Mimpi internet 100 Mbps murah pupus? XL Axiata mundur dari lelang frekuensi kunci. Temukan 3 alasan mengejutkan di balik keputusan besar ini!
TechnonesiaID - Kabar mengejutkan datang dari salah satu operator seluler terbesar di Indonesia. Di tengah antusiasme publik menantikan era internet super cepat dengan harga terjangkau, PT XL Axiata Tbk (EXCL) justru mengambil langkah mundur. Perusahaan ini secara resmi mengumumkan tidak akan melanjutkan partisipasinya dalam lelang frekuensi 1,4 GHz yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Keputusan ini sontak menjadi buah bibir, mengingat frekuensi 1,4 GHz digadang-gadang sebagai “jalan tol” utama untuk mewujudkan mimpi internet 100 Mbps murah bagi seluruh masyarakat Indonesia. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar? Mari kita bedah lebih dalam.
Baca Juga
Advertisement
Apa Itu Frekuensi 1.4 GHz dan Mengapa Sangat Penting?
Sebelum membahas lebih jauh keputusan XL, penting untuk memahami mengapa frekuensi 1,4 GHz (atau dikenal juga sebagai L-Band) ini begitu spesial. Bayangkan spektrum frekuensi radio seperti sebuah jalan raya di udara. Setiap “jalur” memiliki karakteristiknya sendiri.
Frekuensi rendah (di bawah 1 GHz) punya jangkauan sangat luas, cocok untuk menyebarkan sinyal hingga ke pelosok desa, namun “jalurnya” sempit sehingga kecepatan datanya terbatas. Sebaliknya, frekuensi tinggi (di atas 2,3 GHz) punya “jalur” sangat lebar untuk kecepatan super kencang, namun jangkauannya pendek dan mudah terhalang bangunan.
Nah, frekuensi 1,4 GHz ini berada di titik yang ideal. Jangkauannya cukup luas, namun tetap mampu menghadirkan kapasitas data yang besar. Kombinasi inilah yang membuatnya menjadi kandidat sempurna untuk menggelar layanan internet cepat 100 Mbps secara efisien dan dengan biaya yang lebih murah, baik di perkotaan maupun pedesaan.
Baca Juga
Advertisement
3 Alasan Mengejutkan di Balik Mundurnya XL Axiata
Pernyataan resmi dari XL menyebutkan bahwa keputusan ini diambil setelah melakukan kajian mendalam. “Setelah kita kaji dokumennya, mungkin tidak sejalan dengan business plan kita,” ujar Merza Fachys, Director & Chief Regulatory Officer XL Axiata. Namun, frasa “tidak sejalan” ini tentu memicu banyak spekulasi. Berikut adalah tiga kemungkinan alasan XL batal lelang frekuensi yang paling masuk akal.
1. Ketidaksesuaian dengan Rencana Bisnis Jangka Panjang
Ini adalah alasan resmi yang diungkapkan ke publik. “Rencana bisnis” adalah istilah yang sangat luas. Ini bisa berarti XL Axiata saat ini memiliki prioritas strategis yang berbeda. Mungkin saja, perusahaan lebih memilih untuk berinvestasi pada pengembangan teknologi lain, seperti:
- Optimalisasi jaringan 4G yang sudah ada dengan teknologi baru seperti carrier aggregation.
- Percepatan ekspansi jaringan 5G pada spektrum frekuensi yang sudah mereka miliki atau yang akan dilelang di masa depan.
- Fokus pada segmen pasar lain, misalnya layanan enterprise (B2B) atau Internet of Things (IoT) yang tidak terlalu bergantung pada frekuensi 1,4 GHz.
Keputusan bisnis seringkali tentang memilih pertempuran mana yang ingin dimenangkan. Bisa jadi, XL merasa memenangkan lelang ini bukan prioritas utama mereka saat ini.
Baca Juga
Advertisement
2. Kalkulasi Investasi dan Potensi Return on Investment (ROI)
Mengikuti lelang frekuensi bukanlah perkara murah. Selain biaya untuk memenangkan hak penggunaan spektrum itu sendiri, operator juga harus mengeluarkan dana investasi yang masif untuk membangun infrastruktur pendukungnya, seperti membangun menara BTS baru yang kompatibel dengan frekuensi tersebut.
XL Axiata kemungkinan besar telah melakukan kalkulasi cermat mengenai total biaya investasi (CAPEX) yang dibutuhkan dibandingkan dengan potensi pendapatan yang bisa dihasilkan. Jika angka-angkanya menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi (ROI) kurang menarik atau memakan waktu terlalu lama, maka mundur dari lelang adalah keputusan bisnis yang bijak dari sudut pandang finansial.
3. Fokus pada Optimalisasi Aset Frekuensi yang Sudah Ada
Setiap operator seluler memiliki “portofolio” frekuensi yang mereka kelola. Bisa jadi, XL Axiata merasa sumber daya frekuensi yang mereka miliki saat ini (di band 900 MHz, 1800 MHz, 2.1 GHz, dll.) masih memiliki banyak ruang untuk dioptimalkan.
Baca Juga
Advertisement
Daripada mengeluarkan dana besar untuk frekuensi baru, mereka mungkin memilih untuk mengalokasikan dana tersebut untuk “densifikasi” jaringan, yaitu memperbanyak jumlah BTS di area-area yang trafiknya padat. Strategi ini juga terbukti efektif untuk meningkatkan kecepatan dan kualitas layanan tanpa harus mengakuisisi spektrum baru.
Lalu, Bagaimana Nasib Mimpi Internet 100 Mbps Murah?
Mundurnya XL tentu menjadi sebuah kehilangan, karena persaingan yang lebih sedikit berpotensi membuat harga lelang tidak sekompetitif yang diharapkan. Namun, bukan berarti harapan internet cepat dan murah sirna begitu saja.
Lelang ini kemungkinan besar akan terus berlanjut dengan peserta lain yang masih bertahan. Kemenkominfo sebagai regulator juga memiliki komitmen kuat untuk terus mendorong pemerataan akses internet berkualitas di seluruh Indonesia. Mundurnya satu pemain bisa jadi justru membuka peluang lebih besar bagi pemain lainnya untuk berinovasi.
Baca Juga
Advertisement
Pada akhirnya, keputusan XL Axiata adalah sebuah langkah strategis yang didasarkan pada kalkulasi bisnis internal mereka. Bagi kita sebagai konsumen, yang terpenting adalah lelang frekuensi ini tetap berjalan dan pemenangnya nanti benar-benar bisa merealisasikan janji untuk menghadirkan layanan internet yang lebih baik dan lebih terjangkau untuk semua. Kita nantikan saja babak selanjutnya.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA