Alasan Gen Z susah dapat kerja? Temukan 5 tantangan cari kerja Gen Z di era digital, dari persaingan ketat hingga peran AI dalam rekrutmen.
TechnonesiaID - Kirim ratusan lamaran kerja, namun tak satu pun panggilan wawancara yang datang. Notifikasi email yang masuk hanya penolakan otomatis atau, lebih buruk lagi, hening tanpa kabar. Jika skenario ini terasa akrab, Anda tidak sendirian. Inilah realitas pahit yang dihadapi banyak Gen Z saat ini.
Banyak yang menyebutnya sebagai siklus ‘neraka’ pencarian kerja: mudah untuk melamar, tetapi luar biasa sulit untuk diterima. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi menjadi krisis global yang menghantui para lulusan baru dan profesional muda.
Baca Juga
Advertisement
Membedah Akar Masalah: Kenapa Pasar Kerja Begitu Sulit?
Penyebabnya sangat kompleks dan berlapis. Kita tidak bisa hanya menyalahkan satu faktor. Kombinasi dari ketidakpastian ekonomi global, gelombang PHK di sektor teknologi, hingga disrupsi kecerdasan buatan (AI) menciptakan sebuah “badai sempurna” di pasar tenaga kerja.
Perusahaan menjadi lebih berhati-hati dalam merekrut, sementara jumlah pencari kerja terus membludak. Hasilnya? Sebuah kompetisi yang sangat ketat di mana CV terbaik pun bisa dengan mudah tenggelam. Mari kita bedah lebih dalam apa saja penyebab susah dapat kerja yang paling relevan bagi Gen Z.
Terungkap! 5 Tantangan Cari Kerja Gen Z di Era Digital
Memahami tantangan adalah langkah pertama untuk mengatasinya. Berikut adalah lima rintangan utama yang sering kali tidak disadari oleh para pencari kerja muda.
Baca Juga
Advertisement

1. Paradoks ‘Easy Apply’ dan Banjir Lamaran
Fitur “Lamar dengan Mudah” atau “Easy Apply” di platform seperti LinkedIn dan Jobstreet memang praktis. Namun, kemudahan ini menjadi pedang bermata dua. Satu posisi entry-level di perusahaan ternama kini bisa menerima ribuan lamaran hanya dalam hitungan hari.
Akibatnya, perekrut (HRD) kewalahan dan tidak mungkin meninjau setiap CV secara manual. Di sinilah banyak lamaran berkualitas hilang di tengah keramaian, bahkan sebelum sempat dilihat oleh mata manusia. Ini adalah salah satu tantangan cari kerja Gen Z yang paling fundamental.
2. Tembok Bernama AI dan Applicant Tracking System (ATS)
Untuk mengatasi banjir lamaran, banyak perusahaan mengandalkan Applicant Tracking System (ATS). Ini adalah perangkat lunak yang memindai dan menyaring CV berdasarkan kata kunci (keywords) yang relevan dengan deskripsi pekerjaan.
Baca Juga
Advertisement
Jika CV Anda tidak menggunakan kata kunci yang tepat atau formatnya tidak ramah ATS, lamaran Anda akan otomatis ditolak oleh robot bahkan sebelum sampai ke meja HRD. AI kini bertindak sebagai ‘penjaga gerbang’ pertama, dan banyak Gen Z yang belum sadar cara menaklukkannya.
- Contoh Kasus: Lowongan mencari “Digital Marketing Specialist” dengan keyword “SEO” dan “SEM”. Jika CV Anda hanya menulis “Ahli Pemasaran Online” tanpa menyebutkan “SEO” secara eksplisit, kemungkinan besar akan tersingkir.