Kabar buruk dari Antartika! Gletser Thwaites Mencair lebih cepat di ‘zona pergeseran’. Simak 3 dampak serius dan prediksi terbaru Dampak Kenaikan Air Laut global yang mengancam puluhan juta manusia.
TechnonesiaID - Antartika menyimpan potensi bahaya global yang diam-diam terus membesar. Salah satu ancaman paling menakutkan datang dari Gletser Thwaites, sebuah lempeng es raksasa di Antartika Barat yang dijuluki sebagai Doomsday Glacier atau “Es Kiamat”.
Julukan tersebut diberikan bukan tanpa alasan. Gletser Thwaites berfungsi sebagai penahan utama yang menjaga lapisan es di belakangnya tetap stabil. Jika ia runtuh, konsekuensinya akan mengubah peta dunia.
Baca Juga
Advertisement
Baru-baru ini, sebuah temuan yang dipublikasikan oleh tim peneliti dari University of Manitoba membawa kabar yang semakin mengkhawatirkan. Analisis data satelit selama dua dekade (2002 hingga 2022) menunjukkan bahwa keretakan di gletser ini berkembang pesat, terutama di sepanjang wilayah kritis yang dikenal sebagai “zona pergeseran” (zone of shear).
Kondisi ini menandakan bahwa proses kehancuran Gletser Thwaites mungkin terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya, sekaligus memastikan nasib puluhan juta penduduk di wilayah pesisir dipertaruhkan.
Mengapa Gletser Thwaites Dijuluki ‘Es Kiamat’?
Untuk memahami betapa berbahayanya temuan terbaru ini, kita perlu mengenal Gletser Thwaites. Gletser ini memiliki ukuran yang luar biasa besar, setara dengan wilayah Florida di Amerika Serikat, atau sekitar 192.000 kilometer persegi.
Baca Juga
Advertisement
Meskipun ukurannya masif, Thwaites memiliki karakteristik unik yang membuatnya sangat rentan: ia sebagian besar berada di bawah permukaan laut, menjadikannya sangat sensitif terhadap air laut yang lebih hangat.
Gletser Thwaites Mencair adalah skenario terburuk karena ia adalah penopang bagi lempeng es Antartika Barat yang lebih besar. Para ahli menyebutnya sebagai “cork in a bottle” atau sumbat botol.
Apabila sumbat ini hilang, miliaran ton es yang ada di belakangnya akan ikut meluncur bebas ke laut. Total es di Thwaites sendiri sudah cukup untuk menaikkan permukaan air laut global sebanyak 65 sentimeter, namun potensi total es yang ditahannya bisa mencapai beberapa meter.
Baca Juga
Advertisement
Zona Kritis: Garis Landasan (Grounding Line)
Faktor kunci dalam stabilitas gletser adalah grounding line atau garis landasan. Ini adalah titik di mana bagian bawah gletser beristirahat pada dasar laut dan bagian depannya mulai mengapung di air.
Ketika air laut hangat menyusup ke bawah es, ia melelehkan es dari bawah, memaksa garis landasan untuk mundur ke daratan. Proses mundurnya garis landasan inilah yang merupakan tanda utama ketidakstabilan dan percepatan kehancuran gletser.
3 Temuan Terbaru Pemicu Percepatan Gletser Thwaites Mencair
Penelitian terbaru yang menggunakan data satelit resolusi tinggi telah memberikan gambaran yang lebih detail mengenai bagaimana Gletser Thwaites sedang ‘berperilaku’ di masa kini. Temuan ini fokus pada dinamika es di wilayah kritis yang sebelumnya kurang terpantau.
Baca Juga
Advertisement
1. Retakan Meluas di Zona Pergeseran
Temuan paling mendesak adalah retakan yang signifikan di sepanjang “zona pergeseran” gletser. Zona pergeseran adalah area di mana massa es bergerak dengan kecepatan berbeda, menciptakan tekanan dan gesekan ekstrem.
Para peneliti mengamati bahwa sejak tahun 2002, retakan di zona ini tidak hanya muncul, tetapi juga melebar dan memanjang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Retakan yang membesar ini bertindak seperti pisau yang siap memisahkan bongkahan-bongkahan besar es dari massa utama gletser.
Hal ini diperburuk oleh fakta bahwa area tersebut kini semakin sering dibanjiri oleh air laut hangat, melemahkan struktur es dari segala sisi.
Baca Juga
Advertisement
2. Hilangnya Hambatan Alami Jangka Pendek
Dalam beberapa tahun terakhir, Gletser Thwaites secara bertahap kehilangan hambatan mekanis yang menahan gerakannya. Dulu, bongkahan es dan dasar laut yang kasar berfungsi sebagai “rem” alami yang memperlambat laju pergerakan es.
Namun, pelelehan basal (pelelehan dari bawah) yang disebabkan oleh air hangat telah mengikis hambatan ini. Ketika hambatan ini hilang, es dapat meluncur lebih cepat menuju laut, mirip seperti kendaraan yang kehilangan traksi di jalan licin.
Menurut studi tersebut, hilangnya hambatan ini berkontribusi langsung pada peningkatan kecepatan aliran es, mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik keruntuhan total.
Baca Juga
Advertisement
3. Peran Air Laut Hangat yang Mengancam Struktur
Meskipun bukan temuan yang sepenuhnya baru, penelitian ini menekankan bahwa volume air laut hangat yang mencapai rongga di bawah Gletser Thwaites kini jauh lebih besar dan lebih konsisten.
Air hangat ini berasal dari lapisan sirkulasi laut dalam yang didorong oleh perubahan pola angin akibat pemanasan global. Suhu yang hanya sedikit di atas titik beku sudah cukup untuk menyebabkan pelelehan masif karena volume kontak antara air dan es sangat besar.
Proses pelelehan ini menciptakan lubang-lubang besar di bawah es (kavitasi), yang melemahkan seluruh integritas struktural gletser.
Baca Juga
Advertisement
Prediksi Serius Dampak Kenaikan Air Laut Global
Mengingat percepatan Gletser Thwaites Mencair, perhatian utama kini beralih pada Dampak Kenaikan Air Laut (sea level rise) yang akan terjadi. Prediksi waktu keruntuhan total Thwaites bervariasi—dari beberapa dekade hingga beberapa abad—tetapi trennya jelas: kontribusi es dari Antartika akan menjadi faktor dominan dalam kenaikan air laut di masa depan.
Ketika Thwaites runtuh sepenuhnya, kenaikan permukaan laut setinggi 65 cm akan terjadi secara bertahap. Namun, mekanisme fisika menunjukkan bahwa runtuhnya es raksasa di satu sisi Bumi (Antartika) akan menyebabkan dampak yang tidak merata.
Daerah yang jauh dari lokasi lelehan, seperti wilayah Asia Tenggara dan Amerika Utara, justru akan mengalami kenaikan air laut yang lebih parah dibandingkan rata-rata global. Ini disebabkan oleh perubahan gaya gravitasi dan rotasi Bumi.
Baca Juga
Advertisement
Puluhan juta manusia di kota-kota pesisir padat penduduk sangat rentan terhadap skenario ini. Mereka akan menghadapi risiko:
- Banjir Pesisir yang Lebih Parah: Banjir rob (pasang surut ekstrem) akan terjadi lebih sering dan mencapai wilayah daratan yang lebih jauh, merusak infrastruktur vital.
- Intrusi Air Asin: Air laut akan meresap ke dalam akuifer air tanah tawar, merusak pertanian dan sumber air minum, terutama di delta sungai besar.
- Perpindahan Penduduk Skala Besar: Kota-kota dataran rendah seperti Jakarta, Dhaka, dan beberapa wilayah di Belanda berpotensi tenggelam, memicu krisis pengungsi iklim.
- Kerugian Ekonomi Triliunan Dolar: Kerusakan properti, pelabuhan, dan fasilitas industri di pesisir akan memicu resesi ekonomi global.
Di Indonesia, kenaikan air laut adalah ancaman nyata. Wilayah seperti Jakarta Utara, Semarang, dan berbagai pulau kecil sangat rentan. Studi telah berulang kali memperingatkan bahwa tanpa mitigasi yang drastis, infrastruktur dan mata pencaharian di pesisir akan terganggu parah.
Langkah Mendesak Mengatasi Ancaman
Meskipun kita tidak bisa menghentikan Gletser Thwaites yang sudah mulai mencair, kita bisa memperlambat prosesnya dan bersiap menghadapi dampaknya. Inti dari masalah ini tetaplah Pemanasan Global yang harus diatasi dengan cepat.
Baca Juga
Advertisement
Langkah-langkah mitigasi yang mendesak tidak hanya bersifat global tetapi juga lokal:
Pertama, secara global, penurunan emisi gas rumah kaca adalah prioritas mutlak. Setiap upaya untuk menjaga suhu global di bawah batas ambang 1,5 derajat Celsius akan memberikan waktu bagi lempeng es untuk beradaptasi dan mengurangi pelelehan basal.
Kedua, peningkatan riset dan pemodelan harus dilakukan secara intensif. Pemahaman yang lebih akurat tentang kecepatan Gletser Thwaites Mencair memungkinkan pemerintah dan komunitas internasional untuk merencanakan adaptasi dengan lebih baik.
Baca Juga
Advertisement
Ketiga, pada tingkat lokal, kota-kota pesisir harus segera mengimplementasikan strategi adaptasi yang kuat. Ini termasuk pembangunan tembok laut, revitalisasi ekosistem pesisir (seperti hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan alami), dan, yang paling sulit, merencanakan potensi relokasi di area yang paling rentan.
Penemuan terbaru tentang retakan di Thwaites Glacier bukan sekadar berita ilmiah, melainkan sirene peringatan keras. Nasib puluhan juta manusia akan sangat bergantung pada seberapa serius dan cepat aksi yang kita ambil hari ini untuk merespons ancaman Dampak Kenaikan Air Laut yang semakin nyata ini.
Baca Juga
Advertisement
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA