Close Menu
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Hyundai Siap Investasi Besar, Garap Mobil Nasional Listrik Bareng Indonesia

2 November 2025 | 13:28

3 Kesalahan Fatal Menggunakan Game Turbo, Boost Performa Gaming HyperOS 200%

2 November 2025 | 13:08

iQOO Neo 11 HP Gaming Murah Tapi Gahar dengan Snapdragon 8 Elite

2 November 2025 | 12:47
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • Hyundai Siap Investasi Besar, Garap Mobil Nasional Listrik Bareng Indonesia
  • 3 Kesalahan Fatal Menggunakan Game Turbo, Boost Performa Gaming HyperOS 200%
  • iQOO Neo 11 HP Gaming Murah Tapi Gahar dengan Snapdragon 8 Elite
  • 5 Keunggulan Paket ChatGPT Go Telkomsel & OpenAI yang Wajib Kamu Tahu
  • 5 Fakta Ningen, Makhluk Misterius Antartika yang Hebohkan Dunia
  • 5 Tanda Dampak Pemanasan Global: Rahasia Tersembunyi Es Kian Nyata
  • 5 Fakta Skandal Pemalsuan Dokumen: Font Calibri Bikin PM Pakistan Dipecat
  • 4 Bocah 20 Tahun Jadi Dalang Cybercrime Usia Muda Kelas Dunia
Minggu, November 2
Facebook Instagram YouTube TikTok WhatsApp X (Twitter) LinkedIn
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • OtoTekno
    • Elektronik
    • Gadget
    • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
TechnoNesia.IDTechnoNesia.ID
  • Berita Tekno
  • Trending
  • Gadget
  • Elektronik
  • Otomotif
  • Tech
  • Game
  • Aplikasi
  • Anime
Beranda » Berita Tekno » Terdeteksi! 2 Pasang Tabrakan Lubang Hitam Generasi Kedua, Bukti Teori Einstein
Berita Tekno

Terdeteksi! 2 Pasang Tabrakan Lubang Hitam Generasi Kedua, Bukti Teori Einstein

Olin SianturiOlin Sianturi1 November 2025 | 13:38
Bagikan Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Tumblr Email Telegram Pinterest
Tabrakan Lubang Hitam Generasi Kedua, Bukti Hierarchical Merger Lubang Hitam
Bagikan
Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Ilmuwan mengonfirmasi 2 peristiwa langka Tabrakan Lubang Hitam Generasi Kedua. Penemuan ini kuat mendukung konsep Bukti Hierarchical Merger Lubang Hitam dan relativitas!

TechnonesiaID - Alam semesta kita menyimpan misteri yang tak terhitung, dan salah satu fenomena yang paling ekstrem adalah lubang hitam. Baru-baru ini, komunitas sains digemparkan oleh penemuan dua peristiwa tabrakan lubang hitam yang bukan hanya masif, tetapi juga memberikan petunjuk tentang siklus kehidupan kosmik yang lebih kompleks.

Para peneliti berhasil mengidentifikasi dua tabrakan luar biasa, di mana setidaknya satu dari lubang hitam yang terlibat diduga kuat merupakan hasil dari penggabungan lubang hitam sebelumnya. Penemuan ini secara definitif menguatkan hipotesis yang dikenal sebagai hierarchical merger, yang selama ini hanya berupa spekulasi teoritis.

Baca Juga

  • 4 Bocah 20 Tahun Jadi Dalang Cybercrime Usia Muda Kelas Dunia
  • Tim Cook Ungkap 3 Rencana AI Apple: Kemitraan Baru dan Siri Terbaru

Advertisement

Menyingkap Misteri Tabrakan Lubang Hitam Generasi Kedua

Apa yang membuat dua peristiwa ini — yang terdeteksi melalui gelombang gravitasi — sangat spesial? Ini terkait dengan usia dan asal-usul lubang hitam yang terlibat. Kita sering mengenal lubang hitam ‘generasi pertama’ (Gen 1) yang terbentuk dari runtuhnya bintang masif.

Namun, dalam dua peristiwa yang baru terdeteksi ini, lubang hitam terbesar di masing-masing tabrakan memiliki massa yang jauh melampaui batas yang bisa dihasilkan dari keruntuhan bintang biasa. Para ilmuwan berpendapat bahwa objek masif ini adalah lubang hitam ‘generasi kedua’ (Gen 2).

Lubang hitam Gen 2 adalah lubang hitam yang terbentuk ketika dua lubang hitam Gen 1 bergabung. Kemudian, Gen 2 ini bergabung lagi dengan lubang hitam lain, menghasilkan lubang hitam yang lebih masif lagi, dan seterusnya. Ini adalah rantai kosmik yang luar biasa.

Baca Juga

  • 5 Alasan Kenaikan Peringkat Xiaomi Jadi Top 3 di Tengah Rekor Pendapatan Smartphone Global
  • 5 Hal Penting Program Self Service Repair Apple untuk iPhone 17 Series

Advertisement

Peristiwa ini menjadi sangat penting karena memberikan bukti empiris pertama tentang bagaimana lubang hitam dapat melewati ‘celah massa’ (mass gap) yang telah lama membingungkan para astronom. Celah massa adalah rentang massa yang sangat jarang ditemukan untuk lubang hitam yang terbentuk dari bintang.

Bukti Hierarchical Merger Lubang Hitam: Siklus Kosmik Tak Terputus

Konsep Bukti Hierarchical Merger Lubang Hitam menggambarkan bagaimana lubang-lubang hitam bisa berulang kali bergabung seiring waktu, menciptakan objek yang semakin besar dan tua. Proses ini diperkirakan terjadi di lingkungan kosmik yang sangat padat.

Di mana tempat terjadinya penggabungan berantai ini? Lingkungan yang paling mungkin adalah gugus bola (globular clusters), yaitu kumpulan padat ribuan hingga jutaan bintang yang terikat secara gravitasi di pinggiran galaksi.

Baca Juga

  • 4 Faktor Kunci Kinerja Keuangan Apple Q4 2025 Pecahkan Rekor $102,5 Miliar
  • 5 Fakta Xiaomi 15 Ultra Siap Terima Update Global HyperOS 3 Stabil

Advertisement

Di dalam gugus bola, kepadatan lubang hitam sangat tinggi. Ketika dua lubang hitam bergabung, lubang hitam baru yang terbentuk (Gen 2) mendapat ‘tendangan’ recoil yang kuat akibat emisi gelombang gravitasi. Namun, jika lingkungan ini sangat padat, Gen 2 tersebut akan tetap terperangkap oleh tarikan gravitasi gugus, membuatnya bisa bergabung lagi dengan lubang hitam lainnya di kemudian hari.

Para peneliti menegaskan bahwa dua peristiwa yang terdeteksi ini menunjukkan karakteristik massa yang konsisten dengan prediksi model hierarchical merger. Karakteristik ini mencakup:

  • Massa Awal yang Sangat Besar: Lubang hitam yang terlibat jauh lebih masif daripada lubang hitam stellar biasa (lebih dari 60 kali massa Matahari).
  • Rasios Massa yang Tidak Biasa: Tabrakan terjadi antara lubang hitam yang massanya sangat berbeda (satu Gen 2, satu Gen 1).
  • Lokasi Potensial: Meskipun tidak langsung teramati, data gelombang gravitasi sesuai dengan lingkungan yang kaya bintang, seperti gugus bola.

Penemuan ini tidak hanya memecahkan teka-teki pembentukan massa lubang hitam, tetapi juga memperluas pemahaman kita tentang evolusi dinamis gugus bintang di alam semesta.

Baca Juga

  • Top 5 Pangsa Pasar Smartphone Q3 2024: Samsung Mendominasi (63 karakter)
  • 4 Poin Penting Perjanjian Tarif AS Tiongkok: Solusi Perang Dagang

Advertisement

Mekanisme Deteksi: Gelombang Gravitasi Sebagai Jendela Alam Semesta

Lalu, bagaimana para ilmuwan bisa mengetahui bahwa peristiwa masif ini terjadi miliaran tahun cahaya jauhnya? Jawabannya terletak pada gelombang gravitasi, riak-riak di ruang-waktu yang pertama kali diprediksi oleh Albert Einstein satu abad yang lalu.

Dua peristiwa Tabrakan Lubang Hitam Generasi Kedua ini dideteksi oleh kolaborasi observatorium raksasa, seperti LIGO (Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory) di AS, Virgo di Eropa, dan KAGRA di Jepang.

Ketika dua lubang hitam berputar mengelilingi satu sama lain dan akhirnya bergabung, mereka melepaskan energi yang sangat besar dalam bentuk gelombang gravitasi. Gelombang ini menyebar ke seluruh kosmos, memampatkan dan meregangkan ruang-waktu saat mereka melintas.

Baca Juga

  • Grokipedia Elon Musk Rilis: 3 Kontroversi Panas Wikipedia Versi AI Ini
  • 5 Alasan Realme GT 8 Pro Spesifikasi Gahar Siap Rilis Global November

Advertisement

Detektor canggih seperti LIGO dapat menangkap distorsi kecil ini, yang sering kali kurang dari seperseribu lebar proton. Analisis sinyal gelombang gravitasi (disebut ‘chirp’) memungkinkan para ilmuwan untuk secara tepat menghitung massa lubang hitam sebelum dan sesudah tabrakan, serta jarak tempuh gelombang tersebut.

Mengapa Penemuan Ini Begitu Penting Bagi Relativitas Umum?

Penemuan ini, termasuk perhitungan akurat mengenai lubang hitam dan cara mereka bergabung, memberikan Bukti Hierarchical Merger Lubang Hitam yang solid sekaligus pengujian ekstrem terhadap teori Relativitas Umum Albert Einstein.

Relativitas Umum memprediksi secara tepat bagaimana dua objek supermasif akan berinteraksi dan memancarkan gelombang gravitasi di medan gravitasi yang sangat kuat (strong-field gravity). Setiap sinyal gelombang gravitasi yang dideteksi, terutama yang berasal dari tabrakan Gen 2, memperkuat keyakinan kita bahwa teori Einstein adalah deskripsi yang sangat akurat tentang bagaimana gravitasi bekerja di seluruh kosmos.

Baca Juga

  • 5 Fakta Mengejutkan Spesifikasi vivo S50 Pro mini: Bawa Chipset Snapdragon 8 Gen 5
  • 5 Fakta Ilmiah Fenomena Komet Lemmon dan Jejak Meteor Spiral

Advertisement

Jika lubang hitam Gen 2 tidak terbentuk sesuai prediksi Einstein, sinyal yang diterima di Bumi akan terlihat berbeda dari yang diamati. Kenyataan bahwa sinyalnya sesuai menunjukkan bahwa fisika gravitasi tetap konsisten, bahkan pada skala massa dan energi yang belum pernah terdeteksi sebelumnya.

Masa Depan Penelitian: Mencari Generasi Selanjutnya

Penemuan dua peristiwa langka yang melibatkan lubang hitam generasi kedua ini membuka babak baru dalam penelitian astrofisika. Ilmuwan sekarang memiliki target yang lebih jelas dalam pencarian mereka untuk lubang hitam yang lebih masif lagi.

Langkah selanjutnya adalah mencari Gen 3 atau bahkan Gen 4. Lubang hitam generasi yang lebih tinggi diperkirakan memiliki massa yang sangat besar dan akan memberikan sinyal gelombang gravitasi yang berbeda, mungkin dengan frekuensi yang lebih rendah yang lebih mudah ditangkap oleh detektor generasi berikutnya.

Baca Juga

  • 5 Hal Menarik di Update HyperOS 3 Terbaru untuk Redmi Note 14 Pro 4G
  • 5 Perubahan Besar Manajemen Preset Kamera Xiaomi 17 Series di HyperOS 3

Advertisement

Tabrakan Lubang Hitam Generasi Kedua menunjukkan bahwa alam semesta adalah tempat yang jauh lebih dinamis daripada yang kita bayangkan. Penggabungan kosmik ini adalah mekanisme utama untuk membangun objek supermasif, termasuk lubang hitam supermasif yang bersembunyi di inti hampir setiap galaksi. Kita baru saja mulai memahami bagaimana raksasa kosmik ini lahir dan tumbuh melalui proses yang berulang ini.

Penelitian ini menggarisbawahi kekuatan gelombang gravitasi sebagai alat revolusioner, memungkinkan kita mengintip langsung ke peristiwa paling ekstrem di alam semesta, jauh melampaui kemampuan teleskop cahaya tradisional.

Baca Juga

  • Bocoran 7 Spesifikasi Realme C85 Pro Baterai 7.000 mAh
  • 5 Bukti Perubahan Perilaku Paus Orca: Dampak Pemanasan Global Terparah?

Advertisement


Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
  • Instagram : @technonesia_id
  • Facebook : Technonesia ID
  • X (Twitter) : @technonesia_id
  • Whatsapp Channel : Technonesia.ID
  • Google News : TECHNONESIA
Gelombang Gravitasi Kosmologi Lubang Hitam Relativitas Umum Sains Antariksa
Share. Copy Link WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Threads Telegram Email Pinterest
Previous Article5 Fakta Xiaomi 15 Ultra Siap Terima Update Global HyperOS 3 Stabil
Next Article 4 Faktor Kunci Kinerja Keuangan Apple Q4 2025 Pecahkan Rekor $102,5 Miliar
Olin Sianturi
  • Website

Olin Sianturi adalah seorang Content Writer di Media TechnoNesia dan GadgetVIVA, berpengalaman dalam menulis artikel informatif dan SEO-friendly. Spesialisasinya mencakup teknologi, gadget, elektronik, game. Dengan gaya penulisan yang menarik dan mudah dipahami, Olin mampu menghadirkan konten berkualitas yang relevan dan bernilai bagi pembaca.

Artikel Terkait

4 Bocah 20 Tahun Jadi Dalang Cybercrime Usia Muda Kelas Dunia

Olin Sianturi2 November 2025 | 03:38

Tim Cook Ungkap 3 Rencana AI Apple: Kemitraan Baru dan Siri Terbaru

Olin Sianturi1 November 2025 | 21:38

5 Alasan Kenaikan Peringkat Xiaomi Jadi Top 3 di Tengah Rekor Pendapatan Smartphone Global

Olin Sianturi1 November 2025 | 19:38

5 Hal Penting Program Self Service Repair Apple untuk iPhone 17 Series

Olin Sianturi1 November 2025 | 17:38

4 Faktor Kunci Kinerja Keuangan Apple Q4 2025 Pecahkan Rekor $102,5 Miliar

Olin Sianturi1 November 2025 | 15:38

5 Fakta Xiaomi 15 Ultra Siap Terima Update Global HyperOS 3 Stabil

Olin Sianturi1 November 2025 | 11:38
Pilihan Redaksi
Gadget

Peran Gemilang Galaxy AI dan Gemini di Galaxy Z Series, Efisiensi Bisnis Melonjak 30%

Olin Sianturi23 Oktober 2025 | 17:56

Dengan Galaxy AI dan Gemini di Galaxy Z Series, efisiensi bisnis naik 30% berkat riset…

4 Fakta Menarik The Blackman Family Sebelum Berpisah, Keluarga Viral yang Bikin Heboh!

25 Februari 2025 | 07:50

5 Alasan Realme GT 8 Pro Spesifikasi Gahar Siap Rilis Global November

31 Oktober 2025 | 11:38

Bangkitnya Kreativitas Anak Muda: Galaxy Z Fold7 dan Z Flip7 Jadi Senjata Revolusioner Generasi Baru

28 Oktober 2025 | 16:30

Jepang vs OpenAI: 3 Kontroversi Sora 2 Ancam Perlindungan Hak Cipta Anime

16 Oktober 2025 | 08:08
Terbaru

4 Bocah 20 Tahun Jadi Dalang Cybercrime Usia Muda Kelas Dunia

Olin Sianturi2 November 2025 | 03:38

Tim Cook Ungkap 3 Rencana AI Apple: Kemitraan Baru dan Siri Terbaru

Olin Sianturi1 November 2025 | 21:38

5 Alasan Kenaikan Peringkat Xiaomi Jadi Top 3 di Tengah Rekor Pendapatan Smartphone Global

Olin Sianturi1 November 2025 | 19:38

5 Hal Penting Program Self Service Repair Apple untuk iPhone 17 Series

Olin Sianturi1 November 2025 | 17:38

4 Faktor Kunci Kinerja Keuangan Apple Q4 2025 Pecahkan Rekor $102,5 Miliar

Olin Sianturi1 November 2025 | 15:38
technonesia-ads
TechnoNesia.ID
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp LinkedIn
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
© TechnoNesia.ID 2025 | All Rights Reserved

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.