Waspada! BNPT melaporkan 112 anak terpapar radikalisme di medsos dan game online. Simak 4 langkah konkret melindungi keluarga dari bahaya radikalisme media sosial.
TechnonesiaID - Isu keamanan digital kini semakin mendesak, terutama bagi para orang tua yang memiliki anak aktif di dunia maya. Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI baru-baru ini mengungkap fakta yang sangat mengkhawatirkan: ratusan anak di Indonesia telah menjadi korban paparan ideologi radikal melalui platform digital.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa media sosial dan game online bukan lagi sekadar hiburan atau sarana komunikasi, melainkan telah dimanfaatkan secara masif sebagai saluran utama penyebaran paham ekstremisme.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai penulis konten SEO ahli, kami akan mengupas tuntas data BNPT dan memberikan panduan praktis tentang Bahaya radikalisme media sosial serta cara efektif untuk menjaga keluarga Anda tetap aman.
Data Mengejutkan BNPT: Anak Terpapar Radikalisme Game Online dan Medsos
Dalam Pernyataan Pers Akhir Tahun BNPT, Kepala BNPT, Eddy Hartono, memaparkan hasil pengungkapan yang dilakukan aparat penegak hukum sepanjang tahun 2025. Angka yang disebutkan sungguh mencengangkan: setidaknya 112 anak teridentifikasi telah terpapar radikalisme.
Mayoritas paparan ini terjadi melalui dua kanal utama yang sangat populer di kalangan generasi muda: media sosial dan lingkungan game online.
Baca Juga
Advertisement
Pengungkapan ini datang seiring dengan penangkapan beberapa jaringan terorisme dan simpatisan kelompok Ansharud Daulah yang berafiliasi dengan ISIS. Ini menunjukkan bahwa radikalisasi pada anak-anak adalah bagian integral dari strategi perekrutan kelompok ekstremis modern.
Kelompok radikal menyadari bahwa anak-anak dan remaja memiliki tingkat kerentanan emosional dan kognitif yang lebih tinggi, membuat mereka target empuk untuk doktrinasi yang cepat dan terselubung.
Mengapa Anak Terpapar Radikalisme Game Online dan Medsos Begitu Rentan?
Ada beberapa faktor kunci yang membuat platform digital menjadi sarang efektif bagi radikalisme:
Baca Juga
Advertisement
- Anonimitas yang Tinggi: Lingkungan game online dan beberapa platform media sosial memungkinkan pelaku menyembunyikan identitas asli mereka, sehingga dapat berinteraksi langsung dengan anak-anak tanpa pengawasan ketat.
- Algoritma dan Echo Chamber: Algoritma media sosial cenderung menyajikan konten yang relevan dengan interaksi pengguna sebelumnya. Ketika seorang anak menunjukkan ketertarikan (walaupun sekecil apa pun) pada konten ekstrem, algoritma akan terus menyajikan konten serupa, menciptakan echo chamber radikal yang sulit ditembus.
- Konteks Non-Akademik: Diskusi yang terjadi di dalam lobi game atau grup chat sering kali berada di luar radar pengawasan sekolah atau orang tua, menjadikannya tempat ideal untuk indoktrinasi santai yang menyamar sebagai diskusi biasa.
Kasus Anak terpapar radikalisme game online biasanya bermula dari komunikasi di fitur chat game yang kemudian berlanjut ke grup pribadi di platform terpisah seperti Telegram atau Discord, di mana konten radikal mulai disebarkan secara intensif.
4 Langkah Konkret Mencegah Bahaya Radikalisme Media Sosial
Kewaspadaan adalah kunci. Sebagai orang tua, pendidik, dan masyarakat, kita harus proaktif mengambil langkah nyata. Berikut adalah empat strategi utama untuk melindungi anak dari infiltrasi ideologi ekstrem.
1. Tingkatkan Literasi Digital dan Kritis Keluarga
Pencegahan terbaik adalah dengan memberdayakan anak agar mereka memiliki daya tahan intelektual. Anak perlu diajarkan cara membedakan informasi yang valid dari propaganda atau hoaks. Ini adalah garis pertahanan pertama melawan Bahaya radikalisme media sosial.
Baca Juga
Advertisement
- Edukasi Sumber Informasi: Ajari anak untuk selalu mempertanyakan sumber dan motif di balik setiap konten yang mereka konsumsi, terutama konten yang memicu kebencian atau ajakan kekerasan.
- Kenali Taktik Propaganda: Jelaskan bahwa konten radikal sering menggunakan retorika korban, pemecah belah, atau janji-janji utopis untuk menarik simpati dan dukungan.
2. Bangun Komunikasi Terbuka Tanpa Penghakiman
Hubungan yang kuat antara orang tua dan anak adalah penangkal paling efektif. Anak yang merasa nyaman berbagi pengalaman digital mereka cenderung lebih terbuka tentang interaksi aneh yang mereka temui.
Daripada melarang total penggunaan media sosial atau game, ciptakan ruang di mana anak tidak takut untuk bertanya atau menceritakan jika mereka didekati oleh orang asing dengan pesan aneh atau radikal.
Pastikan anak tahu bahwa mereka tidak akan dihukum hanya karena mereka menerima pesan tersebut, melainkan dihargai karena berani melaporkannya.
Baca Juga
Advertisement
3. Terapkan Kontrol dan Monitoring Digital yang Cerdas
Orang tua harus menjadi “teman” digital bagi anak-anak mereka. Ini tidak berarti mengintai setiap pesan, melainkan memahami ekosistem digital anak.
- Gunakan Fitur Parental Control: Manfaatkan fitur kontrol orang tua yang tersedia di berbagai platform media sosial dan perangkat, yang dapat membatasi waktu layar atau akses ke konten tertentu.
- Pahami Platform Mereka: Luangkan waktu untuk mempelajari platform yang paling sering digunakan anak, seperti TikTok, Discord, atau game multiplayer. Pahami fitur privasi dan keamanan di sana.
- Perhatikan Perubahan Perilaku: Waspadai perubahan signifikan pada minat, gaya bahasa, atau isolasi sosial anak, karena ini bisa menjadi indikasi awal paparan radikalisme.
4. Kolaborasi dengan Pihak Sekolah dan Komunitas
Ancaman radikalisme digital adalah tanggung jawab bersama. Sekolah dan komunitas harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang anti-radikal.
Sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan kewarganegaraan digital yang berfokus pada toleransi dan pencegahan ekstremisme. Sementara itu, komunitas dapat menyelenggarakan lokakarya untuk orang tua mengenai tanda-tanda Anak terpapar radikalisme game online.
Baca Juga
Advertisement
Pelibatan aktif Densus 88 dan BNPT dalam memberikan edukasi pencegahan juga menjadi elemen penting dalam upaya nasional melawan terorisme berbasis digital ini.
Kesimpulan: Urgensi Pengawasan Digital Bersama
Angka 112 anak yang terpapar radikalisme dalam satu tahun (2025) adalah alarm keras bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Data BNPT menegaskan bahwa kita tidak bisa lagi menganggap remeh interaksi digital anak-anak kita.
Mencegah Bahaya radikalisme media sosial memerlukan kombinasi antara pemahaman teknologi yang mendalam, komunikasi keluarga yang sehat, dan intervensi edukatif yang cerdas.
Baca Juga
Advertisement
Dengan menerapkan empat langkah konkret di atas—literasi digital, komunikasi terbuka, monitoring cerdas, dan kolaborasi komunitas—kita dapat memastikan bahwa dunia digital anak-anak tetap menjadi ruang aman untuk belajar, bukan medan rekrutmen bagi kelompok ekstremis.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA