Mengejutkan! Studi Harvard Indonesia Nomor 1 dalam Global Flourishing Study, melampaui AS dan Jepang. Simak 7 pilar kesejahteraan psikologis yang membuat RI unggul.
TechnonesiaID - Kabar gembira datang dari panggung global, menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya unggul dalam ekonomi digital, tetapi juga dalam aspek yang jauh lebih mendasar: kesejahteraan psikologis dan kualitas hidup.
Sebuah riset prestisius yang digagas oleh para peneliti di Universitas Harvard, bertajuk Global Flourishing Study, menempatkan Indonesia pada peringkat teratas di antara 22 negara yang disurvei. Indonesia dinilai memiliki tingkat flourishing atau perkembangan diri tertinggi di dunia.
Baca Juga
Advertisement
Posisi ini berhasil mengalahkan negara-negara maju yang selama ini dianggap sebagai kiblat kemakmuran, seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Tentu, hasil dari
Studi Harvard Indonesia Nomor 1 ini menimbulkan pertanyaan besar: faktor apa yang membuat kita unggul?
Mengapa Global Flourishing Study Begitu Penting?
Riset yang dimuat dalam jurnal ilmiah bergengsi, Nature Mental Health, ini bukanlah survei kebahagiaan biasa. Studi ini melibatkan lebih dari 203.000 responden di 22 negara, menjadikannya salah satu penelitian longitudinal terbesar mengenai kualitas hidup.
Baca Juga
Advertisement
Konsep ‘flourishing’ yang digunakan oleh Harvard jauh lebih dalam daripada sekadar ‘merasa bahagia’. Istilah ini mencakup dimensi kesejahteraan psikologis yang holistik, menilai seberapa baik seseorang menjalani hidupnya dalam berbagai aspek kritis.
Penelitian ini dilakukan oleh Human Flourishing Program di Harvard University, yang bertujuan untuk mengukur faktor-faktor yang benar-benar membuat hidup menjadi layak dijalani, bukan hanya soal pendapatan per kapita.
Dalam konteks Studi Harvard Indonesia Nomor 1, keunggulan Indonesia menunjukkan bahwa kekayaan materiil tidak selalu berkorelasi langsung dengan rasa damai, makna hidup, atau kualitas hubungan sosial.
Baca Juga
Advertisement
Tujuh Pilar Kesejahteraan Psikologis: Kunci Keunggulan RI
Para peneliti Harvard menggunakan tujuh domain utama sebagai pilar untuk mengukur tingkat flourishing. Indonesia berhasil mencetak skor tinggi di hampir semua domain, menunjukkan keseimbangan hidup yang unik.
Berikut adalah 7 pilar utama yang dinilai dalam Global Flourishing Study dan bagaimana faktor-faktor ini relevan dengan masyarakat Indonesia:
- Kesehatan (Fisik dan Mental): Ini mencakup kesehatan fisik yang baik dan kondisi mental yang stabil. Tingkat kepuasan masyarakat Indonesia terhadap kesehatan sering kali dipengaruhi oleh dukungan komunal.
- Kebahagiaan dan Kepuasan Hidup: Meskipun tantangan ekonomi masih ada, tingkat kepuasan umum masyarakat Indonesia terhadap hidup mereka secara keseluruhan cenderung tinggi. Hal ini sering dikaitkan dengan pandangan hidup yang optimistis.
- Makna dan Tujuan Hidup: Banyak responden di Indonesia melaporkan memiliki rasa tujuan hidup yang kuat, seringkali berakar pada nilai-nilai agama, keluarga, dan kontribusi terhadap komunitas.
- Karakter dan Kebajikan (Moralitas): Pilar ini menilai seberapa jauh seseorang mengembangkan karakter moral yang baik, seperti kejujuran, kebaikan, dan pengampunan. Nilai-nilai ketimuran dan budaya gotong royong sangat berperan di sini.
- Hubungan Sosial yang Kuat: Ini adalah salah satu kekuatan terbesar Indonesia. Ikatan keluarga, persahabatan, dan komunitas yang erat menjadi fondasi utama dukungan emosional dan sosial, mengurangi risiko isolasi.
