Penemuan mengejutkan tentang Gempa Bulan dan Retakan di permukaan satelit Bumi. Pelajari 4 fakta terbaru yang mengungkap risiko besar bagi pangkalan permanen NASA.
TechnonesiaID - Dalam beberapa dekade terakhir, Bulan sering dianggap sebagai benda langit yang statis dan mati, di mana perubahannya hanya disebabkan oleh hantaman meteorit. Namun, penelitian terbaru justru mengungkap fakta yang sangat berbeda dan mengejutkan dunia sains: permukaan Bulan ternyata aktif secara seismik, menunjukkan tanda-tanda retakan besar yang mengkhawatirkan.
Temuan ini bukan sekadar berita kosmik biasa. Ia secara langsung memunculkan kekhawatiran baru terhadap rencana ambisius eksplorasi jangka panjang, terutama Misi Artemis milik NASA yang bertekad membangun pangkalan manusia permanen di Bulan.
Baca Juga
Advertisement
Jika kita ingin menetap di satelit Bumi ini, memahami dinamika internalnya adalah kunci. Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan Retakan Permukaan Bulan ini, dan mengapa para ilmuwan mulai panik?
Mengapa Retakan Permukaan Bulan Tiba-Tiba Jadi Sorotan?
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi mengungkap bahwa perubahan lanskap Bulan tidak hanya disebabkan oleh tumbukan meteorit yang menghasilkan kawah. Ada kekuatan lain yang bekerja dari bawah permukaan: aktivitas seismik atau yang lebih dikenal sebagai gempa bulan (moonquakes).
Laporan yang bertajuk “Paleoseismic activity in the Moon’s Taurus-Littrow valley inferred from boulder falls and landslides” menunjukkan bukti kuat bahwa gempa bulan ini cukup kuat untuk memicu longsor dan jatuhnya batu-batu besar. Ini adalah bukti fisik bahwa permukaan Bulan sedang bergerak dan mengalami regangan.
Baca Juga
Advertisement
Para ilmuwan meyakini bahwa retakan ini kemungkinan besar disebabkan oleh pendinginan internal Bulan dan interaksi pasang surut gravitasi yang ekstrem antara Bumi dan Bulan. Meskipun tidak sedramatis gempa Bumi yang didorong oleh pergeseran lempeng tektonik, gempa bulan ini jelas menimbulkan masalah besar bagi arsitek luar angkasa.
Aktivitas Seismik yang Tak Terduga
Data mengenai gempa bulan sebenarnya sudah ada sejak era misi Apollo. Para astronaut meninggalkan seismometer yang mencatat aktivitas di bawah permukaan. Namun, analisis data terbaru inilah yang mengaitkan aktivitas seismik tersebut dengan perubahan geologi yang terlihat di permukaan, seperti retakan baru dan longsoran.
Kawasan Lembah Taurus-Littrow, lokasi pendaratan Apollo 17, menjadi fokus utama penelitian ini. Di sana, ditemukan bahwa lanskap tersebut telah mengalami perubahan signifikan dalam waktu geologis yang relatif singkat. Artinya, kita sedang berhadapan dengan medan yang secara aktif berubah, bukan hanya situs sejarah yang beku.
Baca Juga
Advertisement
Gempa Bulan dan Retakan: 4 Fakta yang Mengubah Perencanaan NASA
Kehadiran Gempa Bulan dan Retakan di permukaan satelit Bumi mau tak mau memaksa NASA dan badan antariksa lainnya untuk merevisi rencana pembangunan pangkalan. Berikut adalah empat fakta krusial mengenai temuan ini:
- Retakan Terfokus pada Zona Aktif: Retakan terbesar sering ditemukan di sepanjang patahan-patahan yang disebut sesar dorong (thrust faults). Ini adalah area di mana kerak Bulan ditekan bersama-sama hingga salah satu sisinya terangkat ke atas. Aktivitas ini secara periodik memicu guncangan yang dapat merusak struktur.
- Durasi Guncangan Lebih Lama: Salah satu perbedaan utama antara gempa bulan dan gempa Bumi adalah durasinya. Karena Bulan tidak memiliki air untuk meredam gelombang seismik, getaran yang dihasilkan oleh gempa bulan cenderung bertahan jauh lebih lama, kadang-kadang mencapai satu jam. Guncangan berkepanjangan ini sangat merusak bagi bangunan yang rentan.
- Dampak terhadap Struktur Bawah Tanah: Rencana misi Artemis mencakup pembangunan habitat dan fasilitas penyimpanan sumber daya di bawah permukaan untuk melindungi astronaut dari radiasi kosmik dan suhu ekstrem. Aktivitas Retakan Permukaan Bulan dan gempa yang berkepanjangan menimbulkan risiko keruntuhan serius terhadap infrastruktur bawah tanah ini.
- Tantangan dalam Pemilihan Lokasi Pendaratan: Studi ini memaksa NASA untuk lebih teliti dalam memilih lokasi pangkalan. Area yang kaya sumber daya, seperti kawah yang mengandung es air, mungkin juga merupakan zona patahan yang aktif. Prioritas keamanan struktural harus diutamakan di atas kemudahan akses sumber daya.
Perbedaan Gempa Bulan vs. Gempa Bumi
Penting untuk memahami bahwa pemicu Gempa Bulan dan Retakan sangat berbeda dengan yang terjadi di Bumi. Gempa Bumi sebagian besar didorong oleh dinamika lempeng tektonik, di mana lempeng-lempeng besar bergerak di atas mantel yang cair.
Bulan tidak memiliki lempeng tektonik. Sebaliknya, gempa bulan terbagi menjadi beberapa tipe, yang paling relevan saat ini adalah gempa dangkal. Gempa ini terjadi hanya beberapa kilometer di bawah permukaan dan diyakini disebabkan oleh gaya pasang surut Bumi yang terus-menerus menarik dan meremas Bulan.
Baca Juga
Advertisement
Gaya pasang surut ini menyebabkan stres yang menumpuk di kerak Bulan. Ketika stres mencapai titik puncaknya, ia dilepaskan sebagai gempa, yang kemudian menghasilkan retakan baru di permukaan yang dingin dan rapuh.
Tantangan Eksplorasi: Membangun di Atas Lempeng yang Bergeser
Misi Artemis bertujuan untuk mengirim manusia kembali ke Bulan dan membangun kehadiran berkelanjutan. Ini berarti membangun habitat, laboratorium, dan fasilitas pendukung kehidupan yang harus tahan lama.
Temuan mengenai Retakan Permukaan Bulan menjadi faktor desain yang tidak bisa diabaikan. Para insinyur kini harus mempertimbangkan metode konstruksi yang mampu menahan guncangan yang lama dan intens.
Baca Juga
Advertisement
Solusi potensial mungkin melibatkan penggunaan struktur modular yang lebih fleksibel atau penggunaan material lokal (regolith) yang dicetak 3D dan dirancang secara spesifik untuk menyerap energi seismik. NASA mungkin juga perlu mengembangkan sistem peringatan dini gempa bulan.
Selain itu, lokasi pangkalan harus dipilih di wilayah yang secara seismik paling stabil. Ini mungkin membatasi opsi pendaratan, tetapi keselamatan astronaut adalah pertimbangan utama.
Baca Juga
Advertisement
Masa Depan Eksplorasi dan Keseimbangan Risiko
Penemuan ini pada akhirnya menunjukkan betapa kompleksnya Bulan. Ia bukan hanya tumpukan debu mati, tetapi dunia yang dinamis dan berubah. Meskipun Gempa Bulan dan Retakan menimbulkan tantangan besar, ini juga merupakan peluang ilmiah yang luar biasa.
Baca Juga
Advertisement
Dengan mempelajari lebih lanjut tentang aktivitas seismik Bulan, kita tidak hanya meningkatkan keselamatan misi di masa depan, tetapi juga mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang pembentukan dan evolusi satelit alami kita. Eksplorasi luar angkasa selalu berjalan beriringan dengan risiko, dan tantangan baru ini hanyalah babak berikutnya dalam upaya umat manusia menaklukkan kosmos.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA