Close Menu
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Bocoran Infinix Note 60 Ultra: Desain Flagship dan Spesifikasi Fantastis

8 November 2025 | 19:45

5 Fakta Penting Pembaruan HyperOS 3 Global Xiaomi 14 Ultra: Rilis Segera!

8 November 2025 | 19:38

Motorola Edge 70 Resmi Rilis: Desain Tipis, Performa Gahar

8 November 2025 | 19:11
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • Bocoran Infinix Note 60 Ultra: Desain Flagship dan Spesifikasi Fantastis
  • 5 Fakta Penting Pembaruan HyperOS 3 Global Xiaomi 14 Ultra: Rilis Segera!
  • Motorola Edge 70 Resmi Rilis: Desain Tipis, Performa Gahar
  • Kece! Samsung Galaxy A57 Segera Hadir dengan Nomor Model A576B — Spesifikasi Bocor
  • Poco F8 Pro Hadir dengan Bose Sound dan 3 Kejutan Besar!
  • Klaim Cepat! 44 Kode Redeem FF 7 November 2025: Dapatkan Groza FFCS Terbatas!
  • 5 Keunggulan Kamera Pintar Xiaomi dengan Fitur Panggilan Video 1-Klik
  • 5 Fakta Keren Fitur Motion Watermark HyperOS 3 di Kamera Xiaomi
Sabtu, November 8
Facebook Instagram YouTube TikTok WhatsApp X (Twitter) LinkedIn
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • OtoTekno
    • Elektronik
    • Gadget
    • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
Beranda » Tech » 3 Sinyal Utama Bumi Makin Gelap: Mengapa Albedo Bumi Menurun Drastis?
Tech

3 Sinyal Utama Bumi Makin Gelap: Mengapa Albedo Bumi Menurun Drastis?

Olin SianturiOlin Sianturi24 Oktober 2025 | 21:38
Bagikan Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Tumblr Email Telegram Pinterest
Bumi makin gelap, Albedo bumi menurun
Bagikan
Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Ilmuwan NASA menemukan sinyal mengkhawatirkan: Bumi makin gelap! Ketahui 3 alasan utama mengapa kemampuan Albedo Bumi menurun drastis dalam 2 dekade terakhir.

TechnonesiaID - Kabar mengejutkan datang dari penelitian luar angkasa. Selama hampir 20 tahun terakhir, hasil pemantauan satelit menunjukkan bahwa planet tempat kita tinggal, terutama di belahan utara, secara perlahan mulai kehilangan kemampuannya untuk memantulkan cahaya matahari ke luar angkasa. Ini berarti, Bumi menjadi semakin “gelap” atau kurang reflektif.

Fenomena ini bukan terjadi karena kegelapan fisik, melainkan kegelapan dalam konteks energi. Semakin sedikit cahaya yang dipantulkan, semakin banyak energi matahari yang diserap oleh Bumi. Dan ini adalah sinyal yang sangat mengkhawatirkan bagi para ilmuwan iklim global.

Baca Juga

  • 12 HP Xiaomi Pertama yang Uji Coba HyperOS 3 Android 15
  • 5 Tahun Keamanan Maksimal! Cek Daftar HP Xiaomi Update 5 Tahun

Advertisement

Penemuan krusial ini berasal dari penelitian yang dilakukan oleh NASA, memanfaatkan data sistem canggih bernama Clouds and the Earth’s Radiant Energy System (CERES). Data ini menjadi dasar penting untuk memahami keseimbangan energi planet kita.

Memahami Apa Itu Albedo dan Keseimbangan Energi Bumi

Sebelum kita membahas data yang mengkhawatirkan, penting untuk memahami istilah kunci: Albedo. Secara sederhana, Albedo adalah ukuran seberapa reflektif suatu permukaan.

Semakin tinggi nilai Albedo, semakin cerah permukaan tersebut, dan semakin banyak energi matahari yang dipantulkan kembali ke luar angkasa (seperti salju atau es). Sebaliknya, permukaan dengan Albedo rendah (seperti lautan atau hutan gelap) akan menyerap lebih banyak energi.

Baca Juga

  • 5 Fitur Baru Xiaomi 15 Ultra Setelah Update HyperOS 3 dan Android 16
  • RedMagic 11 Pro Resmi Global: 7 Alasan Cooling Cair AquaCore Layak Dibeli

Advertisement

Keseimbangan antara energi yang diserap dan energi yang dipantulkan sangat penting untuk menjaga suhu permukaan planet kita tetap stabil. Ketika Albedo Bumi menurun, ini berarti energi yang diserap (absorbed solar radiation/ASR) meningkat, menyebabkan suhu global cenderung naik.

Data CERES NASA secara spesifik melacak ASR dan juga seberapa banyak energi panas yang dipancarkan kembali ke luar angkasa. Perubahan kecil dalam rasio ini dapat memiliki dampak besar pada sistem iklim yang rapuh.

Data Mengkhawatirkan: Mengapa Bumi Makin Gelap?

Data yang dikumpulkan NASA selama dua dekade menunjukkan tren yang jelas: kemampuan reflektif Bumi secara keseluruhan telah menurun secara signifikan. Penurunan ini setara dengan hilangnya sekitar setengah watt cahaya per meter persegi selama periode pemantauan.

Baca Juga

  • 5 Fakta Mengejutkan Misi Artemis 2: Astronaut NASA Terbang ke Bulan Tak Digaji
  • 5 Fakta Mengejutkan Penemuan Ilmiah Hajar Aswad

Advertisement

Meskipun setengah watt terdengar kecil, jika dikalikan dengan seluruh permukaan planet, jumlah energi panas tambahan yang terperangkap sangatlah masif. Ini secara langsung mempercepat pemanasan global.

Lantas, apa pemicu utama fenomena Bumi makin gelap ini? Para peneliti menunjuk pada perubahan kompleks dalam sistem awan dan permukaan es.

3 Alasan Utama Penurunan Drastis Albedo Bumi Menurun

Para ilmuwan mengidentifikasi tiga kontributor utama yang menyebabkan Albedo Bumi menurun secara drastis dalam beberapa tahun terakhir:

Baca Juga

  • 3 Fakta Gila Xiaomi Baterai 9000 mAh: HP Redmi dengan Fast Charging 100W
  • 5 Tanda Dampak Pemanasan Global: Rahasia Tersembunyi Es Kian Nyata

Advertisement

  • Perubahan Pola Awan Rendah: Awan adalah komponen vital dalam Albedo Bumi. Awan rendah yang tebal, terutama di atas Samudra Pasifik bagian timur, berfungsi sebagai “cermin” yang memantulkan banyak energi matahari. Sayangnya, data satelit menunjukkan bahwa awan rendah ini semakin menipis atau berkurang jumlahnya.
  • Meningkatnya Suhu Permukaan Laut: Kenaikan suhu permukaan laut menyebabkan perubahan sirkulasi atmosfer. Perubahan ini mengurangi jumlah awan rendah yang cerah dan reflektif di beberapa wilayah kunci, sehingga membiarkan lebih banyak sinar matahari masuk dan diserap oleh lautan yang berwarna gelap.
  • Pencairan Lapisan Es dan Salju (Snow/Ice Cover): Salju dan es merupakan permukaan yang paling reflektif di Bumi. Ketika lapisan es mencair (misalnya di kutub atau gletser), permukaan yang sebelumnya putih cerah digantikan oleh air laut atau tanah yang gelap, yang menyerap jauh lebih banyak panas. Ini menciptakan lingkaran setan pemanasan yang disebut ice-albedo feedback loop.

Faktor-faktor ini saling terkait erat. Peningkatan suhu akibat emisi gas rumah kaca menyebabkan es mencair, yang kemudian mengurangi Albedo, yang pada gilirannya menyerap lebih banyak panas, dan proses ini terus berlanjut.

Dampak Jangka Panjang: Tanda Kiamat?

Meskipun istilah “tanda kiamat” mungkin terdengar dramatis, temuan ini secara ilmiah adalah peringatan serius. Ketika Bumi makin gelap dan menyerap lebih banyak energi, dampak terhadap sistem iklim global akan semakin parah dan cepat.

Energi ekstra yang terperangkap ini tidak hanya memanaskan udara, tetapi sebagian besar diserap oleh lautan. Lautan bertindak sebagai penyimpan panas global, yang memengaruhi segala sesuatu mulai dari pola cuaca ekstrem hingga kesehatan terumbu karang.

Baca Juga

  • 5 Fakta Skandal Pemalsuan Dokumen: Font Calibri Bikin PM Pakistan Dipecat
  • Nothing Phone (3a) Lite Resmi Meluncur: Ini 5 Alasan HP Entry-Level Terbaik

Advertisement

Peningkatan energi yang diserap dapat memicu serangkaian kejadian yang tidak terduga, di antaranya:

Pola Cuaca yang Lebih Ekstrem

Baca Juga

  • 5 Strategi Xiaomi Eksklusif China: Mengapa HP Terbaik Belum Global?
  • 5 Fakta Pelanggaran Privasi Microsoft dari Fitur Gaming Copilot

Advertisement

Kelebihan panas di atmosfer dan lautan memberikan energi lebih pada badai, topan, dan gelombang panas. Intensitas dan frekuensi bencana alam diprediksi akan terus meningkat seiring penurunan Albedo.

Baca Juga

  • 5 Alasan Mengapa Honor Magic8 Pro Menarik: Cek Spesifikasi & Fitur Unggulan
  • Internet Murah 100 Mbps Hanya Rp 100 Ribu? Ini 4 Fakta Program Baru WIFI

Advertisement

Pencairan Es Abadi (Permafrost)

Peningkatan suhu yang lebih cepat mempercepat pencairan permafrost di wilayah Arktik. Pencairan ini melepaskan metana dan karbon dioksida purba yang terperangkap, yang merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat, semakin memperparah pemanasan.

Baca Juga

  • 5 Tanda Website Jadi Sarang Konten Ilegal: Waspada Modus Kejahatan Siber Terbaru
  • 5 Peringatan Penting Bos Google untuk Keamanan HP Android Anda

Advertisement

Gangguan Ekosistem Laut

Baca Juga

  • 5 Pelajaran Penting dari Kisah Octopus, Startup Daur Ulang Hamish Daud
  • 3 Fakta Mencengangkan Penemuan Yunxian 2 China Ubah Sejarah Manusia

Advertisement

Laut yang lebih hangat menyebabkan pemutihan karang dan mengganggu rantai makanan laut. Karena lautan menyerap sebagian besar panas dan CO2 berlebih, ekosistem laut berada di bawah tekanan ganda.

Peran Ilmu Pengetahuan dalam Pemantauan Intensif

Penelitian mengenai penurunan Albedo ini menekankan betapa kompleksnya sistem iklim Bumi dan betapa pentingnya pemantauan berkelanjutan.

Para ilmuwan kini menggunakan data CERES dan sistem pelacakan lainnya untuk memodelkan secara lebih akurat bagaimana perubahan awan dan es akan berinteraksi dengan peningkatan emisi gas rumah kaca di masa depan.

Baca Juga

  • 5 Fakta Mencengangkan Fenomena Rotasi Inti Bumi yang Berhenti
  • Terungkap! 3 Hasil Tak Terduga Menanam Semangka di Kutub Selatan

Advertisement

Temuan bahwa Bumi makin gelap bukanlah akhir dari segalanya, melainkan peringatan keras. Ini adalah panggilan bagi seluruh dunia untuk meningkatkan upaya mitigasi iklim. Jika kita tidak dapat memperlambat laju penyerapan energi matahari oleh Bumi, kita akan menghadapi percepatan pemanasan global yang tidak terhindarkan.

Langkah-langkah untuk mengatasi penurunan Albedo harus fokus pada dua area utama: mengurangi emisi gas rumah kaca untuk membatasi peningkatan suhu, dan melindungi serta memulihkan lapisan es dan salju yang tersisa.

Dengan adanya data ini, kita tahu bahwa tantangannya nyata, dan dampaknya sudah terasa. Masa depan planet bergantung pada seberapa cepat dan serius kita menanggapi sinyal ilmiah yang mengkhawatirkan ini.

Baca Juga

  • 5 Tantangan Infrastruktur Digital Indonesia di Babak Baru Ekonomi RI
  • 3 Bocoran Kunci Peluncuran Samsung Galaxy S26, Siap Rilis Maret 2026

Advertisement


Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
  • Instagram : @technonesia_id
  • Facebook : Technonesia ID
  • X (Twitter) : @technonesia_id
  • Whatsapp Channel : Technonesia.ID
  • Google News : TECHNONESIA
Albedo Bumi makin gelap NASA Pemanasan Global Perubahan Iklim
Share. Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Telegram Email Pinterest
Previous Article5 Fakta Ngeri Terungkap dari Penelitian Kotoran Purba Berusia 1.300 Tahun
Next Article 5 Tantangan Infrastruktur Digital Indonesia di Babak Baru Ekonomi RI
Olin Sianturi
  • Website

Olin Sianturi adalah seorang Content Writer di Media TechnoNesia dan GadgetVIVA, berpengalaman dalam menulis artikel informatif dan SEO-friendly. Spesialisasinya mencakup teknologi, gadget, elektronik, game. Dengan gaya penulisan yang menarik dan mudah dipahami, Olin mampu menghadirkan konten berkualitas yang relevan dan bernilai bagi pembaca.

Artikel Terkait

12 HP Xiaomi Pertama yang Uji Coba HyperOS 3 Android 15

Olin Sianturi7 November 2025 | 21:38

5 Tahun Keamanan Maksimal! Cek Daftar HP Xiaomi Update 5 Tahun

Olin Sianturi5 November 2025 | 17:38

5 Fitur Baru Xiaomi 15 Ultra Setelah Update HyperOS 3 dan Android 16

Olin Sianturi4 November 2025 | 03:38

RedMagic 11 Pro Resmi Global: 7 Alasan Cooling Cair AquaCore Layak Dibeli

Olin Sianturi4 November 2025 | 01:38

5 Fakta Mengejutkan Misi Artemis 2: Astronaut NASA Terbang ke Bulan Tak Digaji

Olin Sianturi3 November 2025 | 11:38

5 Fakta Mengejutkan Penemuan Ilmiah Hajar Aswad

Olin Sianturi2 November 2025 | 21:08
Pilihan Redaksi
Trending

4 Fakta Menarik The Blackman Family Sebelum Berpisah, Keluarga Viral yang Bikin Heboh!

Olin Sianturi25 Februari 2025 | 07:50

Mengungkap 4 fakta menarik The Blackman Family tentang perjalanan mereka sebagai keluarga viral. Simak selengkapnya…

Jepang vs OpenAI: 3 Kontroversi Sora 2 Ancam Perlindungan Hak Cipta Anime

16 Oktober 2025 | 08:08

5 Alasan Realme GT 8 Pro Spesifikasi Gahar Siap Rilis Global November

31 Oktober 2025 | 11:38

Samsung Galaxy QRIS Tap 2025, Transaksi Makin Cepat dan Aman!

1 November 2025 | 13:15

iQOO Neo 11 HP Gaming Murah Tapi Gahar dengan Snapdragon 8 Elite

2 November 2025 | 12:47
Terbaru

12 HP Xiaomi Pertama yang Uji Coba HyperOS 3 Android 15

Olin Sianturi7 November 2025 | 21:38

5 Tahun Keamanan Maksimal! Cek Daftar HP Xiaomi Update 5 Tahun

Olin Sianturi5 November 2025 | 17:38

5 Fitur Baru Xiaomi 15 Ultra Setelah Update HyperOS 3 dan Android 16

Olin Sianturi4 November 2025 | 03:38

RedMagic 11 Pro Resmi Global: 7 Alasan Cooling Cair AquaCore Layak Dibeli

Olin Sianturi4 November 2025 | 01:38

5 Fakta Mengejutkan Misi Artemis 2: Astronaut NASA Terbang ke Bulan Tak Digaji

Olin Sianturi3 November 2025 | 11:38
technonesia-ads
TechnoNesia.ID
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp LinkedIn
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
© TechnoNesia.ID 2025 | All Rights Reserved

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.