Setelah diblokir di RI, Masalah Temu di Eropa kian panas. Raja Ecommerce China ini diselidiki Jerman terkait harga tak wajar. Simak 5 poin penting kasus ini!
TechnonesiaID - Kabar kurang menyenangkan kembali datang dari Temu, raksasa e-commerce asal China. Setelah sempat menutup operasinya di Indonesia, perusahaan yang terkenal dengan harga super murah ini kini harus menghadapi tantangan serius di pasar benua biru.
Pihak berwenang Eropa, khususnya Jerman, sedang melakukan penyelidikan mendalam terkait praktik bisnis Temu. Penyelidikan ini berfokus pada dua isu krusial: perlakuan terhadap para pedagang dan penetapan harga yang diduga tidak wajar.
Baca Juga
Advertisement
Situasi ini menarik perhatian global, mengingat Temu telah menjadi fenomena besar yang berhasil menarik lebih dari 100 juta pengguna di pasar Eropa setiap bulannya. Lantas, mengapa Raja Ecommerce China ini terus menuai kontroversi?
Mengapa Raja Ecommerce China Ini Terus Dihadang?
Temu, yang merupakan bagian dari PDD Holdings—perusahaan induk yang sama dengan Pinduoduo—memasuki pasar global dengan strategi ‘harga yang tak terkalahkan’. Strategi ini membuatnya cepat populer, namun juga memicu kekhawatiran dari regulator dan kompetitor lokal.
Model bisnis Temu melibatkan pengiriman produk langsung dari pabrikan China ke konsumen di seluruh dunia. Walaupun efisien, model ini sering kali dipertanyakan mengenai dampaknya terhadap persaingan usaha yang adil.
Baca Juga
Advertisement
Bagi regulator, fokus utama adalah memastikan bahwa strategi penetapan harga global tidak digunakan untuk menghancurkan pasar lokal. Jika praktik ini terbukti, hal tersebut bisa dikategorikan sebagai praktik anti-persaingan.
Kilas Balik: Temu Sempat Gagal Total di Indonesia
Sebelum menghadapi tantangan hukum di Eropa, Temu telah lebih dulu memutuskan untuk mundur dari pasar Indonesia. Meskipun penetrasi pasar di Indonesia adalah target yang menggiurkan, Temu hanya bertahan sebentar.
Temu memulai operasinya di Indonesia pada akhir tahun 2023. Namun, pada Juli 2024, operasionalnya resmi dihentikan. Hal ini terjadi setelah perusahaan tersebut menerima tekanan besar dari berbagai pihak, termasuk asosiasi UMKM lokal.
Baca Juga
Advertisement
Alasan utamanya adalah kekhawatiran bahwa Temu, dengan model bisnisnya yang menjual langsung dari produsen ke konsumen, dapat mengancam keberlangsungan usaha mikro dan kecil (UMKM) di Indonesia. Tekanan ini menunjukkan sensitivitas pasar lokal terhadap invasi e-commerce global yang sangat agresif.
Panasnya Penyelidikan Kartel Jerman Terkait Masalah Temu di Eropa
Penyelidikan terbaru yang dilakukan oleh kantor kartel federal Jerman (Bundeskartellamt) menunjukkan betapa seriusnya pandangan Eropa terhadap operasional Temu. Presiden Bundeskartellamt, Andreas Mundt, menggarisbawahi pentingnya melindungi kondisi persaingan pasar.
Mundt menyatakan bahwa dengan basis pengguna lebih dari 100 juta di Eropa, Temu memiliki pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu, semua dugaan mengenai praktik bisnis yang merugikan harus diselidiki tuntas.
Baca Juga
Advertisement
Penyelidikan ini bertujuan mencari bukti apakah Temu menggunakan posisi dominannya untuk mendikte pasar. Jika terbukti melanggar undang-undang persaingan, sanksi besar bisa menanti platform belanja digital tersebut.
3 Tuduhan Utama yang Dihadapi Temu di Eropa
Ada beberapa poin utama yang menjadi fokus penyelidikan terkait Masalah Temu di Eropa. Tuduhan ini berkaitan erat dengan cara Temu berinteraksi dengan penjual dan bagaimana mereka menyajikan harga kepada konsumen.
Berikut adalah tiga tuduhan utama yang sedang diperiksa oleh otoritas Jerman:
Baca Juga
Advertisement
- Penetapan Harga yang Tidak Wajar: Temu diduga menetapkan harga minimum atau harga yang sangat rendah secara tidak wajar di pasar Jerman. Hal ini dapat memaksa pedagang lain untuk mengikuti harga yang merugikan, atau bahkan membuat mereka keluar dari pasar.
- Perlakuan Buruk terhadap Pedagang: Terdapat dugaan bahwa Temu menerapkan syarat dan ketentuan yang memberatkan atau tidak adil bagi para pedagang yang menggunakan platform mereka untuk menjual produk.
- Ancaman Persaingan Usaha: Jika Temu secara sistematis menawarkan harga di bawah biaya produksi (predatory pricing), ini dapat menimbulkan ancaman serius terhadap persaingan usaha yang sehat dan jangka panjang.
Bagi otoritas Eropa, menjaga keragaman dan kesehatan ekosistem bisnis adalah prioritas. Praktik yang dapat memonopoli pasar dengan harga yang terlalu agresif harus dihindari.
Ancaman Bagi Persaingan Usaha dan Kenaikan Harga Jangka Panjang
Meskipun konsumen mungkin senang dengan harga yang sangat murah yang ditawarkan oleh Temu, regulator melihat potensi bahaya yang lebih besar di masa depan. Praktik penetapan harga yang agresif dapat membawa dampak ganda yang merugikan.
Dalam jangka pendek, harga memang turun. Namun, jika semua pesaing lokal tersingkir karena tidak mampu bersaing, Temu bisa mendapatkan kekuatan pasar yang luar biasa. Ketika ini terjadi, tidak ada lagi yang bisa menekan harga.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Andreas Mundt, jika dugaan ini benar, dampaknya bisa berupa kenaikan harga pada kanal belanja lain. “Ini dapat mengakibatkan berkurangnya pilihan bagi konsumen dan akhirnya kenaikan harga di masa depan,” ujarnya, menekankan kekhawatiran regulator.
Oleh karena itu, penyelidikan terhadap Raja Ecommerce China ini bukan sekadar urusan administratif, melainkan upaya melindungi struktur pasar ekonomi Eropa dari dominasi tunggal.
Strategi Bisnis Global Temu yang Berisiko Tinggi
Model bisnis Temu didasarkan pada skala dan efisiensi rantai pasok. Mereka berinvestasi besar-besaran dalam pemasaran dan logistik untuk menjamin harga yang sangat kompetitif.
Baca Juga
Advertisement
Namun, risiko yang melekat pada model ini adalah potensi konflik dengan regulasi anti-monopoli di berbagai negara. Strategi “masuk dengan harga termurah” sangat efektif untuk akuisisi pengguna, tetapi sering kali dianggap tidak berkelanjutan atau tidak adil dalam jangka panjang.
Perusahaan e-commerce lainnya, termasuk Amazon, juga pernah menghadapi tantangan serupa di Eropa terkait dugaan penyalahgunaan data pedagang dan praktik persaingan yang tidak adil. Ini menunjukkan bahwa regulasi Eropa semakin ketat terhadap platform digital raksasa.
Penyelesaian dari kasus Masalah Temu di Eropa ini akan menjadi tolok ukur penting bagi bagaimana perusahaan digital Asia dapat beroperasi di pasar Barat yang sangat diatur.
Baca Juga
Advertisement
Kesimpulan
Dari blokade di Indonesia hingga penyelidikan kartel di Jerman, Temu terus berada di bawah pengawasan ketat. Perjuangan Raja Ecommerce China ini menyoroti perdebatan global mengenai bagaimana perusahaan digital raksasa harus diatur.
Bagi konsumen, ini adalah pengingat bahwa harga murah hari ini mungkin memiliki konsekuensi besar terhadap persaingan pasar di masa depan. Bagi Temu, tantangan di Eropa menuntut adaptasi serius terhadap standar persaingan yang lebih ketat.
Kita tunggu saja bagaimana hasil penyelidikan Bundeskartellamt akan memengaruhi nasib Temu di salah satu pasar konsumen terbesar di dunia ini.
Baca Juga
Advertisement
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA