Starlink Direct-to-Device sedang dikaji regulasinya di RI! Cari tahu 4 keunggulan internet satelit ke HP yang bisa menjangkau pelosok dan mengubah cara kita berkomunikasi.
TechnonesiaID - Kabar gembira datang dari sektor telekomunikasi Indonesia. Pemerintahan melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) baru-baru ini mengumumkan langkah serius terkait potensi implementasi teknologi komunikasi masa depan, yaitu Non-Terrestrial Network Direct-to-Device (NTN-D2D).
Teknologi ini, yang sering dikaitkan erat dengan layanan dari Starlink milik Elon Musk, memungkinkan ponsel pintar Anda terhubung langsung ke satelit. Ini adalah langkah revolusioner karena menghilangkan ketergantungan pada menara Base Transceiver Station (BTS) konvensional.
Baca Juga
Advertisement
Pada tanggal 21 Oktober 2025, Komdigi resmi memulai konsultasi publik terkait dokumen Call for Information (CFI). Dokumen ini bertujuan untuk mengkaji regulasi dan kebijakan yang diperlukan agar teknologi Starlink Direct-to-Device dapat diterapkan di Indonesia.
Jika berhasil diimplementasikan, era konektivitas tanpa batas akan segera tiba. Seluruh wilayah, mulai dari pegunungan terpencil hingga tengah laut, berpotensi memiliki akses komunikasi yang stabil. Lalu, apa sebenarnya keunggulan utama teknologi Internet Satelit ke HP ini?
Mengapa Starlink Direct-to-Device Begitu Revolusioner?
Konsep NTN-D2D bukanlah sekadar layanan satelit biasa. Ini adalah integrasi antara jaringan seluler dan infrastruktur satelit orbit rendah (LEO). Selama ini, layanan satelit memerlukan perangkat khusus (receiver atau parabola) yang besar dan mahal.
Baca Juga
Advertisement
Dengan D2D, perangkat seluler standar yang kita gunakan sehari-hari dapat langsung menangkap sinyal dari satelit. Ini menghilangkan hambatan perangkat keras dan membuat konektivitas satelit menjadi layanan yang jauh lebih mudah diakses.
Starlink Direct-to-Device, yang merupakan salah satu pemain utama dalam ruang ini bersama T-Mobile di AS, berjanji untuk memberikan kecepatan internet yang layak, bahkan untuk keperluan SMS, telepon, dan data dasar, di mana pun Anda berada.
Bayangkan Anda sedang mendaki gunung atau berada di tengah lautan dan tetap bisa mengirim pesan darurat. Inilah janji utama yang dibawa oleh teknologi Internet Satelit ke HP.
Baca Juga
Advertisement
Namun, perlu dicatat, implementasi awal D2D biasanya fokus pada fitur pesan darurat (messaging dan SOS). Jaringan seluler akan tetap menjadi tulang punggung, dan D2D bertindak sebagai pelengkap untuk area yang tidak terjangkau (coverage gaps).
Update Terbaru Regulasi Internet Satelit ke HP di Indonesia
Langkah Komdigi untuk memulai konsultasi publik melalui dokumen CFI menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menyambut inovasi ini. Tujuannya jelas: membuat payung hukum yang tepat agar teknologi canggih ini bisa beroperasi tanpa mengganggu infrastruktur telekomunikasi yang sudah ada.
Proses Call for Information (CFI) ini merupakan tahapan awal yang sangat penting. Ini mengumpulkan masukan dari berbagai pihak, termasuk operator telekomunikasi, penyedia layanan satelit, akademisi, dan masyarakat umum.
Baca Juga
Advertisement
Kajian regulasi ini harus hati-hati, terutama karena teknologi NTN-D2D menggunakan spektrum frekuensi yang sama dengan jaringan terestrial. Ini memunculkan tantangan teknis terkait potensi interferensi sinyal yang harus diatasi.
4 Pilar Utama Potensi Implementasi NTN-D2D di Indonesia
Menurut dokumen Komdigi, ada empat alasan strategis utama mengapa Starlink Direct-to-Device menjadi prioritas kajian di Indonesia. Penerapan teknologi Internet Satelit ke HP ini diharapkan mampu mengatasi masalah konektivitas yang selama ini sulit dipecahkan:
- Memperluas Jangkauan Layanan: Mencapai wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) yang secara ekonomi tidak layak dibangun menara BTS.
- Konektivitas di Daerah Perbatasan: Menyediakan layanan komunikasi yang andal di kawasan perbatasan darat maupun laut, yang penting untuk keamanan nasional.
- Penanggulangan Bencana: Memastikan jalur komunikasi tetap berfungsi saat terjadi bencana alam, di mana infrastruktur terestrial (BTS) seringkali lumpuh.
- Aksesibilitas Bergerak: Memberikan layanan komunikasi bagi pengguna di pesawat udara, kapal laut, atau kendaraan yang melintasi area tanpa jangkauan sinyal terestrial.
Keempat pilar ini menunjukkan bahwa D2D bukan hanya soal kenyamanan, melainkan juga soal pemerataan akses dan ketahanan komunikasi nasional.
Baca Juga
Advertisement
Tantangan dan Hal yang Perlu Dipertimbangkan
Meskipun potensi Internet Satelit ke HP sangat besar, ada beberapa tantangan regulasi dan teknis yang harus dipecahkan oleh pemerintah dan industri.
Tantangan utama adalah harmonisasi alokasi spektrum frekuensi. Agar HP standar dapat terhubung ke satelit, mereka harus beroperasi pada frekuensi yang sama dengan jaringan seluler yang sudah ada (misalnya frekuensi 5G). Jika tidak dikelola dengan baik, ini bisa menyebabkan gangguan sinyal pada layanan seluler normal.
Komdigi harus menemukan keseimbangan antara memfasilitasi teknologi baru dan melindungi layanan eksisting. Kajian CFI ini berupaya mencari solusi teknis, seperti teknik mitigasi interferensi dan penentuan zona geografis di mana layanan D2D diizinkan beroperasi.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, aspek komersial juga penting. Apakah layanan Starlink Direct-to-Device akan terjangkau bagi masyarakat? Apakah perangkat seluler yang ada saat ini sudah mendukung teknologi ini, ataukah diperlukan ponsel dengan chip tertentu?
Penyedia layanan satelit harus berkolaborasi erat dengan operator seluler lokal. Di banyak negara, layanan D2D ditawarkan melalui kemitraan, memastikan integrasi yang mulus dan mencegah monopoli konektivitas di wilayah pelosok.
Dampak Besar Implementasi Starlink Direct-to-Device
Implementasi teknologi ini diperkirakan akan memiliki dampak transformatif pada peta komunikasi Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Pertama, ini akan secara drastis mengurangi kesenjangan digital (digital divide). Koneksi internet yang stabil bukan lagi barang mewah yang hanya dimiliki oleh penduduk kota besar. Setiap warga negara, di mana pun lokasinya, berhak mendapatkan akses informasi dan komunikasi.
Kedua, teknologi ini membuka peluang baru bagi industri maritim dan aviasi Indonesia. Kapal-kapal penangkap ikan atau pesawat yang terbang di atas lautan luas dapat tetap terhubung, meningkatkan efisiensi operasional dan keselamatan.
Starlink Direct-to-Device mewakili masa depan di mana konektivitas adalah hak dasar, bukan lagi sebuah fitur tambahan. Ini adalah lompatan besar dari sekadar konektivitas 4G atau 5G, menuju jaringan global yang terintegrasi secara mulus melalui orbit bumi.
Baca Juga
Advertisement
Langkah Komdigi untuk memulai kajian regulasi Internet Satelit ke HP adalah sinyal kuat bahwa Indonesia siap menjadi salah satu negara terdepan dalam mengadopsi teknologi Non-Terrestrial Network. Kita tunggu hasil konsultasi publik ini dan bagaimana regulasi final akan dibentuk untuk menyambut era komunikasi satelit langsung ke genggaman.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA