Afrika Terbelah Fenomena Geologi yang super masif! Retakan East African Rift Valley kian membesar, siap memunculkan samudra & pulau baru.
TechnonesiaID - Kabar mengejutkan datang dari Benua Afrika. Sebuah fenomena geologi yang sangat luar biasa sedang berlangsung, memicu perhatian ilmuwan di seluruh dunia. Apa yang terlihat adalah retakan masif yang membentang di kawasan timur Afrika, sebuah proses yang menandakan bahwa benua raksasa ini perlahan tapi pasti sedang menuju perpecahan.
Proses perpecahan ini bukan isapan jempol belaka. Ini adalah sinyal awal terbentuknya pulau raksasa baru dan, bahkan lebih dramatis, pembentukan cekungan samudra yang baru di masa depan geologis planet kita. Fenomena ini membuktikan bahwa Bumi adalah planet yang dinamis dan terus berubah.
Baca Juga
Advertisement
Lantas, seberapa cepat proses ini terjadi, dan mengapa sekarang menjadi perhatian serius? Mari kita telaah lebih dalam tentang proses alamiah yang luar biasa ini, yang dikenal sebagai East African Rift.
Mengapa Afrika Terbelah Fenomena Geologi Ini Terjadi?
Untuk memahami mengapa benua yang kita kenal stabil ini bisa terbelah, kita harus kembali ke konsep dasar geologi: Lempeng Tektonik. Seluruh daratan Bumi mengapung di atas lapisan mantel yang panas, terbagi menjadi lempeng-lempeng raksasa yang bergerak konstan, meskipun dengan kecepatan yang sangat lambat.
Retakan besar yang kini membelah Afrika timur adalah hasil dari gerakan lempeng yang berlawanan arah. Inilah inti dari proses Afrika Terbelah Fenomena Geologi yang sedang diamati.
Baca Juga
Advertisement
Peran Lempeng Tektonik dalam Perpecahan
Afrika saat ini diduduki oleh tiga lempeng utama yang saling tarik-menarik. Lempeng Nubia (yang mencakup sebagian besar Afrika bagian barat) dan Lempeng Somalia (yang mencakup Tanduk Afrika dan sebagian besar wilayah timur) sedang bergerak menjauh satu sama lain.
Di antara kedua lempeng besar ini, ada lempeng kecil yang disebut Lempeng Victoria. Semua lempeng ini bergerak ke arah yang berbeda, menciptakan zona tegangan ekstrem di sepanjang perbatasan mereka.
Pergerakan lempeng ini didorong oleh arus konveksi di dalam mantel Bumi. Material panas naik, mendorong lempeng ke atas dan ke samping, menyebabkan daratan merenggang dan menipis. Area di mana lempeng saling menjauh disebut zona divergensi.
Baca Juga
Advertisement
Proses Divergensi dan Pembentukan Keretakan
Ketika dua lempeng benua bergerak menjauh (divergensi), kerak Bumi di antaranya meregang, menipis, dan akhirnya patah. Proses inilah yang menghasilkan retakan besar yang disebut rift valley.
East African Rift, atau EAR, adalah contoh sempurna dari proses ini. Retakan tersebut bukan hanya garis di tanah; itu adalah lembah patahan aktif di mana kerak benua telah menipis hingga hanya tersisa sekitar 20 kilometer (dibandingkan ketebalan normal 40 km atau lebih).
East African Rift Valley: Garis Patah Sepanjang 6.400 KM
Retakan yang sedang kita bahas bukanlah hal baru, tetapi aktivitasnya kian intensif dalam beberapa dekade terakhir. Secara resmi, fenomena ini disebut East African Rift Valley (Lembah Celah Afrika Timur).
Baca Juga
Advertisement
EAR membentang sepanjang kurang lebih 6.400 kilometer, dimulai dari Segitiga Afar di Etiopia, melintasi Kenya, Tanzania, hingga akhirnya berakhir di Mozambik.
Bukti Nyata dari Keretakan
Salah satu bukti paling dramatis dari keretakan ini terjadi pada tahun 2018 di Kenya. Retakan tiba-tiba muncul dan memanjang beberapa kilometer dalam hitungan hari. Jalan raya ambruk, dan infrastruktur terganggu, menunjukkan seberapa cepat proses ini dapat terjadi secara lokal, meskipun skala waktu geologisnya sangat panjang.
Aktivitas geologis di sepanjang East African Rift Valley juga ditandai dengan rangkaian gunung berapi aktif dan gempa bumi yang sering terjadi. Gunung Kilimanjaro, gunung tertinggi di Afrika, dan Danau Victoria, danau air tawar terbesar di benua itu, semuanya terletak di zona aktif rift ini.
Baca Juga
Advertisement
Air danau dan lahar vulkanik seringkali mengisi bagian dari retakan ini. Di masa depan, air dari Laut Merah dan Teluk Aden diperkirakan akan membanjiri seluruh lembah ini, menciptakan cekungan samudra yang dangkal.
Masa Depan Benua Afrika: Samudra dan Pulau Raksasa Baru
Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga Afrika benar-benar terbelah? Dalam skala waktu manusia, proses ini terasa sangat lambat. Para ilmuwan memperkirakan bahwa perpecahan penuh membutuhkan waktu antara 5 hingga 50 juta tahun ke depan.
Namun, dalam skala waktu geologi, ini adalah proses yang relatif cepat.
Baca Juga
Advertisement
Pemisahan Lempeng dan Lahirnya Somalia Plate
Ketika proses perpecahan selesai, Afrika diperkirakan akan terbagi menjadi dua daratan utama:
- Lempeng Nubia (Lempeng Afrika): Yang akan membentuk sisa benua Afrika di bagian barat.
- Lempeng Somalia: Bagian timur yang kini mencakup Etiopia, Somalia, Kenya, dan Tanzania, yang akan terpisah dan menjadi sebuah pulau raksasa atau benua mini.
Di antara kedua lempeng yang terpisah ini, air laut akan menyusup, meluas dari Laut Merah dan Teluk Aden. Akhirnya, sebuah samudra baru akan terbentuk, secara efektif memisahkan “Pulau Somalia” dari sisa benua Afrika.
Fenomena geologi ini memberikan bukti fisik bagaimana benua Pangea purba terpecah dan bagaimana Samudra Atlantik terbentuk jutaan tahun yang lalu. Kita sedang menyaksikan pengulangan sejarah geologis.
Baca Juga
Advertisement
7 Dampak Utama East African Rift Terhadap Kehidupan
Meskipun proses Afrika Terbelah Fenomena Geologi ini terjadi sangat lambat, dampaknya terhadap ekosistem, kehidupan manusia, dan pemahaman kita tentang Bumi sangatlah besar. Berikut adalah 7 dampak utama yang ditimbulkan oleh aktivitas EAR:
- Peningkatan Aktivitas Vulkanik: Munculnya banyak gunung berapi baru atau revitalisasi gunung berapi lama (seperti Kilimanjaro dan Oldoinyo Lengai).
- Seringnya Gempa Bumi: Zona rift adalah zona tegangan tinggi, yang memicu gempa bumi reguler di Kenya dan sekitarnya.
- Pembentukan Danau Air Tawar Dalam: Retakan ini menciptakan cekungan yang dalam, menjadi tempat berkumpulnya air hujan, membentuk danau-danau besar seperti Danau Tanganyika dan Danau Malawi, yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati.
- Geotermal Energi: Panas tinggi dari mantel yang naik mendekati permukaan bumi dimanfaatkan sebagai sumber energi panas bumi (geotermal) yang penting bagi negara-negara seperti Kenya.
- Keterbatasan Infrastruktur: Munculnya retakan tiba-tiba dapat merusak jalan, pipa, dan infrastruktur penting lainnya.
- Penemuan Fosil Hominid: Lembah celah ini secara paradoks menjadi lokasi penting penemuan fosil manusia purba. Proses erosi cepat yang disebabkan oleh rift membantu mengungkapkan lapisan batuan purba.
- Perubahan Iklim Jangka Panjang: Pembentukan samudra baru akan memengaruhi pola cuaca regional dan global secara signifikan di masa depan geologis.
Proses ini menunjukkan bahwa fenomena geologis yang lambat bukan berarti tidak signifikan. Dampaknya saat ini sudah terasa, terutama di Kenya dan Etiopia.
Mengamati Perubahan dalam Skala Waktu Geologi
Fenomena pemisahan Afrika ini adalah pengingat penting bahwa planet kita terus berevolusi. Kecepatan pergerakan lempeng hanya sekitar 2,5 hingga 5 centimeter per tahun—mirip dengan kecepatan pertumbuhan kuku manusia.
Baca Juga
Advertisement
Meskipun ini terdengar lambat, dalam rentang waktu puluhan juta tahun, pergerakan beberapa sentimeter setahun dapat menghasilkan perubahan radikal seperti pembentukan samudra baru dan daratan terpisah.
Para ilmuwan akan terus memantau aktivitas East African Rift Valley menggunakan GPS dan teknologi satelit untuk mengukur secara tepat seberapa cepat Lempeng Somalia bergerak menjauh dari Lempeng Nubia.
Dengan data yang terkumpul, kita bisa memprediksi dengan lebih akurat bagaimana peta dunia akan terlihat jutaan tahun dari sekarang, di mana Afrika akan terbagi dua, dan sebuah samudra raksasa akan menggantikan lembah yang kini kita kenal.
Baca Juga
Advertisement
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA