Close Menu
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

5 Fakta Satelit Starlink Jatuh ke Bumi, Ancaman Elon Musk Mengintai!

11 Oktober 2025 | 15:08

4 Faktor Utama Bencana Chernobyl: Pelajaran Tragedi Nuklir Paling Penting

11 Oktober 2025 | 13:08

5 Fakta Serangan Hacker Oracle Fatal, Ratusan Perusahaan Terkena Dampak

11 Oktober 2025 | 11:08
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • 5 Fakta Satelit Starlink Jatuh ke Bumi, Ancaman Elon Musk Mengintai!
  • 4 Faktor Utama Bencana Chernobyl: Pelajaran Tragedi Nuklir Paling Penting
  • 5 Fakta Serangan Hacker Oracle Fatal, Ratusan Perusahaan Terkena Dampak
  • 5 Fakta Skandal Diskon Palsu: Denda E-Commerce Terbesar Triliunan!
  • 5 Fakta Terbaru Masalah Temu di Eropa: Raja Ecommerce China Diperiksa Jerman
  • 4 Langkah Cara Lacak Lokasi Google Maps Teman dengan Nomor HP
  • 5 Fakta Mengejutkan Omar Yaghi, Peraih Nobel Keturunan Pengungsi Palestina
  • 7 Tanda Kiamat di Nasi dan Susu: Kontaminasi Bakteri Mengancam Pangan
Sabtu, Oktober 11
Facebook Instagram YouTube TikTok WhatsApp X (Twitter) LinkedIn
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • OtoTekno
    • Elektronik
    • Gadget
    • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
Beranda » Berita Tekno » 5 Fakta Satelit Starlink Jatuh ke Bumi, Ancaman Elon Musk Mengintai!
Berita Tekno

5 Fakta Satelit Starlink Jatuh ke Bumi, Ancaman Elon Musk Mengintai!

Olin SianturiOlin Sianturi11 Oktober 2025 | 15:08
Bagikan Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Tumblr Email Telegram Pinterest
Satelit Starlink jatuh ke Bumi, Ancaman Starlink Elon Musk
Bagikan
Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Satelit Starlink jatuh ke Bumi setiap hari! Simak 5 fakta mengenai Ancaman Starlink Elon Musk, termasuk bahaya sampah antariksa yang kini makin nyata.

TechnonesiaID - Ambisi Elon Musk untuk menyelimuti seluruh Bumi dengan layanan internet berkecepatan tinggi melalui konstelasi satelit Starlink memang luar biasa. Namun, di balik janji konektivitas global tersebut, muncul sebuah masalah serius yang kini menjadi sorotan para ahli antariksa global: satelit-satelit tersebut mulai rontok dan berjatuhan kembali ke Bumi.

Proyek ambisius ini menempatkan ribuan satelit di Orbit Bumi Rendah (LEO), sebuah area yang sudah cukup padat. Seiring berjalannya waktu, ternyata tidak semua satelit mampu mempertahankan orbitnya. Para ahli mulai membunyikan alarm keras mengenai konsekuensi dari fenomena ini.

Baca Juga

  • 5 Fakta Serangan Hacker Oracle Fatal, Ratusan Perusahaan Terkena Dampak
  • 5 Fakta Skandal Diskon Palsu: Denda E-Commerce Terbesar Triliunan!

Advertisement

Fenomena ini bukan hanya tentang kerugian finansial bagi SpaceX (perusahaan induk Starlink), tetapi juga mengenai potensi bahaya sampah antariksa yang meningkat drastis. Bahaya ini berpotensi mengancam misi luar angkasa lainnya dan bahkan mengganggu aktivitas di permukaan Bumi.

Ambisi Starlink Vs. Realita Sampah Antariksa

Starlink dirancang untuk beroperasi di LEO, yaitu antara ketinggian 300 hingga 2.000 km di atas permukaan Bumi. Ketinggian ini dipilih karena memungkinkan latensi (keterlambatan sinyal) yang sangat rendah, jauh lebih baik daripada satelit geostasioner yang jaraknya puluhan ribu kilometer.

Namun, keuntungan latensi rendah ini datang dengan risiko besar: kepadatan orbit. SpaceX berencana meluncurkan puluhan ribu satelit dalam beberapa tahun ke depan, menjadikan LEO sebagai jalur lalu lintas luar angkasa terpadat dalam sejarah.

Baca Juga

  • 5 Fakta Terbaru Masalah Temu di Eropa: Raja Ecommerce China Diperiksa Jerman
  • 5 Fakta Mengejutkan Omar Yaghi, Peraih Nobel Keturunan Pengungsi Palestina

Advertisement

Ketika satelit sudah mencapai akhir masa pakainya, mereka harus de-orbit atau dikeluarkan dari orbit. Proses de-orbit ini seharusnya berjalan terkontrol, memastikan satelit terbakar habis di atmosfer. Sayangnya, tidak semua berjalan sesuai rencana.

Mengapa Satelit Starlink Jatuh ke Bumi?

Jatuhnya Satelit Starlink jatuh ke Bumi setiap hari dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Salah satu yang paling signifikan adalah gesekan atmosfer (atmospheric drag). Meskipun LEO dianggap “luar angkasa,” pada ketinggian tersebut masih terdapat sedikit sisa atmosfer Bumi.

Gesekan yang sangat kecil ini, seiring berjalannya waktu, secara perlahan akan menarik satelit menuju lapisan atmosfer yang lebih padat. Hal ini dipercepat jika satelit mengalami kegagalan teknis, seperti kerusakan sistem pendorong atau kehilangan komunikasi dengan darat.

Baca Juga

  • 7 Alasan NextDev Telkomsel Tahun Ke-11 Jadi Inkubator Technopreneur AI
  • 5 Fakta Terbaru Registrasi Biometrik Telkomsel: Solusi Keamanan Data Pelanggan

Advertisement

Astrofisikawan terkemuka dari Smithsonian, Jonathan McDowell, adalah salah satu pihak yang paling vokal mengenai masalah ini. Ia secara rutin memantau status Starlink dan mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah satelit yang jatuh atau gagal beroperasi.

Menurut pemantauan McDowell, setidaknya 1 hingga 2 satelit Starlink keluar dari orbit dan jatuh kembali ke Bumi setiap harinya. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat secara eksponensial seiring bertambahnya jumlah satelit yang diluncurkan oleh SpaceX.

5 Fakta Mengejutkan Mengenai Ancaman Starlink Elon Musk

Konstelasi raksasa ini memang menjanjikan, tetapi risiko yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada yang dibayangkan publik. Berikut adalah lima fakta krusial mengenai Ancaman Starlink Elon Musk dan bahaya sampah antariksa:

Baca Juga

  • 7 Alasan Mengapa Netizen China Bikin Amerika Parno: Blokir ChatGPT!
  • 5 Fakta Temuan HP Ilegal di Bea Cukai Soetta, Cek Dampak IMEI Ponsel!

Advertisement

Technonesia Ad Banner

  • Peningkatan Frekuensi Jatuh: Jumlah satelit yang jatuh setiap hari diprediksi bisa mencapai puluhan per hari begitu konstelasi penuh (sekitar 30.000 hingga 42.000 satelit LEO) beroperasi penuh. Ini menciptakan siklus pembaruan dan kegagalan yang konstan.
  • Risiko Tabrakan (Kessler Syndrome): Peningkatan kepadatan satelit Starlink meningkatkan risiko tabrakan antarsatelit atau dengan puing-puing lama lainnya. Jika terjadi satu tabrakan besar, akan tercipta ribuan puing baru yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, memicu reaksi berantai yang dikenal sebagai Kessler Syndrome.
  • Bahaya Bagi Pesawat Ruang Angkasa Berawak: Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan misi berawak lainnya beroperasi di LEO. Puing-puing dari satelit yang rontok atau pecah dapat mengancam keselamatan para astronaut.
  • Polusi Cahaya dan Astronomi: Jumlah satelit Starlink yang masif menyebabkan polusi cahaya signifikan. Ratusan jalur cahaya di langit malam mengganggu observasi teleskop berbasis Bumi, sangat merugikan penelitian astronomi.
  • Implikasi Geopolitik: Orbit rendah (LEO) adalah sumber daya global yang terbatas. Dominasi satu perusahaan atau satu negara di LEO melalui konstelasi raksasa seperti Starlink menimbulkan pertanyaan serius mengenai akses, regulasi, dan keamanan ruang angkasa internasional.

Dampak Jangka Panjang dan Solusi Mitigasi

Meskipun sebagian besar satelit yang jatuh akan terbakar habis di atmosfer sebelum mencapai permukaan Bumi, ancaman terbesar bukanlah jatuhnya serpihan besar ke daratan, melainkan terciptanya sampah antariksa baru.

Sampah antariksa atau space debris ini bergerak dengan kecepatan hipersonik. Sebuah serpihan kecil pun memiliki energi kinetik setara dengan ledakan granat, dan ini dapat melumpuhkan satelit komunikasi atau cuaca yang sangat vital bagi kehidupan sehari-hari.

SpaceX telah mengklaim bahwa setiap satelit Starlink dirancang untuk de-orbit secara otomatis dalam waktu lima tahun setelah masa pakainya berakhir. Mereka juga telah melengkapi satelit dengan sistem penghindar tabrakan otonom.

Baca Juga

  • 5 Fakta Menarik Penampakan Supermoon 2025: Kapan dan Cara Melihatnya?
  • 3 Alasan Kuat Indosat Tak Ikut Pendaftaran Internet 100 Mbps

Advertisement

Namun, masalahnya adalah satelit yang mengalami kegagalan daya atau komunikasi tidak akan mampu melakukan de-orbit terkontrol. Satelit Starlink jatuh ke Bumi tanpa kontrol inilah yang paling dikhawatirkan oleh para regulator.

Upaya Mengurangi Dampak Starlink

Komunitas ilmiah dan badan antariksa global mendesak adanya regulasi yang lebih ketat. Beberapa langkah mitigasi yang sedang dibahas dan diimplementasikan meliputi:

  1. Pembersihan Aktif (Active Debris Removal): Mengembangkan teknologi untuk secara aktif menangkap dan menghilangkan puing-puing besar yang sudah ada di orbit.
  2. Desain Ramah De-Orbit: Memastikan bahwa semua satelit baru dirancang dengan mekanisme yang menjamin pembakaran habis di atmosfer dalam jangka waktu yang sangat singkat setelah kegagalan.
  3. Transparansi Data Orbit: SpaceX dan operator megakonstelasi lainnya didorong untuk berbagi data orbit secara *real-time* kepada publik untuk memfasilitasi peringatan tabrakan.

Kepadatan lalu lintas di LEO sudah mencapai titik kritis. Jika tidak ada tindakan pencegahan yang ketat, terutama mengingat laju Ancaman Starlink Elon Musk, kita mungkin akan mencapai kondisi di mana orbit rendah Bumi menjadi tidak dapat digunakan lagi untuk aktivitas luar angkasa.

Baca Juga

  • Bos Besar Bocorkan Data: 5 Alasan Pengguna ChatGPT Indonesia Meningkat Drastis!
  • 7 Fakta Mengejutkan Penghargaan Cincin Emas Instagram: Centang Biru Minggir!

Advertisement

Kepala proyek Starlink, tentu saja, berpegangan pada harapan bahwa inovasi teknologi mereka akan melampaui masalah operasional ini. Mereka terus memperbarui desain satelit untuk mengurangi refleksi cahaya dan meningkatkan keandalan sistem de-orbit.

Meskipun demikian, data yang disajikan oleh para astrofisikawan menunjukkan bahwa kita berada dalam perlombaan. Perlombaan antara laju peluncuran satelit baru dengan laju kegagalan satelit lama. Dan saat ini, laju kegagalan tampaknya semakin mendominasi.

Inilah yang menjadikan isu Satelit Starlink jatuh ke Bumi bukan hanya sekadar berita teknologi, melainkan isu keberlanjutan global yang membutuhkan perhatian dan solusi segera dari seluruh komunitas luar angkasa.

Baca Juga

  • Peringatan Jensen Huang: 3 Bukti Persaingan Teknologi AS-China Kian Mengerikan
  • 5 Fakta Sapi Gama Jenis Baru UGM, Hasil 13 Tahun Penelitian Hebat

Advertisement


Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
  • Instagram : @technonesia_id
  • Facebook : Technonesia ID
  • X (Twitter) : @technonesia_id
  • Whatsapp Channel : Technonesia.ID
  • Google News : TECHNONESIA

Astrofisika Elon Musk LEO Sampah Antariksa starlink
Share. Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Telegram Email Pinterest
Previous Article4 Faktor Utama Bencana Chernobyl: Pelajaran Tragedi Nuklir Paling Penting
Olin Sianturi
  • Website

Olin Sianturi adalah seorang Content Writer di Media TechnoNesia dan GadgetVIVA, berpengalaman dalam menulis artikel informatif dan SEO-friendly. Spesialisasinya mencakup teknologi, gadget, elektronik, game. Dengan gaya penulisan yang menarik dan mudah dipahami, Olin mampu menghadirkan konten berkualitas yang relevan dan bernilai bagi pembaca.

Artikel Terkait

5 Fakta Serangan Hacker Oracle Fatal, Ratusan Perusahaan Terkena Dampak

Olin Sianturi11 Oktober 2025 | 11:08

5 Fakta Skandal Diskon Palsu: Denda E-Commerce Terbesar Triliunan!

Olin Sianturi11 Oktober 2025 | 09:08

5 Fakta Terbaru Masalah Temu di Eropa: Raja Ecommerce China Diperiksa Jerman

Olin Sianturi11 Oktober 2025 | 07:08

5 Fakta Mengejutkan Omar Yaghi, Peraih Nobel Keturunan Pengungsi Palestina

Olin Sianturi11 Oktober 2025 | 03:08

7 Alasan NextDev Telkomsel Tahun Ke-11 Jadi Inkubator Technopreneur AI

Olin Sianturi10 Oktober 2025 | 23:08

5 Fakta Terbaru Registrasi Biometrik Telkomsel: Solusi Keamanan Data Pelanggan

Olin Sianturi9 Oktober 2025 | 21:08
Pilihan Redaksi
Gadget

Waspada! Ini 5 Bahaya Jarang Update Software HP di iPhone & Android

Iphan S30 September 2025 | 20:04

Sering menunda update? Ketahui 5 bahaya jarang update software HP, dari ancaman hacker hingga HP…

Motorola Moto G06 Power Rilis 7 Oktober: Baterai 7000mAh Tahan Hingga 3 Hari!

6 Oktober 2025 | 01:33

5 Pilihan Terbaik Tema iOS Xiaomi HyperOS, Gratis! Tampilan Jadi Mirip iPhone

26 Februari 2025 | 06:29

5 Alasan Mengapa Perbandingan Xiaomi 15T Pro vs 15T Begitu Ketat

6 Oktober 2025 | 05:37

9 Modus Penipuan WhatsApp Terbaru 2025: Waspada Jebakan APK!

8 Oktober 2025 | 03:08
Terbaru

5 Fakta Serangan Hacker Oracle Fatal, Ratusan Perusahaan Terkena Dampak

Olin Sianturi11 Oktober 2025 | 11:08

5 Fakta Skandal Diskon Palsu: Denda E-Commerce Terbesar Triliunan!

Olin Sianturi11 Oktober 2025 | 09:08

5 Fakta Terbaru Masalah Temu di Eropa: Raja Ecommerce China Diperiksa Jerman

Olin Sianturi11 Oktober 2025 | 07:08

5 Fakta Mengejutkan Omar Yaghi, Peraih Nobel Keturunan Pengungsi Palestina

Olin Sianturi11 Oktober 2025 | 03:08

7 Alasan NextDev Telkomsel Tahun Ke-11 Jadi Inkubator Technopreneur AI

Olin Sianturi10 Oktober 2025 | 23:08
technonesia-ads
TechnoNesia.ID Logo
Member Of : Media Publica Logo
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp LinkedIn
© TechnoNesia.ID 2025 | All Rights Reserved

Media Publica Networks :

UpToDai Logo Media Bekasi Logo GadgetDiva Logo Ronde Aktual Logo

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Advertisement