Pemerintahan AS harus putuskan nasib DJI. Kenapa drone China ancaman keamanan AS? Simak bagaimana konflik penggunaan drone DJI ini menyulitkan ribuan polisi!
TechnonesiaID - Kisah tentang drone, teknologi canggih, dan persaingan geopolitik kembali memanas di Amerika Serikat (AS). Pemerintahan AS, yang saat itu dipimpin Donald Trump, berada di persimpangan jalan krusial terkait nasib perangkat nirawak buatan China.
Tenggat waktu yang ditetapkan menjadi penentu apakah DJI Technologies—raksasa produsen drone terbesar di dunia yang berbasis di China—akan secara resmi dinyatakan sebagai ancaman terhadap keamanan nasional AS.
Baca Juga
Advertisement
Keputusan besar ini bukan sekadar urusan dagang biasa antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Ini adalah keputusan yang berpotensi melumpuhkan operasional ribuan lembaga keselamatan publik di Negeri Paman Sam.
Mengapa demikian? Karena drone China ancaman keamanan AS adalah narasi yang semakin kuat, padahal di sisi lain, drone-drone ini sudah menjadi tulang punggung bagi kepolisian dan dinas pemadam kebakaran di berbagai negara bagian.
Mengapa Drone China Ancaman Keamanan AS?
Isu mengenai teknologi buatan China yang digunakan di AS seringkali berujung pada kekhawatiran yang sama: potensi spionase dan kebocoran data. Dalam kasus DJI, kekhawatiran ini diperkuat oleh dominasi pasar mereka yang hampir tak tertandingi.
Baca Juga
Advertisement
DJI menguasai mayoritas pasar drone sipil global, termasuk sekitar 80% pasar drone di AS. Pangsa pasar yang masif ini membuat AS sangat bergantung pada teknologi asing untuk fungsi-fungsi domestik yang vital.
Isu Spionase Data: Data yang Dikumpulkan
Kekhawatiran utama pemerintah AS adalah jenis data yang dikumpulkan oleh drone DJI. Meskipun DJI berulang kali menyatakan bahwa data penerbangan pengguna tetap bersifat pribadi, pemerintah AS khawatir akan adanya ‘pintu belakang’ atau backdoor yang memungkinkan akses bagi pemerintah China.
Data yang dimaksud sangat sensitif, terutama ketika drone digunakan oleh lembaga penegak hukum dan militer.
Baca Juga
Advertisement
- Data Geografis dan Pemetaan: Drone merekam lokasi, jalur penerbangan, dan citra resolusi tinggi dari infrastruktur penting AS.
- Data Operasional: Penggunaan drone oleh polisi dan pemadam kebakaran mencakup informasi taktis mengenai respons darurat, lokasi korban, hingga investigasi kriminal.
- Informasi Personil: Data yang dikumpulkan dapat mencakup pola kerja, waktu respons, hingga identitas personil yang mengoperasikan drone.
Jika semua data ini, atau bahkan sebagian kecilnya, rentan diakses oleh pemerintah asing, ini akan menimbulkan risiko keamanan nasional yang signifikan. Ini adalah akar utama mengapa isu Drone China ancaman keamanan AS terus menjadi perdebatan hangat.
Dominasi Pasar DJI: Ketergantungan AS
Alasan kedua AS “ketakutan” adalah dominasi pasar. Drone DJI dikenal karena kualitasnya yang superior, harga yang kompetitif, dan kemudahan penggunaannya. Alternatif drone buatan AS atau Eropa seringkali jauh lebih mahal atau belum matang secara teknologi.
Ketergantungan yang sudah terlanjur mengakar ini membuat AS rentan terhadap gangguan rantai pasokan. Jika terjadi ketegangan geopolitik yang lebih parah, China bisa saja menghentikan pasokan suku cadang atau pembaruan perangkat lunak, melumpuhkan armada drone yang digunakan oleh kepolisian AS.
Baca Juga
Advertisement
Konflik Penggunaan Drone DJI di Lapangan
Sementara Washington sibuk berdebat mengenai ancaman spionase, ribuan petugas di garis depan sedang berhadapan dengan masalah yang lebih praktis. Mereka telah mengandalkan teknologi ini untuk menyelamatkan nyawa dan meningkatkan efisiensi kerja.
Keputusan untuk melarang atau membatasi penggunaan DJI akan memicu Konflik penggunaan drone DJI yang masif di tingkat operasional, terutama di antara lembaga keselamatan publik.
Saat ini, drone DJI digunakan untuk berbagai keperluan penting:
Baca Juga
Advertisement
- Pencarian dan Penyelamatan (SAR): Drone dengan kamera termal (thermal imaging) sangat efektif mencari orang hilang di malam hari atau di area yang sulit dijangkau.
- Pemantauan Kebakaran: Dinas pemadam kebakaran menggunakannya untuk memetakan penyebaran api dan mengarahkan strategi pemadaman tanpa membahayakan petugas.
- Investigasi Kecelakaan: Polisi menggunakan drone untuk memetakan lokasi kecelakaan secara cepat dan akurat, mengurangi waktu penutupan jalan.
- Pengawasan Kerumunan: Digunakan untuk memantau acara besar atau protes, memberikan pandangan udara yang kritis.
Melarang penggunaan drone secara mendadak akan memaksa lembaga-lembaga ini melakukan penggantian armada besar-besaran, yang memerlukan biaya fantastis dan pelatihan ulang personil.
Dilema Anggaran dan Waktu
Bagi departemen kepolisian kecil di pedesaan AS, drone DJI adalah solusi paling terjangkau. Harga unitnya relatif murah dibandingkan model militer, dan ekosistemnya sudah mapan.
Jika larangan berlaku, mereka harus mencari vendor yang disetujui pemerintah AS. Seringkali, drone yang disetujui memiliki harga tiga hingga lima kali lipat lebih mahal, menimbulkan dilema anggaran yang serius bagi pembayar pajak setempat.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, proses sertifikasi drone alternatif dan pelatihan pilot baru akan memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, meninggalkan celah operasional yang berbahaya.
3 Skenario Dampak Besar Jika DJI Dilarang
Jika pemerintahan AS pada akhirnya memutuskan untuk mencantumkan DJI dalam daftar hitam keamanan nasional—seperti yang pernah mereka lakukan pada Huawei—dampak yang ditimbulkan akan bergema jauh melampaui batas-batas industri teknologi.
Berikut adalah 3 Ancaman Serius yang harus dipertimbangkan oleh Washington sebelum mengambil keputusan drastis:
Baca Juga
Advertisement
1. Dampak Operasional Keamanan Publik
Skenario terburuk adalah terganggunya operasi darurat. Lembaga kepolisian dan pemadam kebakaran mungkin terpaksa mengandangkan armada drone mereka sambil menunggu pengganti yang disetujui.
Ini secara langsung akan mengurangi kemampuan mereka dalam misi pencarian, penyelamatan, dan pemantauan bencana. Dalam konteks di mana setiap detik berharga, hilangnya alat penting ini bisa berakibat fatal.
2. Peningkatan Ketegangan Perdagangan AS-China
Pelarangan DJI akan dianggap oleh Beijing sebagai eskalasi proteksionisme teknologi dan serangan langsung terhadap salah satu perusahaan teknologi terbaiknya. Hal ini hampir pasti akan memicu balasan, mungkin berupa pembatasan ekspor bahan baku penting atau teknologi lain ke AS.
Baca Juga
Advertisement
Keputusan ini akan memperkeruh suasana perang dagang yang sudah tegang, dan memperkuat narasi bahwa AS berusaha menghambat kemajuan teknologi China.
3. Perlombaan Menciptakan Alternatif Drone AS
Di sisi positif, larangan ini akan memaksa AS untuk berinvestasi besar-besaran dalam industri drone domestik. Keputusan ini akan memicu “perlombaan angkasa” mini untuk menciptakan teknologi drone yang sepenuhnya aman, teruji, dan diproduksi di AS.
Pemerintah AS telah berupaya mendorong program “Blue sUAS” yang bertujuan menyediakan drone aman buatan dalam negeri. Namun, upaya ini masih membutuhkan waktu lama untuk menandingi efisiensi dan harga yang ditawarkan oleh DJI.
Baca Juga
Advertisement
Menilik Masa Depan Industri Drone Pasca Keputusan AS
Terlepas dari kekhawatiran yang ada, para ahli menyarankan bahwa jalan tengah mungkin adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan Konflik penggunaan drone DJI yang pelik ini.
Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah menerapkan pembatasan ketat daripada larangan total. Misalnya, mewajibkan penggunaan mode “lokal data” atau “offline mode” yang menjamin bahwa data penerbangan tidak pernah meninggalkan perangkat di lapangan, terutama untuk misi sensitif.
Model ini memungkinkan lembaga publik untuk tetap memanfaatkan teknologi efisien DJI, sambil memitigasi risiko keamanan nasional. Namun, implementasinya membutuhkan pengawasan ketat dan kerja sama yang sulit antara regulator AS dan perusahaan China.
Baca Juga
Advertisement
Keputusan yang diambil oleh AS pada tenggat waktu tersebut akan menjadi preseden penting tidak hanya bagi DJI, tetapi juga bagi semua perusahaan teknologi global yang beroperasi di pasar AS.
Tentu saja, yang menjadi pertaruhan terbesar adalah keseimbangan antara menjaga keamanan nasional dari potensi Drone China ancaman keamanan AS dan memastikan bahwa petugas di lapangan memiliki alat terbaik untuk melindungi masyarakat sipil.
Intinya, teknologi drone sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi sekadar kemewahan. Dan dilema yang dihadapi AS mencerminkan kompleksitas dunia modern di mana kemajuan teknologi seringkali datang dengan risiko geopolitik yang tak terhindarkan.
Baca Juga
Advertisement
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA