Ingat teknologi Sidik Jari dalam layar LCD di Redmi Note 8 Pro? Pelajari 5 alasan utama mengapa inovasi ini gagal dikembangkan dan nasib masa depan teknologi ini.
TechnonesiaID - Pada akhir tahun 2019 hingga 2020, dunia teknologi digemparkan oleh sebuah inovasi yang sangat menarik, terutama bagi segmen ponsel kelas menengah. Saat itu, panel layar OLED masih dianggap sebagai kemewahan yang mahal, dan mayoritas ponsel mid-range masih mengandalkan layar LCD.
Maka dari itu, ide untuk menempatkan pemindai sidik jari langsung di bawah layar LCD menjadi konsep revolusioner. Xiaomi melalui sub-brand Redmi menjadi pionir dengan meluncurkan ide tersebut pada salah satu ponsel terpopulernya: Redmi Note 8 Pro.
Baca Juga
Advertisement
Solusi Sidik Jari dalam layar LCD pada Redmi Note 8 Pro ini dimungkinkan berkat teknologi dari produsen layar Tiongkok, Tianma. Namun, inovasi ini sayangnya tidak pernah berhasil diadopsi secara luas. Mengapa teknologi menjanjikan ini seolah menghilang ditelan bumi? Mari kita bahas lebih lanjut.
Mengingat Kembali Inovasi Sidik Jari LCD Redmi Note 8 Pro
Ketika pertama kali diperkenalkan, teknologi sidik jari dalam layar (In-Display Fingerprint, IDFP) adalah fitur premium yang hanya tersedia pada ponsel yang menggunakan panel OLED. Hal ini karena sifat panel OLED yang dapat menghasilkan cahaya sendiri (self-illuminating) dan tidak memerlukan unit backlight yang tebal, memungkinkan sensor optik dapat “melihat” melalui layar.
Redmi Note 8 Pro membalikkan anggapan tersebut. Dengan menggunakan panel LCD, ponsel ini berhasil menawarkan pengalaman IDFP, menjanjikan bahwa fitur premium dapat hadir di ponsel yang lebih terjangkau.
Baca Juga
Advertisement
Tujuan utama dari pengembangan ini sangat jelas: memberikan fitur premium tanpa harus menaikkan harga jual ponsel secara signifikan. Jika sukses, teknologi ini akan menjadi jembatan penting sebelum panel OLED menjadi lebih terjangkau.
Perbedaan Mendasar: Mengapa LCD Lebih Sulit?
Kunci kegagalan adopsi teknologi ini terletak pada struktur dasar layar LCD itu sendiri. Berbeda total dengan OLED, layar LCD memerlukan unit backlight (lampu latar) yang kompleks.
Unit backlight ini terdiri dari berbagai lapisan optik, termasuk filter polarisasi, lapisan difusi, dan tentu saja, sumber cahaya (LED). Seluruh tumpukan optik (optical stack) ini sangat tebal dan padat.
Baca Juga
Advertisement
Dalam konfigurasi standar, tumpukan optik ini akan menghalangi sensor sidik jari optik untuk menangkap pantulan cahaya dari ujung jari pengguna. Tianma berhasil mengembangkan solusi yang secara efektif mengurangi ketebalan tumpukan optik, memungkinkan cahaya melewati komponen-komponen tertentu untuk mencapai sensor di bawahnya. Namun, proses ini membawa serangkaian tantangan teknis yang masif.
5 Alasan Utama Teknologi Sidik Jari LCD Gagal Berkembang
Meskipun upaya yang dilakukan sangat inovatif, beberapa faktor krusial membuat Teknologi Sidik Jari LCD gagal dipertahankan dan diadopsi oleh produsen lain.
- Kompleksitas Optik dan Tantangan Backlight
- Kecepatan dan Akurasi Sensor yang Terbatas
- Biaya Produksi yang Tidak Sesuai Harapan
- Transisi Pasar yang Cepat ke Panel OLED
- Keterbatasan Pabrikan dan Skalabilitas
Untuk membuat pemindai sidik jari bekerja di bawah LCD, lapisan lampu latar harus dimodifikasi secara radikal. Hal ini bukan sekadar menghilangkan sebagian lampu, tetapi mendesain ulang jalur optik. Modifikasi ini seringkali mengorbankan kualitas visual layar LCD itu sendiri, atau setidaknya membuat proses manufaktur panel menjadi sangat sulit dan rawan cacat (yield rate rendah).
Baca Juga
Advertisement
Meskipun teknologi ini bekerja, performanya tidak secepat dan seakurat pemindai sidik jari optik yang digunakan di layar OLED. Proses pembacaan sidik jari melalui tumpukan optik yang tebal memerlukan waktu pemrosesan yang sedikit lebih lama dan lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan seperti debu atau minyak pada layar.
Awalnya, ide ini bertujuan untuk memotong biaya dibandingkan penggunaan OLED. Namun, kompleksitas dalam memproduksi panel LCD yang dimodifikasi dengan presisi tinggi (memotong atau menipiskan lapisan tertentu) ternyata memerlukan biaya produksi yang signifikan. Pada saat yang sama, harga panel OLED kelas menengah mulai menurun drastis.
Inilah pukulan terberat bagi teknologi Sidik Jari LCD. Sekitar tahun 2021, panel OLED menjadi jauh lebih terjangkau. Bahkan ponsel kelas menengah yang sebelumnya didominasi LCD beralih ke OLED (misalnya, lini Redmi Note Pro saat ini). Ketika biaya OLED turun, alasan utama eksistensi IDFP LCD—yaitu sebagai alternatif murah—seketika hilang.
Baca Juga
Advertisement
Teknologi ini sebagian besar didorong oleh Tianma. Untuk menjadi standar industri, teknologi harus dapat diproduksi secara massal oleh berbagai pabrikan besar (seperti BOE, Samsung Display, atau AUO). Karena kompleksitas dan kebutuhan modifikasi khusus, teknologi ini sulit untuk diskalakan dan diadopsi secara luas di seluruh rantai pasokan global.
Dengan kata lain, inovasi ini hadir di waktu yang salah. Ketika Redmi Note 8 Pro mencoba mempopulerkannya, pasar sudah bergerak sangat cepat menuju standar OLED yang lebih superior dan akhirnya lebih murah untuk diproduksi dalam volume besar.
Mengapa Fokus Kembali ke Pemindai Fisik Adalah Pilihan Logis
Setelah eksperimen singkat dengan teknologi Sidik Jari LCD, banyak produsen ponsel kelas menengah kembali mengandalkan solusi yang terbukti efektif dan sangat cepat: pemindai sidik jari fisik di samping bodi (terintegrasi dengan tombol daya).
Baca Juga
Advertisement
Pemindai fisik (capacitive) menawarkan kecepatan yang luar biasa, akurasi yang tinggi, dan yang terpenting, biaya yang sangat rendah, jauh lebih rendah daripada sensor optik maupun ultrasonik di dalam layar.
Bagi produsen yang ingin menjaga harga tetap kompetitif tanpa mengorbankan pengalaman pengguna, pemindai sidik jari di samping adalah pilihan yang ideal. Hal ini menjelaskan mengapa saat ini, hanya ponsel premium dan beberapa ponsel kelas menengah atas yang masih menggunakan IDFP (OLED), sementara sisa pasar kembali ke solusi fisik yang andal.
Inovasi yang diperlihatkan oleh Redmi Note 8 Pro memang patut diacungi jempol karena berani mendobrak batasan teknologi. Mereka membuktikan bahwa secara teknis, sidik jari dalam layar LCD adalah mungkin.
Baca Juga
Advertisement
Nasib Teknologi Sidik Jari LCD: Apakah Ada Harapan Kembali?
Saat ini, prospek kembalinya teknologi Sidik Jari LCD sangat kecil, jika tidak nol. Alasannya adalah dominasi panel OLED yang hampir mutlak di segmen ponsel yang ingin menawarkan IDFP.
Namun, hal ini tidak berarti penelitian pada layar LCD telah berhenti. Inovasi yang serupa—seperti menempatkan kamera depan di bawah panel LCD—terus dikembangkan oleh beberapa perusahaan, meskipun tantangannya tetap berkutat pada isu transparansi dan tumpukan optik yang tebal.
Teknologi yang diperkenalkan oleh Tianma dan Xiaomi lewat Redmi Note 8 Pro akan dikenang sebagai langkah penting dalam sejarah inovasi ponsel pintar, sebuah bukti bahwa batas-batas teknologi dapat terus didorong, meskipun pada akhirnya, dinamika pasar dan penurunan biaya produksi teknologi pesaing (OLED) yang menentukan arah masa depan.
Baca Juga
Advertisement
Kesimpulan: Teknologi Sidik Jari LCD adalah contoh sempurna bagaimana inovasi yang cerdas dapat dikalahkan oleh evolusi pasar yang lebih cepat. Walaupun secara teknis berhasil, ia kehilangan relevansi ekonomi saat harga panel OLED anjlok, menjadikan sensor IDFP yang lebih superior tersedia secara massal.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA