trump Terbaru: China Siap Borong

Olin Sianturi19 Desember 2025 | 00:27

1 dari 10 Karyawan Dirumahkan: PHK Massal Amazon Merambah Eropa

Olin Sianturi18 Desember 2025 | 22:51

3 Alasan Ilmiah Protes Proyek Tembok Hijau China

Olin Sianturi18 Desember 2025 | 17:27

7 Fitur Revolusioner iPhone 18 Pro: Bocoran Desain Total Berubah!

Olin Sianturi18 Desember 2025 | 15:27
Pilihan Redaksi
Elektronik

Olahraga di Rumah Makin Seru dengan TV Samsung dan Audio Samsung yang Canggih!

Olin Sianturi12 Desember 2025 | 22:05

Nikmati pengalaman olahraga di rumah lebih imersif dengan TV Samsung dan audio Samsung lengkap fitur…

Galaxy S25 Ultra dengan Google Gemini Hadirkan Cara Baru Menikmati Liburan Akhir Tahun

14 Desember 2025 | 14:13

Honda Vario 160 Street Edition 2025, Desain Berani Bakal Hadir dengan Setang Telanjang

23 Agustus 2025 | 20:56

7 Fitur Terbaru One UI 8.5, HP Samsung Berubah Total!

11 Desember 2025 | 19:48

Top 10: Daftar HP Radiasi Tertinggi 2025, Ada Ponsel Favorit Anda?

7 Desember 2025 | 15:18
Terbaru

5 Fakta Menarik: Orang Dekat Presiden AS Jadi Bos Petinggi Intel

Olin Sianturi19 Desember 2025 | 04:27

5 Alasan Samsung Galaxy S25 Ultra Jadi Raja Perekam Momen

Olin Sianturi19 Desember 2025 | 02:27

5 Fakta Mengejutkan Kebijakan Chip Trump Terbaru: China Siap Borong

Olin Sianturi19 Desember 2025 | 00:27

1 dari 10 Karyawan Dirumahkan: PHK Massal Amazon Merambah Eropa

Olin Sianturi18 Desember 2025 | 22:51

3 Alasan Ilmiah Protes Proyek Tembok Hijau China

Olin Sianturi18 Desember 2025 | 17:27
technonesia-ads
TechnoNesia.ID
Member Of : Media Publica
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
Terhubung Dengan Kami
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp LinkedIn
www.technonesia.id © 2025 | All Rights Reserved

Media Publica Networks :

UpToDai Media Bekasi GadgetDiva Ronde Aktual

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.