Benarkah salah hitung posisi bulan ikut andil dalam tragedi Penyebab tenggelamnya Titanic? Simak 4 teori ilmiah yang menghubungkan posisi bulan dan Titanic.
TechnonesiaID - Kisah tenggelamnya RMS Titanic pada 15 April 1912 adalah salah satu tragedi maritim paling terkenal dan memilukan dalam sejarah modern. Kapal raksasa yang disebut-sebut “tidak bisa tenggelam” ini menabrak gunung es di Samudra Atlantik Utara, menewaskan lebih dari 1.500 penumpang dan awak kapal.
Secara tradisional, kita tahu bahwa kelalaian operasional, kecepatan tinggi, kurangnya sekoci, dan tentu saja, gunung es, adalah penyebab tenggelamnya Titanic yang utama.
Baca Juga
Advertisement
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, studi ilmiah mendalam telah mengungkap sebuah fakta mengejutkan: bencana ini mungkin dipicu oleh sesuatu yang jauh lebih besar dan tak terhindarkan, yaitu kekuatan kosmik.
Para peneliti kini meyakini bahwa salah hitung atau ketidaktahuan manusia mengenai posisi bulan dan Titanic memainkan peran kunci. Peristiwa astronomi langka yang terjadi beberapa bulan sebelum pelayaran fatal itu ditengarai telah mendorong gunung-gunung es berbahaya langsung ke jalur pelayaran Titanic.
Menilik Kembali Tragedi RMS Titanic
Titanic, dibangun oleh Harland and Wolff, adalah keajaiban teknologi dan kemewahan pada masanya. Ia melakukan pelayaran perdananya dari Southampton menuju New York City. Kapal ini hanya bertahan empat hari sebelum mengalami nasib buruknya.
Baca Juga
Advertisement
Pada malam yang dingin di pertengahan April 1912, kapal itu menabrak gunung es besar. Meskipun lambung kapal dianggap kuat, dampaknya menyebabkan enam kompartemen kedap air jebol. Kerusakan yang meluas itu membuat Titanic terbelah dan tenggelam beberapa jam kemudian.
Selama bertahun-tahun, fokus investigasi selalu tertuju pada kualitas baja, desain kapal, dan keputusan kapten. Tetapi untuk memahami bagaimana gunung es itu bisa berada di tempat yang sangat berbahaya pada waktu yang tepat, kita harus melihat ke atas, ke langit.
Kenapa Posisi Bulan dan Titanic Jadi Sorotan Baru?
Pada tahun 2012, bertepatan dengan peringatan 100 tahun tragedi tersebut, dua astronom dari Texas State University, Donald Olson dan Russell Doescher, menerbitkan sebuah penelitian yang mengubah perspektif sejarah.
Baca Juga
Advertisement
Mereka berargumen bahwa medan es yang menghancurkan Titanic didorong ke selatan pada Januari 1912—tiga bulan sebelum bencana—oleh gelombang pasang yang luar biasa kuat.
Apa pemicunya? Kombinasi langka dari tiga peristiwa astronomi yang melibatkan posisi bulan dan Titanic.
Peran Supermoon dan Jarak Terdekat Bulan
Untuk memahami teori ini, kita perlu memahami fenomena pasang surut. Gelombang pasang di lautan sebagian besar disebabkan oleh tarikan gravitasi Bulan dan Matahari.
Baca Juga
Advertisement
Olson dan Doescher menemukan bahwa pada 4 Januari 1912, terjadi kondisi yang sangat spesifik:
- Bulan berada dalam fase Perigee (titik terdekat dengan Bumi), menghasilkan tarikan gravitasi yang maksimal.
- Pada saat yang sama, Bulan berada dalam fase Supermoon.
- Perigee ini bertepatan dengan jarak terdekat Bumi ke Matahari di orbitnya (Perihelion).
Kombinasi luar biasa ini menghasilkan gelombang pasang paling ekstrem dalam 1.400 tahun. Pasang surut yang sangat tinggi ini memiliki kekuatan dahsyat untuk melepaskan sejumlah besar es dari gletser dan pantai Greenland, mendorongnya ke jalur pelayaran transatlantik.
4 Mekanisme Posisi Bulan Mengubah Takdir RMS Titanic
Meskipun kejadian astronomi terjadi tiga bulan sebelumnya, efeknya bersifat kumulatif. Gelombang pasang yang ekstrem menciptakan “armada” gunung es yang bergerak lambat namun pasti menuju selatan, tepat pada waktu pelayaran perdana Titanic.
Baca Juga
Advertisement
Berikut adalah 4 mekanisme utama yang menghubungkan posisi bulan dan Titanic, yang menjelaskan mengapa medan es sangat padat pada April 1912:
1. Supermoon dan Gelombang Pasang Ekstrem
Ketika Bulan berada paling dekat dengan Bumi (Perigee), tarikan gravitasinya meningkatkan jangkauan pasang surut. Pada Januari 1912, fenomena ini terjadi bersamaan dengan bulan purnama dan jarak terdekat Bumi-Matahari. Kombinasi ini menciptakan gelombang pasang luar biasa yang membanjiri bagian bawah es di pantai Labrador dan Greenland.
2. Jarak Perigee Terdekat
Para peneliti mencatat bahwa Perigee pada 4 Januari 1912 adalah yang terdekat dalam waktu yang sangat lama. Tarikan gravitasi masif ini memberikan dorongan energi yang cukup untuk memecah es yang sebelumnya terjebak di perairan dangkal di sepanjang pesisir Kanada.
Baca Juga
Advertisement
3. Bulan-Matahari Sejajar (Syzygy)
Gelombang pasang terbesar terjadi saat Bulan, Bumi, dan Matahari hampir sejajar, baik saat bulan baru maupun bulan purnama (dikenal sebagai gelombang pasang perbani atau spring tide). Ketika posisi ini dikombinasikan dengan jarak terdekat, kekuatannya untuk menggerakkan massa es menjadi tak tertandingi.
4. Dampak pada Arus Labrador dan Iceberg
Setelah terlepas dari pantai, gunung es ini terbawa oleh arus laut yang hangat (Arus Teluk) dan Arus Labrador yang dingin. Dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan bagi gunung es raksasa untuk mencapai perairan tempat Titanic berlayar. Penelitian menunjukkan bahwa tanpa gelombang pasang ekstrem pada Januari, banyak es ini mungkin masih terperangkap atau telah hanyut lebih jauh ke utara.
Dengan kata lain, meskipun gunung es adalah penyebab fisik, posisi bulan dan Titanic adalah penyebab tidak langsung yang mengatur panggung bagi bencana tersebut. Bencana yang menenggelamkan ribuan nyawa itu merupakan pertemuan yang sangat langka antara astronomi dan navigasi laut.
Baca Juga
Advertisement
Kesalahan Fatal Navigasi dan Teknologi Saat Itu
Penemuan ini tidak menghilangkan faktor human error. Sebaliknya, hal ini menyoroti betapa rentannya teknologi dan informasi pada awal abad ke-20.
Pada saat itu, pemahaman mendalam tentang oseanografi, dinamika es di Atlantik Utara, dan pengaruh detail astronomi seperti Supermoon belum terintegrasi sepenuhnya dalam perencanaan rute pelayaran.
Pihak yang berwenang mengetahui bahwa musim es pada tahun 1912 sangat buruk, tetapi mereka tidak tahu bahwa ini adalah akibat langsung dari fenomena kosmik yang unik.
Baca Juga
Advertisement
Kapten Smith dari Titanic dan awak kapalnya mungkin mengandalkan data historis cuaca maritim, yang gagal memperhitungkan gunung es yang baru saja dilepaskan tiga bulan sebelumnya dan kini mengambang di jalur kapal mereka.
Kepadatan gunung es yang tidak terduga pada April 1912, ditambah dengan kecepatan tinggi Titanic di malam hari, akhirnya menjadi kombinasi fatal. Kegagalan untuk menghindari rintangan tersebut menegaskan bahwa meski Titanic merupakan kapal yang canggih, ia tidak kebal terhadap kekuatan alam yang diatur oleh tarikan gravitasi Bulan.
Oleh karena itu, ketika kita membahas penyebab tenggelamnya Titanic, kita kini harus menambahkan “pasang surut ekstrem yang dipicu oleh posisi Bulan” sebagai salah satu faktor pemicu yang paling penting.
Baca Juga
Advertisement
Kesimpulan: Pelajaran dari Bencana Kosmik
Kisah Titanic selalu menjadi pelajaran tentang kesombongan manusia versus alam. Namun, penelitian modern memberikan dimensi baru: alam semesta itu sendiri—dalam bentuk tarikan gravitasi antara Bumi, Bulan, dan Matahari—yang secara diam-diam menyiapkan malapetaka itu.
Meskipun gunung es secara langsung bertanggung jawab atas tenggelamnya kapal, kondisi astronomi langka pada Januari 1912 adalah katalisator utama yang memastikan gunung es itu berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Ini adalah pengingat betapa rumitnya interaksi antara langit, laut, dan teknologi pelayaran.
Tragedi ini mengajarkan kita bahwa pemahaman mendalam terhadap ilmu pengetahuan alam, bahkan yang paling jauh seperti astronomi, sangat penting dalam mitigasi risiko operasional, terutama di lingkungan yang ekstrim seperti samudra.
Baca Juga
Advertisement
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Elektronik, Anime, Game, Tech dan Berita Tekno lainnya setiap hari melalui social media TechnoNesia. Ikuti kami di :
- Instagram : @technonesia_id
- Facebook : Technonesia ID
- X (Twitter) : @technonesia_id
- Whatsapp Channel : Technonesia.ID
- Google News : TECHNONESIA