- Keamanan Finansial: Meskipun bukan negara terkaya, persepsi keamanan finansial di Indonesia seringkali didukung oleh sistem dukungan sosial informal yang kuat, di mana keluarga besar atau komunitas saling membantu dalam kesulitan.
- Spiritualitas: Kehidupan spiritual atau religius yang kuat diyakini menjadi jangkar bagi banyak masyarakat Indonesia. Pilar ini memberikan kerangka untuk mengatasi kesulitan dan menemukan kedamaian batin.
Dampak Hubungan Sosial yang Erat pada Global Flourishing Study
Salah satu pembeda utama yang terlihat dalam Studi Harvard Indonesia Nomor 1 adalah kualitas hubungan sosial. Para peneliti menemukan bahwa di negara-negara Barat yang maju, tingkat isolasi sosial dan kesepian (loneliness) meningkat drastis seiring dengan kemajuan teknologi dan individualisme.
Baca Juga
Advertisement
Sebaliknya, struktur sosial di Indonesia, yang sangat menekankan kolektivitas dan gotong royong, memberikan jaring pengaman psikologis yang superior. Kehadiran komunitas dan keluarga besar berfungsi sebagai buffer terhadap tekanan modernitas.
Penekanan pada aspek moral dan spiritual juga memberikan fondasi psikologis yang kuat. Ketika individu merasa hidup mereka memiliki makna yang lebih besar (pilar 3), mereka cenderung lebih tangguh menghadapi kesulitan ekonomi atau personal.
Kontras Global: Mengapa AS dan Jepang Kalah Jauh?
Hasil dari Global Flourishing Study ini menjadi pukulan telak bagi negara-negara maju. Amerika Serikat, meskipun unggul dalam ekonomi dan inovasi, seringkali menderita akibat kesenjangan sosial yang parah, tingkat stres yang tinggi, dan isolasi sosial.
Baca Juga
Advertisement
Di negara-negara yang sangat maju dan berorientasi pada kinerja, seperti Jepang, tekanan untuk mencapai kesuksesan finansial yang tinggi sering kali mengorbankan pilar-pilar penting lainnya, seperti kesehatan mental dan hubungan sosial yang intim.
Data menunjukkan bahwa fokus yang berlebihan pada kekayaan materiil (pilar 6) tanpa didukung oleh pilar 5 (hubungan sosial) dan pilar 3 (makna hidup) justru menciptakan ketidakseimbangan yang merusak kesejahteraan psikologis secara keseluruhan.
Indonesia, dalam hal ini, menunjukkan bahwa keseimbangan antara pilar materiil dan non-materiil adalah kunci utama untuk mencapai flourishing. Kita mungkin belum menjadi negara terdepan dalam PDB, namun kita adalah negara terdepan dalam hal menjalani hidup dengan penuh makna dan dukungan.
Baca Juga
Advertisement
Langkah Ke Depan: Mempertahankan Keunggulan Ini
Pengakuan dari Harvard ini harus menjadi dorongan bagi Indonesia untuk tidak hanya bangga, tetapi juga untuk menjaga nilai-nilai budaya yang telah terbukti menopang kesejahteraan psikologis.
Pemerintah dan masyarakat perlu memastikan bahwa dalam upaya mengejar modernisasi dan pertumbuhan ekonomi, kita tidak mengorbankan fondasi sosial dan spiritual yang telah menempatkan kita di posisi nomor 1 dunia.
Mempertahankan kualitas hubungan sosial, memperkuat nilai-nilai keluarga, dan menyediakan ruang aman bagi perkembangan spiritualitas adalah investasi jangka panjang yang terbukti jauh lebih berharga daripada sekadar pembangunan infrastruktur fisik.
Baca Juga
Advertisement
Secara keseluruhan, temuan dari Global Flourishing Study oleh Harvard ini memberikan validasi ilmiah terhadap apa yang mungkin sudah kita rasakan: bahwa kekayaan sejati sebuah bangsa tidak diukur dari gedung pencakar langitnya, tetapi dari kedalaman hubungan, makna hidup, dan kesejahteraan psikologis warganya.
Indonesia telah membuktikan kepada dunia bahwa kita adalah negara yang paling ‘berkembang’ secara holistik. Ini adalah gelar yang patut kita jaga dengan sungguh-sungguh.
Baca Juga
Advertisement
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA