Close Menu
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

7 Slogan Ikonik yang Mendefinisikan Evolusi Slogan MIUI HyperOS Xiaomi

25 November 2025 | 23:38

7 Alasan Review Motorola Edge 70: Ponsel Tipis Bertenaga

25 November 2025 | 21:38

5 Dampak Aturan Media Sosial Australia yang Bikin Kreator Konten Kabur

25 November 2025 | 17:38
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • 7 Slogan Ikonik yang Mendefinisikan Evolusi Slogan MIUI HyperOS Xiaomi
  • 7 Alasan Review Motorola Edge 70: Ponsel Tipis Bertenaga
  • 5 Dampak Aturan Media Sosial Australia yang Bikin Kreator Konten Kabur
  • Galaxy Z Fold7 Mengubah Cara Riset dan Eksekusi Bisnis, Lebih Cepat dan Cerdas
  • 3 Pelajaran Pahit dari Valuasi Startup Byju’s Nol: Nasib CEO Byju Raveendran
  • Kasus Hukum Meta: 4 Fakta Mengejutkan Bukti Zuckerberg Sembunyikan Data Penting
  • 3 Teori Ilmiah Asal Usul Hajar Aswad yang Bikin Peneliti Dunia Penasaran
  • 5 Fakta Penting Pembatasan Media Sosial Anak di Bawah Umur Global
Rabu, November 26
Facebook Instagram YouTube TikTok WhatsApp X (Twitter) LinkedIn
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • OtoTekno
    • Elektronik
    • Gadget
    • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
Beranda » Trending » 7 Tanda Kiamat di Nasi dan Susu: Kontaminasi Bakteri Mengancam Pangan
Trending

7 Tanda Kiamat di Nasi dan Susu: Kontaminasi Bakteri Mengancam Pangan

Olin SianturiOlin Sianturi11 Oktober 2025 | 01:08
Bagikan Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Tumblr Email Telegram Pinterest
Dampak perubahan iklim pangan, Kontaminasi bakteri nasi susu
Bagikan
Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Waspada, dampak perubahan iklim pangan kini terlihat pada nasi dan susu kita. Suhu global naik, risiko kontaminasi bakteri nasi susu mematikan meningkat drastis!

TechnonesiaID - Isu perubahan iklim seringkali terdengar seperti ancaman masa depan yang jauh. Namun, para ahli kini memperingatkan bahwa “tanda kiamat” tersebut sudah hadir di meja makan kita, tepatnya pada makanan pokok yang kita konsumsi sehari-hari: nasi dan susu.

Kenaikan suhu global bukan hanya menyebabkan banjir atau kekeringan, tapi juga secara langsung merusak rantai pasokan dan keamanan pangan. Makanan yang seharusnya menjadi sumber nutrisi kini berpotensi menjadi pembawa penyakit mematikan.

Baca Juga

  • Populasinya Menurun 70%! Pika Amerika Pegunungan Rocky Hadapi Kepunahan
  • 4 Masalah Besar Kebijakan Penebusan Ijazah KDM yang Diprotes DPRD

Advertisement

Bagaimana perubahan iklim yang terjadi di atmosfer bisa mempengaruhi sepiring nasi atau segelas susu? Dan apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri dan keluarga dari ancaman serius ini?

Memahami Ancaman “Tanda Kiamat” pada Pangan Kita

Istilah “tanda kiamat” yang digunakan dalam konteks ini mengacu pada kerentanan sistemik yang diciptakan oleh krisis iklim. Ketika suhu bumi terus memanas, lingkungan menjadi sangat ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme berbahaya, terutama bakteri dan jamur.

Makanan pokok dan produk susu, yang memiliki kandungan air tinggi dan nutrisi, menjadi target utama. Kontaminasi yang terjadi tidak hanya merusak kualitas makanan, tetapi juga mengancam kesehatan publik secara masif, mulai dari keracunan ringan hingga kasus fatal.

Baca Juga

  • 4 Alasan Gamer Indonesia Juarai Kompetisi Minecraft MrBeast
  • Studi Harvard: Indonesia Nomor 1 Dunia Kalahkan AS! Ini 7 Faktor Utamanya

Advertisement

Ancaman ini bukan lagi teori. Sebuah studi kasus dari India menunjukkan bagaimana Sumitra Sutar, seorang wanita tua dari Maharashtra, menjadi korban dari ancaman yang muncul dari nasi sisa. Kondisi ini menyoroti bahwa kebiasaan menyimpan dan mengonsumsi makanan sisa yang dulu aman, kini menjadi jauh lebih berisiko.

Dampak Perubahan Iklim Pangan: Mengapa Nasi dan Susu Jadi Korban Utama?

Kita perlu memahami secara mendalam dampak perubahan iklim pangan. Mekanisme utamanya sederhana: panas adalah katalisator pertumbuhan mikroba. Ketika suhu lingkungan meningkat, “zona bahaya” suhu (antara 4°C hingga 60°C) menjadi lebih mudah tercapai dan dipertahankan dalam waktu yang lama.

Di wilayah tropis seperti Indonesia, kenaikan suhu global memperburuk kondisi ini. Makanan yang dimasak dan dibiarkan di suhu ruangan akan lebih cepat membusuk dan terkontaminasi.

Baca Juga

  • 3 Fakta Gunung Berapi Penghasil Emas: Muntahkan 80 Gram Emas per Hari
  • Bocoran Trailer Elden Ring Nightreign: 5 Hal Baru DLC The Forsaken Hollows

Advertisement

Ancaman Bacillus Cereus pada Nasi Sisa

Nasi, terutama nasi sisa yang didinginkan, sangat rentan terhadap spora bakteri bernama Bacillus Cereus. Bakteri ini tidak mati hanya dengan proses memasak biasa.

Ketika nasi dimasak, spora bakteri bisa bertahan hidup. Jika nasi dibiarkan mendingin perlahan di suhu kamar, spora tersebut akan berubah menjadi sel bakteri aktif dan mulai memproduksi racun. Gejala keracunan Bacillus Cereus termasuk mual, muntah, dan diare parah.

Kisah Sumitra Sutar, yang biasa mengonsumsi nasi dan kari lentil sisa, adalah contoh nyata. Lingkungan yang lebih panas membuat waktu aman penyimpanan nasi sisa menjadi sangat singkat, meningkatkan risiko ia terpapar racun dari Bacillus Cereus.

Baca Juga

  • 5 Strategi Jitu Bikin Anak Muda Melek Investasi Syariah 2024
  • BMKG Beri 5 Peringatan Utama Puncak Musim Hujan Indonesia, Waspada Bencana!

Advertisement

Bahaya Kontaminasi Bakteri Nasi Susu yang Tak Terlihat

Produk susu juga berada dalam risiko yang sama besarnya, bahkan mungkin lebih kompleks. Kontaminasi bakteri nasi susu pada produk hewani sering dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat hewan dibesarkan.

Pemanasan global menyebabkan stres panas pada hewan ternak, seperti sapi. Stres ini melemahkan sistem imun mereka, membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi seperti mastitis. Jika tidak dikelola dengan baik, bakteri berbahaya seperti E. coli atau Salmonella dapat masuk ke dalam pasokan susu.

Selain bakteri, masalah lain yang meningkat adalah jamur. Kelembapan dan suhu tinggi sangat kondusif untuk pertumbuhan jamur pada pakan ternak. Jamur ini dapat menghasilkan racun berbahaya yang disebut Aflatoksin.

Baca Juga

  • Menguak Misteri 4 Fakta Fenomena Gunung Baru Grobogan
  • BMKG Umumkan 4 Fakta Puncak Musim Hujan Indonesia 2026

Advertisement

Aflatoksin ini kemudian berpindah ke susu yang diproduksi sapi. Aflatoksin adalah zat karsinogenik yang sangat berbahaya bagi hati manusia, dan ini menjadi ancaman serius bagi jutaan anak-anak yang mengonsumsi produk susu setiap hari.

Mengapa Kita Harus Khawatir dengan Keamanan Pangan Kita?

Isu ini melampaui keracunan makanan biasa. Dampak perubahan iklim pangan menciptakan tantangan besar bagi sistem kesehatan global:

  • Peningkatan Penyakit Zoonosis: Perubahan iklim mengubah pola migrasi hewan pembawa penyakit, meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.
  • Resistensi Antibiotik: Ketika hewan ternak stres karena panas dan sering sakit, penggunaan antibiotik meningkat, yang pada akhirnya mempercepat laju resistensi antibiotik pada manusia.
  • Kerugian Ekonomi: Kerusakan pada hasil panen dan produk susu akibat kontaminasi menyebabkan kerugian finansial besar bagi petani dan industri pangan.

Inilah alasan mengapa krisis iklim adalah krisis kesehatan dan keamanan pangan. Kita tidak bisa lagi menganggap enteng kebiasaan penyimpanan dan pengolahan makanan.

Baca Juga

  • 5 Fakta Ningen, Makhluk Misterius Antartika yang Hebohkan Dunia
  • 7 Hal Penting Pendaftaran Program Magang Nasional Batch 2 Kemenaker

Advertisement

7 Strategi Wajib Lindungi Keluarga dari Krisis Pangan Modern

Meskipun ancaman ini bersifat global, ada langkah-langkah konkret yang bisa kita ambil di dapur kita sendiri untuk mengurangi risiko kontaminasi bakteri nasi susu dan makanan pokok lainnya. Berikut adalah 7 tips praktis berbasis keamanan pangan:

  • 1. Jangan Biarkan Makanan di Suhu Ruangan: Prinsip utama. Makanan matang (termasuk nasi) tidak boleh dibiarkan di luar kulkas lebih dari dua jam, atau hanya satu jam jika suhu lingkungan sangat panas (di atas 32°C). Ini adalah pertahanan utama melawan Bacillus Cereus.
  • 2. Segera Dinginkan Nasi: Jika Anda harus menyimpan nasi sisa, segera dinginkan dalam wadah dangkal yang tertutup rapat. Membiarkannya mendingin perlahan dalam panci besar justru menciptakan lingkungan ideal bagi spora untuk berevolusi.
  • 3. Panaskan Ulang Sampai Mendidih: Saat memanaskan ulang makanan sisa, pastikan makanan tersebut mencapai suhu internal minimal 75°C. Ini efektif membunuh bakteri aktif.
  • 4. Perhatikan Asal Susu dan Produk Segar: Jika membeli susu mentah, pastikan sumbernya tepercaya atau selalu pastikan susu telah melalui proses pasteurisasi yang benar untuk menghilangkan bakteri seperti E. coli atau Aflatoksin.
  • 5. Praktikkan Kebersihan Silang (Cross-Contamination): Selalu pisahkan makanan mentah (daging, unggas) dari makanan matang, baik saat berbelanja, menyimpan, maupun mengolah. Ini mencegah penyebaran bakteri antar makanan.
  • 6. Simpan di Suhu Tepat: Pastikan kulkas Anda bekerja pada suhu yang benar, yaitu di bawah 4°C. Suhu rendah memperlambat pertumbuhan bakteri secara signifikan.
  • 7. Buang Makanan yang Diragukan: Jika ada keraguan sedikit pun tentang bau, tekstur, atau durasi penyimpanan makanan, lebih baik buanglah. Kesehatan jauh lebih berharga daripada sisa makanan.

Kesimpulan

Ancaman dari dampak perubahan iklim pangan adalah nyata dan berdampak langsung pada kualitas hidup kita. Nasi dan susu, sebagai makanan pokok, menjadi barometer kerentanan sistem pangan global.

Meningkatnya risiko kontaminasi bakteri nasi susu menuntut kita untuk lebih cerdas dan disiplin dalam pengelolaan makanan di rumah. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana suhu memengaruhi makanan, kita dapat mengambil langkah proaktif untuk melindungi kesehatan keluarga kita di tengah krisis iklim yang semakin intensif ini.

Baca Juga

  • 5 Fakta Mengejutkan Fenomena Kumpul Kebo: Wilayah Ini Paling Banyak di RI
  • 7 Fakta Batu Amber Terbesar Rp17 Miliar: Ditemukan Jadi Ganjal Pintu

Advertisement

Tanggung jawab ini bukan hanya pada pemerintah atau industri, tetapi dimulai dari dapur kita sendiri.


Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
  • Instagram : @technonesia_id
  • Facebook : Technonesia ID
  • X (Twitter) : @technonesia_id
  • Whatsapp Channel : Technonesia.ID
  • Google News : TECHNONESIA
Keamanan pangan Kontaminasi makanan Krisis pangan Pemanasan Global Perubahan Iklim
Share. Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Telegram Email Pinterest
Previous Article7 Alasan NextDev Telkomsel Tahun Ke-11 Jadi Inkubator Technopreneur AI
Next Article 5 Fakta Mengejutkan Omar Yaghi, Peraih Nobel Keturunan Pengungsi Palestina
Olin Sianturi
  • Website

Olin Sianturi adalah seorang Content Writer di Media TechnoNesia dan GadgetVIVA, berpengalaman dalam menulis artikel informatif dan SEO-friendly. Spesialisasinya mencakup teknologi, gadget, elektronik, game. Dengan gaya penulisan yang menarik dan mudah dipahami, Olin mampu menghadirkan konten berkualitas yang relevan dan bernilai bagi pembaca.

Artikel Terkait

Populasinya Menurun 70%! Pika Amerika Pegunungan Rocky Hadapi Kepunahan

Olin Sianturi24 November 2025 | 07:38

4 Masalah Besar Kebijakan Penebusan Ijazah KDM yang Diprotes DPRD

Olin Sianturi22 November 2025 | 03:39

4 Alasan Gamer Indonesia Juarai Kompetisi Minecraft MrBeast

Olin Sianturi21 November 2025 | 13:38

Studi Harvard: Indonesia Nomor 1 Dunia Kalahkan AS! Ini 7 Faktor Utamanya

Olin Sianturi17 November 2025 | 01:38

3 Fakta Gunung Berapi Penghasil Emas: Muntahkan 80 Gram Emas per Hari

Olin Sianturi16 November 2025 | 23:38

Bocoran Trailer Elden Ring Nightreign: 5 Hal Baru DLC The Forsaken Hollows

Olin Sianturi13 November 2025 | 21:38
Pilihan Redaksi
Trending

4 Fakta Menarik The Blackman Family Sebelum Berpisah, Keluarga Viral yang Bikin Heboh!

Olin Sianturi25 Februari 2025 | 07:50

Mengungkap 4 fakta menarik The Blackman Family tentang perjalanan mereka sebagai keluarga viral. Simak selengkapnya…

Jepang vs OpenAI: 3 Kontroversi Sora 2 Ancam Perlindungan Hak Cipta Anime

16 Oktober 2025 | 08:08

Samsung Galaxy Z Flip7 dan Gemini AI: Kombinasi Cerdas yang Bikin Bisnismu Makin Melonjak

20 November 2025 | 07:00

OPPO Reno 15 Resmi Meluncur di Indonesia: Cek Keunggulan dan Spesifikasinya

21 November 2025 | 21:16

5 Alasan Realme GT 8 Pro Jadi Flagship Killer Terbaik Tahun Ini

24 November 2025 | 05:38
Terbaru

Populasinya Menurun 70%! Pika Amerika Pegunungan Rocky Hadapi Kepunahan

Olin Sianturi24 November 2025 | 07:38

4 Masalah Besar Kebijakan Penebusan Ijazah KDM yang Diprotes DPRD

Olin Sianturi22 November 2025 | 03:39

4 Alasan Gamer Indonesia Juarai Kompetisi Minecraft MrBeast

Olin Sianturi21 November 2025 | 13:38

Studi Harvard: Indonesia Nomor 1 Dunia Kalahkan AS! Ini 7 Faktor Utamanya

Olin Sianturi17 November 2025 | 01:38

3 Fakta Gunung Berapi Penghasil Emas: Muntahkan 80 Gram Emas per Hari

Olin Sianturi16 November 2025 | 23:38
technonesia-ads
TechnoNesia.ID
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp LinkedIn
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
© TechnoNesia.ID 2025 | All Rights Reserved

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.