Pemerintah targetkan internet cepat 100 Mbps di Indonesia. Namun, ada 4 tantangan krusial operator yang bisa jadi penghambat. Apa saja? Simak di sini!
TechnonesiaID - Wacana Indonesia memiliki koneksi internet super cepat dengan kecepatan rata-rata 100 Mbps kembali mengemuka. Sebuah ambisi besar yang jika terwujud, akan melesatkan ekonomi digital bangsa ke level berikutnya. Bayangkan, streaming 4K tanpa buffering, download file gigabyte dalam hitungan detik, dan kerja dari rumah yang semakin mulus.
Namun, di balik visi futuristik ini, para penyedia layanan internet (operator) mengungkapkan ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) besar yang harus dituntaskan. Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Dian Siswarini, menyoroti bahwa jalan menuju realisasi target ini tidaklah semulus jalan tol. Ada tantangan fundamental yang perlu diatasi bersama.
Baca Juga
Advertisement
Ambisi Besar Pemerintah: Internet Cepat 100 Mbps untuk Semua
Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), memiliki visi yang jelas: konektivitas digital yang merata dan berkualitas tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. Target internet cepat 100 Mbps bukan sekadar angka, melainkan fondasi untuk transformasi digital nasional.
Dengan kecepatan setinggi itu, berbagai sektor akan diuntungkan, mulai dari pendidikan jarak jauh yang lebih interaktif, layanan kesehatan (telemedicine) yang lebih andal, hingga pemberdayaan UMKM untuk go-digital secara maksimal. Ini adalah langkah strategis untuk memastikan Indonesia tidak tertinggal dalam persaingan global.
4 Tantangan Krusial yang Dihadapi Operator Internet Indonesia
Meskipun tujuan pemerintah sangat mulia, para operator yang berada di garda terdepan implementasi menghadapi realita lapangan yang kompleks. Berdasarkan pernyataan ATSI dan analisis industri, setidaknya ada empat tantangan utama yang menjadi PR besar.
Baca Juga
Advertisement
1. Infrastruktur yang Belum Merata (PR Utama)
Ini adalah tantangan paling fundamental. Seperti yang diungkapkan Dian Siswarini, infrastruktur telekomunikasi di Indonesia masih sangat terpusat di Pulau Jawa. Kota-kota besar di Jawa mungkin sudah memiliki jaringan yang mature dan siap untuk di-upgrade, namun situasinya sangat berbeda di luar Jawa.
Kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan ribuan pulau, pegunungan, dan hutan lebat menjadi tantangan teknis tersendiri. Membangun jaringan fiber optik di wilayah-wilayah terpencil, tertinggal, dan terluar (3T) membutuhkan upaya dan biaya yang luar biasa besar.
2. Biaya Investasi Modal (CAPEX) yang Fantastis
Menyediakan internet cepat 100 Mbps secara merata berarti investasi besar-besaran. Operator harus menggelontorkan dana triliunan rupiah untuk:
Baca Juga
Advertisement

- Membangun ribuan kilometer kabel serat optik baru.
- Mendirikan Base Transceiver Station (BTS) 4G/5G di lokasi-lokasi baru.
- Meng-upgrade teknologi di jaringan yang sudah ada.
Bagi operator, ini adalah kalkulasi bisnis yang rumit. Investasi di daerah dengan kepadatan penduduk rendah memiliki tingkat pengembalian modal (Return on Investment/ROI) yang jauh lebih lama dibandingkan di kota besar. Tanpa insentif atau skema kerja sama yang menarik dari pemerintah, percepatan pembangunan di daerah non-komersial akan sulit terwujud.
3. Kesiapan dan Daya Beli Masyarakat
Tantangan tidak hanya datang dari sisi penyedia, tetapi juga dari sisi pengguna. Anggap saja jaringan 100 Mbps sudah tersedia di sebuah daerah. Pertanyaan selanjutnya adalah:
- Apakah masyarakat mampu membayar? Paket internet dengan kecepatan tinggi tentu akan memiliki harga yang lebih premium. Daya beli masyarakat di berbagai daerah sangat bervariasi.
- Apakah perangkat mereka mendukung? Untuk menikmati kecepatan 100 Mbps secara maksimal, pengguna memerlukan perangkat (smartphone, laptop, router) yang kompatibel dan modern.
- Apakah ada kebutuhan riil? Literasi digital juga menjadi faktor. Masyarakat perlu diedukasi mengenai manfaat dan kegunaan internet super cepat agar mereka merasa perlu untuk berlangganan.
4. Regulasi dan Kemudahan Perizinan
Faktor birokrasi seringkali menjadi batu sandungan dalam pembangunan infrastruktur. Proses perizinan yang panjang, berbelit-belit, dan terkadang tumpang tindih antar lembaga pemerintah pusat dan daerah dapat memperlambat proyek pembangunan jaringan secara signifikan.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu tantangan operator internet Indonesia adalah perlunya harmonisasi regulasi dan penyederhanaan proses perizinan. Kebijakan satu pintu (One-Stop Service) dan kepastian hukum menjadi kunci agar operator dapat bergerak lebih cepat dalam melakukan ekspansi jaringan mereka ke seluruh pelosok negeri.
Solusi dan Langkah ke Depan: Kolaborasi Jadi Kunci
Menyadari kompleksitas masalah ini, solusi tunggal tidak akan cukup. Kolaborasi antara pemerintah, operator, dan masyarakat menjadi jalan keluar yang paling realistis. Pemerintah bisa berperan aktif dengan memberikan insentif fiskal, menyederhanakan regulasi, dan memanfaatkan dana Universal Service Obligation (USO) secara lebih efektif untuk membangun infrastruktur di area yang tidak layak secara komersial.
Di sisi lain, operator bisa terus berinovasi dalam teknologi dan model bisnis untuk menekan biaya. Sementara itu, edukasi dan peningkatan literasi digital di masyarakat harus terus digalakkan agar permintaan akan internet berkualitas tinggi juga ikut tumbuh.
Baca Juga
Advertisement
Kesimpulan: Jalan Panjang Menuju Konektivitas Merata
Mewujudkan target internet cepat 100 Mbps di seluruh Indonesia adalah maraton, bukan sprint. Ambisi ini sangat positif dan diperlukan, namun eksekusinya menuntut kerja keras, investasi masif, dan sinergi dari semua pihak. Mengatasi tantangan infrastruktur, biaya, daya beli, dan regulasi adalah langkah-langkah krusial yang harus diambil jika kita ingin mimpi konektivitas super cepat ini menjadi kenyataan bagi semua, dari Sabang sampai Merauke.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA